40. Ruangan apa ini?

128 4 0
                                    

Beberapa jam berlalu, Arasya sudah berada di depan ruangan Bapak Roni. Baju yang sedikit berantakan segera dirapikan. Jangan sampai sang dosen tergoda saat menatap penampilannya.

Reeetttt!

Setelah merapikan pakaian, seseorang tiba-tiba keluar dari ruangan Bapak Roni. Itu adalah Ibu Hasmi. Beliau tersenyum manis saat melihat murid kesayangan sedang berdiri tegap di depan ruangan.

"Si Cantik udah rapi. Mau ngapain?" tanya Ibu Hasmi sambil menatap mahasiswi ini, dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Mau ngapel sama Bapak Roni, Bu," canda Arasya sembari tertawa kecil.

"Heh, jangan begitu!" pinta Ibu Hasmi.

"Lho, emangnya kenapa, Bu?"

"Pak Roni udah punya suami."

"Ibu salah ngomong, tuh. Pak Roni itu cowok. Punya istri, bukan punya suami," balas Arasya dengan wajah terheran-heran.

"Hahahaha ... kamu benar. Maksudnya udah punya istri, Sayang," ujarnya.

"Hehehe ... emang siapa yang pengen menggoda dosen killer tersebut?" Arasya pun tersenyum hingga gigi putih-bersih terlihat.

Ibu Hasmi kembali berujar, "Kamu benar. Bapak Roni itu killer, berwibawa, baik lagi. Jangan macam-macam sama beliau!"

"Hehehe ...."

Arasya tidak menjawab dan hanya tertawa renyah. Dia tidak mau menggoda siapa pun, tetapi menggoda Ibu Hasmi itu sangat menyenangkan.

Keduanya sempat tertawa kecil. Setelah bercanda bersama, Ibu Hasmi pun segera berpamitan lalu pergi menjauh. Gadis cantik itu menghela napas panjang dan wajahnya mendadak terlihat memelas.

"Gue malas masuk, gue muak bertemu," gumamnya sambil mengeluarkan HP.

Kalau tidak masuk ke ruangan ini, maka nilainya akan terancam punah. Arasya berpikir keras, tetapi tidak tahu cara menghindari Pak Roni.

Teng!

Banyak sekali pesan yang dikirim Habibi. Entah setan apa yang merasuki sahabat humorisnya itu. Arasya menekan isi pesan dan terkejut pada pesan sahabatnya.

"Haha ... Habibi aneh! Lovely.lubis adalah gue!" Arasya semakin tertawa.

Sebelum maju ke arah pintu, Arasya sempat memencet sebuah tombol merah pada perekam suara. Benar, dia akan merekam seluruh percakapan.

Dia tidak mau berpikir negatif, tetapi apa salahnya kalau berjaga-jaga? Hati kecilnya berharap, semoga dosen menyebalkan itu tidak melakukan tindakan gila.

Layar handphone segera dimatikan, Arasya sudah tidak punya waktu dan harus cepat pulang. Ada janji dangdutan bersama Papi Levi. Dia jangan sampai terlambat.

Tok! Tok!

Tidak ada jawaban dari dalam ruangan, meskipun dirinya sudah mengetuk pintu selama beberapa kali. Akhirnya, Arasya segera masuk ke ruangan Pak Roni. Dia sempat mengatakan permisi, tetapi tidak menerima jawaban.

"Pak? Permisi!" ucap Arasya sambil masuk ke ruangan.

"Siapa itu?" pekik seseorang dari arah kamar mandi.

Kebetulan, ruangan itu memang tersedia kamar mandi kecil dan hanya berisi toilet serta bak berukuran kecil.

"Arasya Levi Maheswari," jawabnya dengan tatapan malas.

Tidak lama kemudian, pintu kamar mandi dibuka selebar mungkin. Bapak roni keluar dari toilet dengan wajah segar seperti tidak memiliki dosa.

"Eh, si cantik baru datang," desis Bapak Roni sambil berjalan ke meja.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang