34. Jangan main-main, Boy!

108 4 0
                                    

Arasya melepaskan tas dari pundak lalu membantingnya ke sembarang arah. Dia tersenyum kecil karena sudah memberi pelajaran pada seorang pengkhianat.

Entahlah, apakah pelajaran itu keterlaluan atau tidak. Arasya tidak peduli. Hal paling penting adalah ... dia sudah meluapkan semua kebencian karena terus dikhianati.

Treng! Treng!

Handphone-nya mendadak berdering kencang. Arasya selalu terkejut kalau ada panggilan yang masuk. Suara notifikasi di HP-nya memang sangat kencang, melebihi knalpot Habibi.

"Halo?" tanya Arasya.

"Halo, ukhty!" seru orang di seberang.

Dari nada bicaranya saja, kalian pasti tahu ... siapakah yang sedang menelpon.

Gadis ini sempat tersenyum kecil karena orang yang sedang dipikirkan malah menyuarakan suara khasnya.

"Kenapa, Cuk? Tumben telepon gue," ujar Arasya.

Habibi pun membalas, "Ane punya daging onta Arab. Ente mau enggak?" ungkapnya.

"Enggak. Gue kenyang. Makan aja!"

"Serius enggak mau? Nanti dihabiskan sama ane, lho ...."

"Piringnya juga boleh dimakan, Bib!" ledek Arasya.

"Astagfirullah, istigfar ente!" seru Habibi dengan nada memelas.

Arasya terkekeh saat mendengarkan ocehan Habibi. Tangan kanannya segera mematikan HP karena ingin istirahat secepat mungkin.

Dia sudah rebahan di kasur yang super empuk dan bersiap untuk tidur. Ketika matanya hampir tertutup sempurna, Hp-nya malah kembali berbunyi.

Treng! Treng!

Mata yang sudah mengantuk dipaksa untuk menatap layar HP. Arasya menghela napas ketika tahu, Habibi terus mengganggunya.

"Iya, kenapa lagi, Bib?" seru Arasya dengan nada Habibi.

"Ane mau ngomong penting, tau? Kok, nadanya depresi gitu?" tanya Habibi.

Arasya pun menjawab, "Oh, mau ngomong penting. Ngomong apaan emang?"

"Alvarios enggak mau makan piringnya."

"Terus gue harus apa? Jadi kuda lumping?"

"Alvarios habisin semua daging onta ane." Habibi memelas. "Kesel banget, asli."

"Lama-lama, gue juga kesel kalo ngobrol sama lo. Lebih baik lo ngobrol sama batu aja sana!"

"Yaaahhh, masa ane disuruh jadi orang idiot lagi, Sya?"

"Gue enggak bilang lo idiot, Bib ... tapi, kalau lo ngerasa idiot, sih, gapapa."

"Ah, jangan gitu, Sya! Jahat sama ane mah bisa jadi dosa jariah," canda Habibi.

"Hahaha ... bisa aja! Udah, sono makan! Jangan lupa ajak Alvarios buat duel," perintah Arasya dengan nada ketus.

"Ente sensitif banget. Habis haid, ya?"

"Gue ngantuk, bahlul! Kalau ganggu tidur gue terus, lo gak selamat dunia-akhirat, Bib!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Arasya pun mematikan panggilan handphone. Dia meletakan HP di sisi kepala dan langsung menutup kedua mata.

Semoga saja Habibi tidak menelpon lagi karena dirinya ingin istirahat sepanjang hari. Gadis ini kembali menutup mata lalu berhalusinasi jalan-jalan bersama seorang idola.

Treng! Treng!

Ketika akan terlelap tidur, HP-nya malah kembali berbunyi kencang. Arasya pun terpaksa menjawab telepon itu tanpa melihat nama kontaknya terlebih dahulu.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang