23. Masih dihantui.

105 4 0
                                    

Pagi ini tidak jauh berbeda dengan pagi sebelumnya. Dia selalu dibangunkan oleh Mami Hanum, mandi, berganti pakaian, kemudian sarapan dengan keluarga kecil.

Beberapa pelayan memberi pelayanan terbaik. Mami Hanum ikut membantu para pembantu, sedangkan Arasya dan Papi Levi sibuk melahap makanannya.

Hari ini, makanan terasa lebih lezat dari pada hari kemarin. Mungkin, karena hati kecilnya sedang bahagia. Papi Levi terus menatap putri tercinta dengan ekspresi penasaran.

"Kerasukan apa, Sya?" tanya Papi Levi, "senyum terus, Papi jadi merinding."

"Setiap hari, Arasya suka senyum-senyum sendiri, Pi," balas Arasya sambil mencomot sebuah anggur.

"Oh, iya." Papi Levi angguk-angguk. "Papi lupa kalau kamu suka kerasukan, setiap hari."

"Ah, Papi nyebelin!" gerutu Arasya. Tangan kanannya mencomot makanan milik sang Papi.

"Hey, itu anggur milik Papi!" seru Mami Hanum, "gak boleh ambil sembarangan, Sayang! Dosa."

Arasya menoleh ke sisi kanan. Dia baru sadar kalau Mami Hanum sedang berdiri tegap sambil membawa nampan, berisi susu putih.

"Hehe ... maaf. Arasya bablas buat makan soalnya buah-buahan lagi segar, kayak senyum Mami," puji Arasya.

"Kamu memuji karena takut dimarahi Mami, 'kan?" sela Papi Levi dengan tatapan curiga.

"Astagfirullah, Jangan fitrah, Pi!" perintah Arasya dengan nada memelas.

Mami Hanum pun menyela, "Fitnah, bukan fitrah, Arasya!"

"Itu maksud Arasya!" balasnya, "fitnah itu gak boleh soalnya bersoda."

"Berdosa, Arasya! Bukan bersoda."

Mami Hanum kembali menyela. Kali ini, lirikan matanya begitu serius. Itu adalah lirikan yang mengerikan hingga membuat Arasya merinding.

Gadis yang memakai pakaian lengan panjang itu langsung memegangi kedua kuping seolah sedang menghukum diri sendiri.

Papi Levi terkekeh saat menyaksikan kejahilan Arasya. Tangan kanannya segera mengelus pucuk rambut Arasya sambil memberi kecupan hangat di kening putri tunggalnya.

"Masih pagi udah ada tragedi, hahaha ... lain kali, jangan bantah Mami lagi. Okay?" perintah Papi Levi.

Arasya segera mengangguk, kemudian menaruh telapak tangan kanan di samping kening seperti sedang memberi hormat.

"Siap, Komandan!" teriak Arasya.

"Kamu cepat sekolah, gih! Takut nanti telat," pinta Mami Hanum.

Tangan kanan Mami Hanum meraih tas, kemudian memberikannya pada Arasya.

"Tolong titip salam ke Habibi, ya?" pinta Mami Hanum.

"Kenapa? Tumben titip salam ke Habibi?" tanya Papi Levi.

"Soalnya udah dikasih daging onta arab kemarin. Enak banget. Semoga besok, Habibi mau kasih daging onta arab lagi. Kan, lumayan kalo dapat daging hasil impor, hehehe ...."

"Jiaaahhhh ... baik karena ada maunya, tuh," ledek Arasya dengan ekspresi memerah karena menahan tawa.

Mami Hanum langsung terkekeh pelan. Mana ada Ibu-Ibu yang menolak untuk diberikan sesuatu, apalagi kalau diberi langsung oleh Habibi.

Kebaikan keluarga Habibi itu tidak boleh ditolak, nanti mereka bisa sedih. Arasya beruntung karena bisa berteman langgeng dengan orang sebaik itu.

Setelah selesai makan, Arasya segera mendekati Mami Hanum. Dia mencium telapak tangan kanan Maminya sambil tersenyum kecil dan melakukan hal serupa pada Papi Levi.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang