26. Sedikit pembalasan.

101 4 0
                                    

"Jangan ngegas mangkanya!" perintah Veni, "Relax, friends!"

"Lo bukan sahabat gue!" pekik Arasya, "dan gue gak akan pernah relax kalau bersama pengkhianat kayak lo!"

Bukannya minta maaf, Veni malah terlihat begitu tenang. Tidak ada penyesalan di wajahnya. Arasya pun masih melotot tajam, emosi dalam dadanya sulit dipadamkan.

"Emang apa yang membuat lo murka kayak gini? Ada apa sama foto Pak Roni?" tanya Veni dengan wajah tanpa dosa.

Ketika ditatap sinis, Veni malah langsung tertawa kecil. Entah apa yang dipikirkan oleh Veni sampai cengengesan seperti itu. Arasya mencengkeram telapak tangan dengan sekuat tenaga dan hampir hilang kendali.

"Lo masih bisa tanya kayak gitu?" ungkap Arasya sambil menenangkan diri sendiri.

"Hehe ... santai, dong!" canda Veni sambil membasuh tangan di wastafel.

"Lo udah menyebarkan foto gue sama Pak Roni, cok! Lo udah gila, Veni!"

"Sejak pacaran sama Rafael, gue emang udah tergila-gila."

Arasya menyatukan kedua alis. "Jangan bilang ... lo menyebarkan foto gue sama Pak Roni gara-gara cemburu buta? Lo cemburu gara-gara gue suka dikejar sama pacar lo, 'kan?" tanya Arasya.

Veni masih belum menjawabnya dan malah tersenyum sinis. "Coba tebak ... kenapa gue bisa sebar foto lo sama Pak Roni?" perintah Veni.

Arasya mulai berpikir. Sejujurnya, dia masih belum mempercayai situasi ini. Ibaratkan mimpi buruk yang ingin dihindari.

Apa benar kalau Veni berani menyebar foto dirinya bersama Pak Roni?

Primadona ini berpikir keras, tetapi otaknya tidak menemukan jawaban apapun. Coba jelaskan, apa yang bisa membuat seorang teman menjadi pengkhianat?

Di saat Arasya sedang berpikir, Veni malah mengangkat tangan kiri lalu memperlihatkan sebuah cincin mewah di bagian jari manis.

"Rafael udah melamar gue," ungkap Veni, "lo gak akan bisa bersaing sama gue lagi."

"Kenapa?" tanya Arasya dengan ekspresi tidak percaya.

"Selain suka genit ke Pak Roni, lo juga suka genit ke Rafael, 'kan?" tanya Veni tanpa perasaan bersalah.

"Kan, kemarin gue udah bilang, gue gak pernah genit ke siapa pun. Ngapain pake tanya ulang?" timpal Arasya.

Veni menaikkan salah satu alis. "Haha ... sejak kemarin, lo terus munafik," ledeknya.

"Maksudnya apa coba?" Arasya semakin terlihat kecewa pada mantan sahabatnya ini.

"Beberapa bulan lagi, keluarga Rafael akan pergi ke rumah gue untuk merundingkan tanggal pernikahan. Kemarin malam, Rafael minta maaf karena terus deketin lo. Selain itu, Rafael cerita ke gue kalau lo sering menggoda duluan," balas Veni dengan senyuman menyebalkan.

"Kenapa lo gak pernah percaya sama gue?" tanya Arasya.

"Karena lo gatal," jawab Veni.

"Maksudnya apa coba?"

"Haha ... orang gatal mah gatal aja, Sya!" Veni menepuk punggung Arasya.

Kemarin, Arasya diberikan kalimat super manis seolah persahabatan mereka tidak akan runtuh sampai kiamat tiba. Namun, sebelum terbit fajar, Veni sudah berulah.

"Ibarat pepatah ... sudah salah, gak tau cara minta maaf, hidup lagi," rutuk Arasya dengan tatapan kebencian.

Dari tatapan tersebut, semua orang sudah tahu bahwa Veni berhasil memancing singa yang tertidur untuk memangsa serangga pengganggu.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang