41. Drama mengerikan.

112 4 0
                                    

Menatap ekspresi memelas dari dosen tersebut, Arasya berusaha keras untuk tidak tertawa. Tidak lama kemudian, Bapak Roni langsung berdiri tegap.

"Kamu pasti sengaja, ya?"

"Saya enggak sengaja, Pak. Maaf!"

Gadis cantik itu menatap dosennya dengan ekspresi dingin. Tidak ada yang tahu, dia sedang merasa bahagia atau sedih. Namun, Bapak Roni yakin kalau Arasya tidak ingin berdiri terlalu lama di ruangannya.

"Agama kamu enggak akan lengkap kalau tidak mau menikah!"

Bapak Roni terus memberi keyakinan kalau menikah dengannya adalah pilihan terbaik. Namun, dia tidak sadar kalau Arasya tidak akan baik-baik saja kalau terus diberikan paksaan.

Saat tahu kalau sang primadona sedang jengkel, Bapak Roni pun langsung duduk di kursi kerjanya. Dia menatap sorot mata Arasya sambil tersenyum jahil.

"Kalau cemberut terus, kamu makin cantik," puji Bapak Roni sambil melirik tangan mulus Arasya.

"Bapak, Arasya mau pergi dulu!" ungkap Arasya dengan ekspresi ketakutan.

Ketika melihat Arasya beranjak dari posisi semula, Bapak Roni langsung berteriak kencang.

"Arasya!" panggil Bapak Roni.

Arasya pun menoleh. "Kenapa, Pak?"

"Jam tangan kamu bagus banget, beli di mana?"

"Ini jam yang dibeliin Papi Levi." Gadis itu terdiam. "Emang Bapak mau beli?"

Mahasiswi itu setengah mati untuk tidak membantah. Dia paham betul dengan karakter dosen menyebalkan ini. Tangan yang memakai jam segera disembunyikan karena Arasya yakin kalau sang dosen akan mengelus-elus tubuhnya kembali.

"Kamu jangan menyepelekan saya!" tukas Bapak Roni dengan wajah merah padam.

Tangan kanan Bapak Roni menggebrak meja dengan sekuat tenaga. Suara dentuman keras menggema di setiap pojok. Gadis cantik itu menatap benda kecil di pojok ruangan.

Sial, itu adalah penyadap suara! Kalau pun gue teriak, suaranya gak akan terdengar sampai keluar, batin Arasya dengan wajah depresi.

Arasya tidak tahu kesalahannya ada di mana. Selama di dekatnya, Bapak Roni terus memberikan intimidasi. Gadis ini ingin memberontak, tetapi bingung hendak melakukan apa.

"Saya akan membeli semua yang kamu punya!" rutuk Bapak Roni.

Tatapannya terlihat amat ganas seperti monster yang siap menerkam mangsanya. Mata Bapak Roni bahkan sempat menatap bagian sensitifnya.

"Arasya, kamu mau ke mana?" tanya Bapak Roni, "saya belum selesai bicara. Apa kamu akan meninggalkan ruangan saya?"

Gadis cantik itu tidak memedulikan apapun dan harus segera keluar. Dia ingin berada di keramaian saja. Berdua dengan Bapak Roni dalam satu ruangan adalah bencana besar.

"Kalau kamu sentuh gagang pintu, nilai kamu enggak akan pernah keluar!" ancam Bapak Roni sambil berjalan mendekat.

Semakin di dekati oleh Bapak Roni, Arasya malah semakin panik. Urat di kening pun muncul, seakan memperlihatkan rasa takut yang di sedang dihadapi.

Wajah cantiknya tidak bisa tenang, seperti hari-hari biasa. Memang siapa yang bisa tenang kalau berdua bersama orang tua yang ingin menjadikanmu sebagai istri kedua?

Arasya bergegas pergi ke arah pintu dan akan kabur dari ruang menyeramkan ini. "Dasar ruangan terkutuk!" rutuknya saat sadar bahwa pintu sudah terkunci rapat.

"Duh, sayang banget ... nilai kamu udah hangus," desis Pak Roni sambil tertawa kecil.

"Saya mohon, Bapak jangan gitu!"

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang