20. Perlindungan geng Harlubis.

145 6 0
                                    

"Lo udah tua?" lanjut Alvarios tanpa berkedip, "masih cantik, kok!"

Laki-laki tampan ini menyeka setetes air mata di pipi Arasya. Alvarios baru sadar bahwa temannya ini sudah menangis.

Genangan air di pelupuk mata Arasya membuat Alvarios menjadi khawatir. Namun, laki-laki ini tidak mau bertanya apapun. Dia mengerti bahwa Arasya memang sulit untuk bercerita.

Alvarios hanya tersenyum hangat sampai menimbulkan kerutan di sisi matanya. Kalau sudah tersenyum lebar, semua gadis pasti akan tergoda, termasuk Arasya.

Gadis yang sempat menangis ... akhirnya ikut tersenyum lebar.

"Kalau tersenyum, makin kelihatan cantik," gumam Alvarios.

"Habibi pernah bilang kalau wajah gue mirip kayak Nyai Lampir," ungkap Arasya.

"Heehhh, tukang ngadu!" dumel Habibi dengan bibir cemberutnya, "gue bilang kayak gitu pas kita umur lima tahun. Kenapa masih diingat terus?"

Laki-laki tampan ini mundur beberapa langkah lalu memandangi wajah Arasya. Gadis cantik itu menunduk karena pipinya berubah menjadi merah merona.

"Hahaha ... dasar, woman!" goda Alvarios dengan tawa yang candu.

"Alvariossss!" ujar Habibi sambil menepuk pundak temannya.

Alvarios menoleh lalu menjawab, "Apa? Mau bagi-bagi bansos lo?"

"Nanti, kalau ane jadi milyader," celoteh Habibi tanpa pikir panjang, "ente tahu gak, sih? Menggoda yang bukan mahram itu gak baik."

"Hm, kalau menggoda Ibu kita, gapapa?" tanya Alvarios dengan tatapan datar.

Habibi pun mengangguk.

"Kalau gitu, gue cuma menggoda calon ibu dari anak-anak aja."

"Penggombal handal, wajib kita tampol!" celetuk Habibi sambil geleng-geleng.

"Bukan menggombal, tapi ngomongin fakta," elak Alvarios dengan percaya diri.

Ketua geng Harlubis memang sering mengeluarkan kalimat manis para Arasya, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun secara terang-terangan. Habibi menghela nafas dan malas mendebat Alvarios.

"Lebih baik jadi onta arab dari pada jadi nyamuk di antara kalian berdua," gumamnya dengan suara lesu.

"Lesu amat, Bib. Hehe ... udah makan belum? Mau gue traktir?" tanya Arasya.

"Mau-mau-mau!" balas Habibi dengan semangat empat lima.

"Gue traktir pakai duit Alvarios, ya?" sela Arasya dengan begitu santai.

"Oh, emangnya boleh?"

"Gue gak mau keluarin uang buat lo!" balas Alvarios, wajahnya terlihat begitu sadis.

"Jangan pelit, takut kuburannya sempit!"

"Jangan ngomong yang buruk, nanti doa-nya kembali lagi buat lo."

"Astagfirullah, maaf! Kalo udah julid, emang suka hilap!"

Arasya terkekeh pelan. Habibi memang selalu begitu, ada saja plesetan yang dikeluarkan kalau melihat temannya sedang berdekatan.

Sebagai calon ustadz, Habibi memang memiliki kewajiban untuk mengingatkan. Jangan sampai teman-temannya salah jalan.

Laki-laki humoris itu sangat takut kalau sahabat masa kecilnya diganggu oleh orang sembarangan. Bahkan, Habibi tidak segan untuk protes kalau Alvarios dan Arasya duduk terlalu dekat.

"Yuk, ke kantin!" ajak Alvarios sambil menepuk pundak Habibi.

Habibi menoleh sambil menjawab, "Males! Nanti ane disuruh cuci piring gara-gara gak jadi dibayarin sama ente."

"Gue bayarin pake duit Arasya," celetuk Alvarios hingga membuat Arasya melotot kaget.

"Gitu aja terus, sampai terompet sangkakala muncul," gerutu Habibi dengan wajah memerah, menahan amarah.

