incident in canteen

2.5K 468 30
                                    

"Coba lihat ke arah jam 3." Ucap David yang masih membolak-balik halaman buku yang sedang ia baca.

Jian yang mendengarnya dengan pelan menggerakkan kepalanya, tepat kearah jam 3 ada Harraz yang sedang berkumpul dengan teman-temannya, tapi mata lelaki itu menatap kearah meja Jian dan David, membuat mata Jian bertubrukan dengan manik coklat milik Harraz.

Lalu buru-buru Jian menatap bukunya lagi, membuat David tertawa pelan.

"Ayo kita ke kelas." Ajak Jian, tapi David malah menggelengkan kepalanya.

"Jangan dihiraukan." Jawabnya.

Menyebalkan.

Kelas Jian sedang jam kosong, makanya dua orang kutu buku ini berada di kantin sekarang. Mereka juga sedang menunggu Wella dan Jendra yang di panggil Bu Lisa, lalu rencananya keempat orang ini akan makan sebentar sebelum menuju perpustakaan.

Sedangkan kelas Harraz keliatannya sedang pelajaran penjas, karna mereka memakai pakaian olahraga.

Akhirnya Wella dan Jendra datang, kali ini Jendra yang memesankan makanan. Kompak ketiganya memesan nasi goreng Bi Ami, paling enak dari semua nasi goreng yang ada di kantin.

Malas berlama-lama disana, ketika selesai dengan makanannya, keempatnya langsung saja menuju perpustakaan.

Brakk. . .

"Awww..." ringisan itu keluar dari mulut orang yang baru saja bertabrakan dengan Jian, membuat atensi penghuni kantin sekarang memperhatikan mereka.

Orang itu adalah Jingga.

"Maaf, saya gak sengaja." Kata Jian.

Tapi kalau dilihat-lihat, yang paling parah di sini adalah Jian, seragamnya ketumpahan es teh, buku tugasnya juga basah, membuat Wella naik pitam.

"Lo punya mata gak sih?!" Tunjuknya pada Jingga, "Ini manusia gede-gede lagi lewat, mata lo kemana, hah?!"

Jingga masih diam, entahlah raut wajahnya sulit untuk diartikan.

"Udah, Wella. Jangan ribut." Kata Jian, ia mengambil bukunya yang naas, sudah basah terkena es yang Jingga bawa.

"Lo sengaja, ya?!" Bahkan Wella sudah mendorong bahu Jingga.

Mereka benar-benar menjadi pusat perhatian, bahkan Jendra dan David tidak berniat sama sekali meleraikan Wella yang sekarang emosinya sudah berada di ubun-ubun.

"Wella, ayo jangan buat keributan." tangan Jian pun di tepis gadis itu.

Wella kalau marah memang semenyeramkan ini.

Hingga pemilik suara berat yang sedari tadi memperhatikan dari ujung kantin ikut melerai, "Udah, Well. Lo apa-apaan sih."

Gadis itu tertawa sinis, "Gue? Pacar lo yang apa-apaan. Liat Jian." Ucapnya, membuat Harraz memperhatikan Jian yang seragam putihnya sudah kekuningan karna terkena teh, dan buku tugasnya yang basah.

Harraz juga terdiam.

David dengan wajah datarnya menarik tangan Wella agar pergi dari sana, dan juga Jendra yang membuka seragam putihnya agar menutupi baju Jian yang terlihat lebih transparan walau lelaki itu memakai kaos putih di dalamnya.

"Orang gila!" umpat Wella lagi karna merasa belum puas memaki Jingga.

.
.

Baju putih milik Jian sudah tergantung rapi di jendela bagian belakang kelas mereka, Wella yang menggantungnya, supaya cepat kering katanya tadi.

Not The Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang