Harusnya, Veni langsung santai seusai pulang dari kampus. Namun, dia malah memilih untuk cek HP dan tidak sengaja menemukan foto dirinya sedang bersama seorang om-om di kamar hotel.
Itu adalah foto yang disebarkan oleh akun anonymous dan tidak bisa dilacak sumber pengirimnya. Veni melotot kaget dan tidak mempercayai penglihatannya sendiri.
"Anj*ng! Siapa yang udah sebar aib gue?" teriak Veni dengan wajah depresi.
Itu adalah foto dia saat di masa lalu. Ada tragedi kelam yang ditutupi dari publik. Namun, rahasia tersebut malah dibuka oleh seseorang.
"Siapa yang berani sebar rahasia gue!" pekiknya sambil menghentak-hentakkan kedua kaki ke lantai.
Veni menutup telinganya sendiri, kemudian berteriak cukup kencang. Dia tidak mau memikirkan apapun. Namun, trauma di masa lalu bersama seorang om-om kembali terngiang-ngiang di kepala.
"Itu adalah rahasia gue di mana lalu," ucapnya, "kenapa masih ada yang simpan? Ini ulah siapa, bangs*t! Oh, jangan-jangan ini adalah ulah Arasya. Gadis si*lan itu harus mendapat balasan setimpal!"
Veni memperlihatkan tatapan penuh benci. Kebencian itu memang sudah ada sejak zaman dulu. Sejak dirinya jadian dengan Rafael.
"Gue menyesal karena berteman sama jal*ng!"
Veni berjalan ke arah meja belajar, kemudian menatap laci kecil selama beberapa detik. Dia tersenyum kecil saat melihat pisau dapur nganggur di atas laci.
"Hm. Sebenarnya gue cuma pura-pura baik sama gadis munafik itu," ujarnya sambil meraih pisau tersebut.
Setelah meraih pisau tersebut, Veni langsung berjalan ke arah cermin. Dia sempat memutar badan dan memuji diri sendiri.
"Ah, Tuhan gak adil banget! Dia dijadikan primadona, tapi gue cuma kentang," kata Veni, "kalau lo berani membongkar rahasia gue, gue harus apa, ya?"
Veni mengacungkan pisau tersebut ke udara dan terlihat cekikikan. Wajahnya yang sedang gembira malah membuat semua orang merinding.
Andai kalian menyaksikan senyuman Veni, maka kalian pun akan lari terbirit-birit. Itu adalah senyuman devil. Pasti ada sesuatu yang akan terjadi.
Ketika Veni sudah berjalan ke arah pintu sambil membawa pisau tersebut. Rafael malah masuk ke dalam kamarnya tanpa mengucapkan permisi.
"Ngapain lo bawa pisau itu?" tanya Rafael.
Laki-laki bertubuh tinggi tegap itu menatap kekasihnya dengan ekspresi gusar. Dia tahu kalau Veni adalah gadis paling nekad. Veni tidak menjawab dan malah berpaling ke arah lain.
"Gue mau melakukan sesuatu," ungkapnya.
"Melakukan apa?" tanya Rafael, "kenapa diam aja?"
Rafael berjalan mendekat, kemudian berusaha untuk menarik pisau tersebut dari tangan kekasihnya. Namun, Veni sama sekali tidak mau dipaksa.
"Jangan ikut campur, bego!" sergah Veni sambil melotot tajam.
"Lo ngomong dulu! Mau melakukan apa?" Rafael kembali berusaha meraih pisau itu.
"Melenyapkan selingkuhan lo!" balas Veni, secara terus terang.
"Melenyapkan Arasya?" tanya Rafael, "jangan gila lo!"
"Lo yang membuat gue gila!" timpal Veni, "lo melamar gue, tapi selalu mengigau tentang Arasya!"
"Ya terus kenapa?" sentak Rafael.
"Gue cemburu, goblok!"
"Gue enggak bisa kendalikan hati gue sendiri."
"Dan lo gak bisa menghargai pasangan lo sendiri. Goblok banget emang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)
Teen FictionSeorang primadona bar-bar bernama Arasya Levi Maheswari berada dalam ancaman besar setelah masuk ke dalam kampus elit, kampus yang penuh skandal. Masalah berlanjut ketika seorang dosen mencintainya dan memaksa untuk jadi istri kedua. Di lain sisi...