Alvarios terkekeh saat berujar, "Haha ... canda! Gue traktir, tapi jangan ada yang sedih lagi!"

Arasya paham bahwa Alvarios sedang menyindirnya. Dia mengerti maksud Alvarios, tetapi tidak bisa mengaku kalau dia sudah menangis karena ulah Pak Roni.

Sesak, tetapi terus ditahan.

Kalau Arasya bercerita, maka masalahnya akan semakin runyam. Gadis ini semakin bingung dan tidak tahu harus melakukan apa. Rasa syok, sad, dan tertekan membuat hati kecilnya ragu untuk speak up.

***

"Tunggu di sini! Gue mau ke toilet dulu," ucap Alvarios di tengah-tengah perjalanan.

Arasya pun mengangguk. Setelah Alvarios pergi ke dalam toilet, Habibi pun melirik gadis ini dengan tatapan penuh simpati. Sebenarnya, Habibi pun tahu bahwa gadis ini sudah menangis.

"Gue ikutan, ente jangan ke mana-mana ... nanti ane traktir onta arab, okay?" gumam Habibi sambil menepuk pundak Arasya.

"Lo gak wudu, Bib?" tanya Arasya dengan ekspresi penasaran, "tumben-tumbenan tepuk pundak gue?"

"Gue lagi men—"

"MENS, BIB?"

"Eh, bu-bukan!"

"LO MENSTRUASI? SERIUS?"

"Emang cowok mana yang bisa haid, ukhty? Jangan ngaco!"

"GILA! TERNYATA ADA COWOK TULEN YANG BISA HAID. AJAIB!"

"MENCRET, ARASYAAA!" teriak Habibi.

Wajah Habibi terlihat merah padam. Mata yang biasanya terlihat tenang, langsung berubah menjadi memelas. Siapa pun akan depresi kalau bertemu dengan Arasya.

Sikap jahil Arasya memang mampu menaikkan darah seseorang. Kalau kamu menjadi teman dekatnya, mungkin bisa darah tinggi setiap hari.

Arasya langsung cengengesan saat melihat Habibi tersulut emosi. Gadis ini memegangi telinganya sendiri, kemudian mengangkat salah satu kaki. Seolah tahu hukuman yang pantas untuk gadis jahil sepertinya.

"Hehe ... maaf, Bib! Gue cuma bercanda." Arasya pun tersenyum lebar.

"Biasanya, setan suka banget memancing emosi. Kalau ente bikin ane emosi terus, berarti ente adalah teman setan," ungkap Habibi dengan begitu bijak.

"Yang membuat orang lain emosi itu teman setan, Bib?" tanya Arasya.

Habibi pun mengangguk. "Sudah tentu!"

"Temen gue kan cuma lo," sela Arasya tanpa perasaan bersalah.

"Astagfirullah, Allahu'robbi," gumam Habibi sambil mengelus dadanya sendiri, "kita cuma ngobrol lima menit, tapi kepala ane udah cenat-cenut!"

"Kalau lo cenat-cenut, gue cenit-cenit," sela Arasya tanpa perasaan bersalah.

"Semerdeka ente aja, ukhty! Ane mau buang hajat," balas Habibi.

"Hah? Ibu Hajat? Emang ada yang hajatan, ya, Bib?"

"Buang hajattt, Arasya," pekik Habibi, "ente tuh kelihatan macam ukhty, tapi kelakuan udah kayak kunti. Hobi banget usil sampai buat orang lain emosi."

"Ppffttt ... santai, Bib! Sewot amat."

"Semerdeka ente aja! Ane mau ke toilet," ungkap Habibi.

Laki-laki humoris itu berbalik badan lalu berjalan mendekati toilet. Sebelum masuk, Habibi menyempatkan diri untuk merentangkan telapak tangan di depan dada sambil mengucapkan doa masuk WC.

Arasya salut kepada Habibi. Meskipun humoris dan sedikit naif, dia tidak pernah mencari onar atau keributan dengan siapa pun. Habibi adalah pasangan terbaik untuk seorang muslimah.

SKANDAL KAMPUS. (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang