12. Tugas atau ujian hidup?

182 9 90
                                    

Terkadang, dunia memang terasa lebih rumit dibandingkan ekspektasi. Arasya tidak pernah menginginkan alur hidup seperti ini, author saja yang terlalu jahat.

Gadis cantik itu mulai membuka buku pekerjaan rumah dengan ekspresi gelisah. Beberapa menit lagi, pelajaran pertama akan dimulai. Mungkin guru-guru sudah bersiap untuk masuk ke dalam kelas.

Deg!

Jantung Arasya seakan berhenti berdetak. Dia lupa bahwa kemarin, tidak mencatat contoh soal-soal. Sekarang tidak ada yang dijadikan pegangan untuk mengerjakan soal-soal di atas meja belajar ini.

"Oh, shit!  Seharusnya kemarin gue catat dulu contoh soalnya. Gue malah kelupaan gara-gara asyik dangdutan sama Papi Levi," dumel Arasya sambil memutar pulpen di sela-sela jarinya.

Di saat bersamaan, Geova serta Rafael muncul dari arah pintu. Mereka datang tiba-tiba dan membawa keramaian. Suara tawa yang menggelegar berhasil membuat Arasya menjadi tersentak kaget.

Gadis ini menatap keduanya dengan wajah memelas. Bukan untuk menggoda, tetapi karena pusing memikirkan nasib tugasnya.

"Ssstttt ... primadona lagi memelas," bisik Geova dengan tatapan ganas.

"Anjay, peluang bagus ini," balas Rafael sambil meneguk liurnya sendiri.

"Samperin, yuk!" ajak Geova dengan semangat empat lima.

Rafael mengangguk sambil menjawab, "Siapa takut, Nyet!"

"Siapa cepat, dia dapat!" tantang Geova.

Sebelum memberikan aba-aba, Geova malah berlari kencang menuju Arasya. Rafael melotot kaget karena temannya sudah melakukan kecurangan.

Rafael melihat Geova sedang duduk dan terus memepet tubuh Arasya. Setelah sampai di tempat tujuan, Rafael langsung memberi tatapan sinis.

"Dasar licik!" pekik Rafael sambil menjitak kepala Geova.

Geova langsung terkekeh sambil berujar, "Lo lemot banget, melebihi siput!"

"Minta digetok bocah!" dumel Rafael dengan ekspresi merah padam.

Suara mereka sangat berisik. Bukannya fokus mengerjakan tugas, Arasya malah mendengarkan pertengkaran Rafael serta Geova.

Primadona ini ingin marah, tetapi tidak enak karena keduanya adalah para senior. Arasya memutuskan untuk mendengar musik lewat headset.

Ketika melihat Arasya sedang memakai headset, Rafael langsung menarik salah satu headset tersebut, kemudian ikut mendengarkan musik.

"Hentikan, Kak! Gue pengen sendiri. Gue harus fokus buat ngerjain tugas," pinta Arasya dengan ekspresi depresi.

Rafael mendadak mendekati telinga Arasya, kemudian berbisik, "Sini, Kakak bantu, Baby!"

"Apa, Kak? Babi? Kakak panggil saya pake sebutan Babi?" tanya Arasya dengan nada kencang karena ingin mempermalukan sang senior.

"Baby, bukan babi, Sayang. Kamu gak dengar, ya? Mau Kakak bisikin lagi?"

"Gak usah, Kak. Lebih enak dengerin musik," timpal Arasya sambil merebut kembali headset di tangan Rafael, lalu menaikkan volume menjadi full.

Geova berusaha keras menahan tawa. Gadis ini memang jahil dan cuma Arasya yang berani melawan Rafael. Gila betul, batinnya sambil geleng-geleng.

"Kak, tolong banget! Jangan terlalu berisik, ya? Gue mau ngerjain tugas dulu," pinta Arasya sambil mencorat-coret kertas kosong.

Rafael menggeleng pelan sambil berkata, "Gak mau, kita mau temenin kamu."

"Betul! Kalau kita gak mau pergi, kamu mau apa?" sambung Geova.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang