25. Arasya ingin melabrak.

102 5 2
                                    

Ketika berada di dalam kelas, Arasya terus memandangi surat yang diberi oleh sang junior. Dia menghela nafas panjang lalu berusaha tidak memikirkan apapun.

Tangan kanannya membuka kertas itu, kemudian dibaca secara perlahan. Dia melotot kaget saat melihat isi surat itu.

Veni. Dia yang udah sebarkan foto-foto Kakak.

Matanya terbelalak saat membaca isi surat. Jantungnya berdebar lebih kencang dari hari-hari biasa. Kepalanya menggeleng secara perlahan pertanda tidak percaya terhadap penglihatannya sendiri.

"Gak!" tegas Arasya, "gak mungkin Veni yang menyebarkan gosip itu!"

Surat yang dipegang itu mendadak jatuh ke atas lantai. Tatapannya tiba-tiba memudar karena terhalang oleh air mata.

"Gue udah menganggap lo kayak saudara, tapi lo menganggap gue sebagai sampah," pekik Arasya sambil mengepalkan tangan.

Brak!

Dia memukul meja dengan sekuat tenaga sampai menimbulkan suara gebrakan. Beberapa orang yang sudah masuk kelas langsung menoleh ke arahnya.

Mahasiswa lain melihat Arasya dengan tatapan aneh. Mereka seakan berkata kalau Arasya adalah gadis murahan.

Tatapan orang lain memang tidak bisa dibohongi, Arasya sampai merinding kalau ditatap seperti itu.

Gadis ini menunduk lalu menyeka setetes air di ujung matanya. Ketika hendak berdiri, dia malah kembali duduk karena merasa sangat lemas.

Tubuhnya lemas karena tidak sanggup menerima fakta bahwa ... dia dikhianati oleh sahabat masa kecilnya sendiri!

"Anj*ng lo, Ven!" desis Arasya dengan nada kecil.

Setelah kekuatannya pulih, Arasya pun segera bangkit lalu berjalan keluar kelas. Dia tahu bahwa Veni akan masuk sip pagi.

Sekarang, dia akan mencari Veni sampai ketemu. Bahkan, Gadis ini mampu mencari seorang musuh sampai ke ujung kota. Tangan kanannya sudah mengepal hebat, tetapi Veni malah tidak ada di kelasnya.

Semua murid yang berpapasan dengan Arasya masih memberikan tatapan tajam. Mereka masih mengira kalau Bapak Roni sedang PDKT dengan Arasya. Desas-desis terdengar jelas dan membuat amarah di hati semakin membara.

"Nah, lihat! Si primadona gatel baru aja lewat," bisik Rafael pada Geova.

"Jangan dekat-dekat sama dia. Nanti lo ikutan gatal-gatal," balas Geova.

Rafael pun tertawa terbahak-bahak. "Hahaha ... sok-sokan gak mau sama senior super ganteng kayak gue."

"Tau-tau jadi simpanan Pak Roni," sela Geova tanpa pikir panjang.

Arasya menatap dua senior itu dengan ekspresi menusuk.

"Laki-laki bermulut lemes kayak lo gak pantas di kampus ini," gumam Arasya dengan nada menekan.

"Wih, ngeri. Di ancam sama simpanan aki-aki," ledek Geova sambil berlari ke belakang Rafael.

Rafael silangkan kedua tangan, lalu tersenyum meledek.

"Cewek murah kayak lo gak pantas di kampus ini," sambung Rafael dengan begitu enteng.

Arasya meremas telapak tangan dan berusaha menahan emosi.

"Dasar, senior gadungan!" desis Arasya dengan mata berkaca-kaca.

"Hish, gak boleh gitu sama senior mahal kayak gue!" pinta Rafael.

"Gue bisa membayar lo dengan harga mahal. Sama gue aja, dari pada sama aki-aki," canda Geova.

Arasya geleng-geleng. Di kampus ini, tidak ada seorang pun yang memiliki akal sehat. Jam sudah menunjukan pukul 09.45 WIB, sebentar lagi lonceng masuk berdering.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang