39. Dipanggil Bapak Roni.

108 3 0
                                    

"Ane rukyah kalau asal menyentuh lawan jenis lagi!" Habibi tersungut-sungut ketika menasehati si gadis bar-bar.

"Hahaha ... ampun, Habibi!" Ketika melihat Habibi emosi, Arasya pun langsung tertawa puas.

"Hih, kenapa matanya?" tanya Habibi dengan mata menyipit.

"Mata gue emangnya kenapa? Gak rabun, 'kan?" Arasya malah bertanya balik.

Habibi menggeleng. "Berkaca-kaca gitu, kayak udah di tiup hidayah."

"Astagfirullah ... bercandanya calon ustadz emang beda," desis Arasya dengan wajah cemberut.

"Habis nangis, ya?" Habibi kembali menyatukan alis dan terlihat peduli pada sahabatnya.

"Arasya habis di tiup hidayah, kata Habibi," celetuk Alvarios.

"Ane tanya Arasya, kenapa yang jawab malah Amaludin?" Habibi melirik Alvarios dengan tatapan jengkel.

"Hahaha ... sewot amat," canda Alvarios.

"Ente jangan gitu sama ane! Nanti dosa jariyah," gertak Habibi dengan tatapan sinis.

"Alvarios belum dapat hidayah kayaknya," celoteh Arasya.

Alvarios pun menahan tawa, sedangkan Habibi hanya tersenyum kecil. Arasya tidak ikut senang dan malah diam seribu bahasa.

Ada banyak gadis yang memiliki nasib malang, beruntungnya Arasya tidak termasuk dalam jajaran gadis malang tersebut.

Gadis ini wajib bersyukur karena sahabat terbaiknya tidak pernah membiarkan dia tenggelam dalam kesedihan.

Dia melirik Habibi serta Alvarios secara bergantian. Dua temannya berhasil menghilangkan trauma dalam dada.

Tidak lama kemudian, senyumnya terlihat semakin lebar. Ya. Arasya kembali bahagia setelah bercanda gurau dengan mereka.

"Kak Arasya!" teriak seseorang di belakang mereka.

Mereka bertiga menoleh. Hamzah terlihat mendekat dengan napas tersengal-sengal.

"Um ... gue mau ngomong sesuatu," ucap Hamzah, "Kak Arasya punya waktu, 'kan?"

"Oh, ada. Mau ngomong apa emangnya?" jawab Araysa dengan nada ramah.

"Sok asik!" gerutu Alvarios sambil mengetik kalimat terakhir pada laptop Arasya.

Setelah selesai membantu selesaikan tugas Arasya, Alvarios pun menyodorkan laptop tersebut pada sang empu.

"Tugasnya udah gue revisi," ungkap Alvarios dengan tatapan datar.

"Terima kasih," balas Arasya.

"Jangan kecapean!" perintah Alvarios, "jangan sampai ada yang mengganggu lo lagi!"

Hamzah menelan ludah karena tidak berani menggoda Arasya di depan Alvarios. Habibi pun tidak berhenti berdiri di depan Arasya, seolah menjaga ketat sang ratu Harlubis. Drama romantis ini memang menarik, tetapi mengerikan.

"Kak Arasya, bisa mengobrol berdua nggak?" tanya Hamzah.

"Kalau mau ngomong, di sini aja!" perintah Alvarios dengan tatapan tajam.

Kalau boleh jujur, Alvarios terganggu saat Hamzah mendekati mereka. Arasya malah terus tersenyum hangat karena sang junior cukup sopan padanya.

"Hehe ... emangnya enggak boleh ngobrol berdua sama Kak Arasya?" Hamzah pun cengengesan dan sedikit gugup.

"Kenapa harus berdua sama gadis kami?" sela Alvarios sambil beranjak dari kursi. "Mau ngapain? Cari onar?"

"Eh, santai, Kak Alvarios!" Hamzah segera mundur beberapa langkah.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang