"Waalaikumsallam ... halo, Cantik! Kenapa baru datang? Hm?" tanya Pak Roni dengan senyuman hangat.
"Tadi jalanan macet, Pak," jawab Arasya. Wajahnya terlihat memelas karena takut diomeli oleh Pak Roni.
"Oh, ya sudah ... cepat duduk di bangku kamu!" pinta Pak Roni.
Arasya mengangguk, kemudian duduk di bangkunya. Dia tidak melihat Geova, ternyata sang senior memang membolos pelajaran Pak Roni. Untunglah dirinya tidak mendengarkan ocehan Geova.
Pak Roni kembali menjelaskan materi. Arasya mencoba memahami pelajaran matematika yang sedang diajarkan. Namun, otaknya terus loading dan tidak mengerti apapun.
"Gue kayak anak o'on kalau berhadapan sama matematika," lirih Arasya.
"Silakan kalian pahami materi yang ada di papan tulis lalu kerjakan soal yang Bapak kasih!" perintah Bapak Roni.
Arasya geleng-geleng saat menatap soal matematika. "Kenapa repot-repot menghitung? Udah ada kalkulator."
Tidak lama kemudian, pelajaran Bapak Roni pun usai. Salon-salon di setiap kelas membunyikan sirine paling merdu. Itu pertanda istirahat telah tiba.
Arasya segera membereskan semua buku ke dalam tas. Dia akan mengerjakan tugas setelah sampai di rumah. Kalau jawab soal-soal di kelas, Geova pasti akan mengganggunya.
Setelah memasukan seluruh buku ke dalam tas, Bapak Roni malah berjalan mendekat. Dia tersenyum hangat saat duduk di depan bangku Arasya.
"Saya ijin duduk di sini, ya?" cakap Bapak Roni.
"Silakan, Pak. Lagian, saya mau pergi," balas Arasya, apa adanya.
"Kamu gak mau temani saya?" tawar Bapak Roni.
Arasya menggeleng. "Saya mau pacaran, Pak," tolaknya, selembut mungkin.
"Heh! Enggak boleh pacaran, dosa!" kelakar Bapak Roni.
"Saya mau pacaran sama guling," elak Arasya sambil memutar mata, malas.
Sebenarnya, Bapak Roni mengatakan kebenaran. Pacaran itu dosa. Seorang dosen yang bukan halal-nya malah terus nempel bagaikan perangko. Bukankah tindakan Bapak Roni juga berdosa karena terus mendekati Arasya?
Arasya menoleh dengan tatapan jengkel. Dia ingin sekali memberi pukulan telak hingga membuat Pak Roni pingsan di tempat. Namun, dia tidak melakukannya.
"Kata Mami Hanum, melawan pada orang tua itu dosa," ungkap Arasya.
"Mami Hanum benar. Kamu juga enggak boleh melawan sama saya," protes Bapak Roni.
"Iya, soalnya Bapak udah dianggap orang tua," timpal Arasya dengan seenak jidat.
Kalau Alvarios ada di sini, maka laki-laki tampan itu akan tertawa kencang. Dosen yang selalu menggoda Arasya langsung terdiam karena menerima kalimat sarkas dari murid didiknya sendiri.
"Untuk menghindari dosa, lebih baik kamu duduk di samping saya!"
"Saya akan temani kalau ada waktu luang, Pak."
Bapak Roni geleng-geleng. "Saya kasih nilai kamu kalau ada waktu luang aja, ya?" ucapnya.
"Lho, kok begitu, Pak?"
"Kalau enggak ada waktu luang, saya gak akan kasih kamu nilai."
"Hah? Maksudnya gimana, Pak?"
"Saya meminta kamu untuk duduk. Kenapa buru-buru pulang?"
"Tugas Bapak itu enggak cuma satu, saya harus kerjakan dulu," timpal Arasya.
"Saya tahu, tugas dari saya itu banyak. Kenapa kamu gak dikerjakan di sini aja?" perintah Bapak Roni sambil memegangi ujung baju Arasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)
Novela JuvenilSeorang primadona bar-bar bernama Arasya Levi Maheswari berada dalam ancaman besar setelah masuk ke dalam kampus elit, kampus yang penuh skandal. Masalah berlanjut ketika seorang dosen mencintainya dan memaksa untuk jadi istri kedua. Di lain sisi...