30. Pertolongan pertama.

93 6 0
                                    

"Jangan menunduk terus! Bangun! Jangan biarkan mahkotanya jatuh!" perintah Habibi sambil merentangkan tangan kanannya.

Arasya bingung hendak menjawab apa. Hati kecilnya menolak untuk pergi, tetapi dia tidak bisa menolak permintaan Habibi.

Setelah menyeka air mata di pipi, Arasya pun segera berdiri tegap. Habibi masih setia memayungi sampai gadis ini benar-benar masuk ke dalam mobil.

Di dalam mobil, Arasya melihat Alvarios sedang duduk dengan wajah memerah. Laki-laki ini terlihat sedang menahan amarah. Tangan kanan Alvarios sedang mencengkram sesuatu dengan sekuat tenaga.

Arasya tidak tahu, benda apa yang sudah diremas oleh Alvarios dengan ekspresi semarah itu. Ketika ingin bertanya pada Alvarios, Habibi malah menggebrak pintu mobil ikut bergabung dengan mereka.

"Jangan pulang sendirian! Ente di mobil ini sama kita aja. Biar anak geng Harlubis yang bawa pulang mobil mewah itu!" ucap Habibi sambil menunjuk mobil Arasya.

Arasya menatap Habibi dengan ekspresi memelas. Jangankan mengiyakan, untuk menjawab Habibi saja, Arasya sudah tidak kuat.

"Ane mau di mobil ini!" ucap Habibi dengan nada berani, "gak baik kalau kalian berdua di dalam mobil."

"Santai!" pinta Alvarios dengan senyuman sinis, "kami gak macam-macam, cuma satu macam aja."

"Satu macam apa?" tanya Habibi dengan ekspresi penasaran. Namun, tidak ada yang menjawab.

Alvarios malah memajukan bibirnya, kemudian menghadap pada cermin. Habibi melotot kaget saat tahu bahwa cermin itu sedang memperlihatkan wajah cantik Arasya.

Plak!

Habibi langsung menampar bibir Alvarios dengan sekuat tenaga. Alvarios pun baru sadar bahwa mobil ini sedang diisi oleh calon ustadz.

"Istigfar ente! Jangan zina!"

"Eh, maaf, Ustadz! Saya hilap," celetuk Alvarios sambil membetulkan posisi duduknya.

"Jangan sampai tergoda setan yang terkutuk! Cepat nyebut, Alvarios!"

"Nyebut, nyebut, nyebut," balas Alvarios dengan ekspresi sok polos.

"Ya Allah, gini banget punya sahabat."

"Kita itu langka. Lo jangan kayak gitu!"

"Yang satunya lagi bersedih, yang satunya malah jadi ahli membuat orang lain darah tinggi," gerutu Habibi sambil mengelus dada.

Arasya tersenyum hangat ketika melihat kelakuan dua sahabatnya yang lucu seperti kuda pasar malam. Dia tidak tahu, kebaikan apa yang sudah membawakan orang-orang sebaik Alvarios serta Habibi.

"Mau satu macam atau pun dua macam ... cewek sama cowok itu gak boleh berduaan terus. Katanya, nanti ada orang ketiga."

"Lo orang ketiganya, Bib," celetuk Alvarios.

"Bukan orang ketiga, tapi setan selalu ada di sela-sela pasangan yang berduaan terus."

"Lo setannya, Bib." Alvarios kembali nyeletuk.

Alvarios dan juga Arasya kompak tertawa karena berhasil menistakan temannya sendiri. Usil terhadap Habibi memang sangat asyik.

Gadis yang sempat terpuruk bisa langsung tertawa kalau berhadapan dengan manusia kocak seperti Habibi.

Habibi hanya bisa mengelus dada dan mencoba untuk tidak marah.

"Tahan, Bib! Pantau dulu, jotosnya belakangan," gerutu Habibi dengan tatapan jengkel.

"Hahaha ... begitulah ucapan dari ustadz yang selalu dzalim," canda Alvarios sambil tertawa puas.

Mobil masih melaju kencang, untungnya malaikat maut sedang tidak mengincar mereka. Mungkin, mereka bisa kecelakaan kalau tidak hati-hati.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang