Setelah sampai di parkiran, Habibi pun mematikan mesin motornya. Arasya segera turun dari kursi belakang dan hendak pergi membawa tas kece miliknya.
"Ukhty, mau ke mana?" tanya Habibi dengan ekspresi terheran-heran.
Arasya pun menoleh. "Mau ngapel sama Bapak lo!" balasnya dengan nada ketus.
"Astagfirullah, jangan mau jadi emak tiri ane," pinta Habibi.
"Kenapa? Takut gue kasih makan rinso?" balasnya sambil melipat kedua tangan.
Habibi berusaha menahan tawa. "Kalo ente jadi emak tiri ane, ane gak bisa bully ente lagi," ledek Habibi.
"Wah, kurang asem lo!" dumel Arasya sambil berjalan mendekat.
"Hahaha ... itu helm mau dibawa ke kelas?" tanya Habibi sambil terkekeh.
Tangan kanan Arasya pun menepuk-nepuk benda padat yang bertengger di kepalanya. Arasya langsung tertawa saat sadar bahwa dia belum melepas helm milik Habibi.
"Eh, helm lo? Hehe ... sorry, gue lupa," ucap Arasya sambil melepas helm tersebut.
Setelah melepaskannya, Arasya langsung menyerahkan helm tersebut pada Habibi. Laki-laki santun itu hanya tersenyum kecil.
Dia tidak mengatakan apapun saat melihat Arasya berjalan menjauh. Hatinya ingin sekali mengatakan sesuatu, tetapi rasa persaudaraan di antara mereka tidak boleh hancur hanya karena perasaan egois.
"Jaga diri baik-baik, ya? Ane pasti bisa menjaga perasaan ini," ucap Habibi dengan senyum hangatnya.
Habibi berjalan menuju masjid terdekat, kemudian mengambil wudu. Tadi, Arasya sempat memegang tangan kanan dan membuat wudu-nya menjadi tidak sah lagi.
Setelah mengambil wudu, Habibi mulai mendongak dan tersenyum kecut. Semua mimpinya pasti hanya sebagai angan. Dia menggeleng pelan dan melupakan semua angan-angannya.
"Terus tertawa, bestie!"
***
Gadis berparas ayu tersebut melangkah pelan, melewati setiap lorong kampus dengan tatapan sinis. Mood-nya sudah hancur semenjak keluar rumah.
Untungnya, ada Habibi serta Alvarios yang membuat mood kembali naik. Entahlah, semenjak mengenal kampus ini, mood Arasya memang sering naik-turun.
Kadang terlalu senang, kadang terlalu sedih. Kadang banyak kejadian lucu, kadang ada kejadian yang membuat darah tinggi. Jadi, siapakah yang bisa menebak alur novel ini dari awal sampai tuntas? Mungkin, tidak ada. Mari buktikan!
"Lo lihat dia?" bisik seseorang.
"Siapa? Oh, si primadona? Kenapa dia?"
"Gila! Kita mesti cuek aja! Jangan urusi pelakor itu!"
"Hah? Ternyata skandal itu bener? Arasya itu sama Bapak?"
"Gue gak percaya, anj*ng!" seru mahasiswa lain, "cewek sebening pelicin gitu mana mau sama aki-aki."
"Gak percaya, Nyet? Ada bukti ini, Nyet!"
Arasya menghela nafas panjang karena bosan kalau harus mendengar gosip di pagi secerah ini.
Jangan sampai mood-nya semakin hancur karena mendengarkan mereka. Namun, mereka masih tetap bergosip meskipun Arasya sudah menjauh.
"Cukup!" gerutu Arasya, "kalau gue diam aja, gosip ini bisa semakin menyebar!"
Selain pujian yang berlimpah, dia memang sering mendengar komentar negatif dari mahasiswa lainnya. Setelah berbalik badan, Arasya melihat mereka sedang menatapnya dengan tatapan sinis dan tanpa perasaan bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)
Teen FictionSeorang primadona bar-bar bernama Arasya Levi Maheswari berada dalam ancaman besar setelah masuk ke dalam kampus elit, kampus yang penuh skandal. Masalah berlanjut ketika seorang dosen mencintainya dan memaksa untuk jadi istri kedua. Di lain sisi...