He knows my feelings

2.4K 439 43
                                    

Siang ini Jian mengunjungi rumah Harraz atas permintaan lelaki itu, awalnya Harraz mengajukan dirinya untuk menjemput Jian, namun Jian menolaknya, beralasan akan keluar sebentar sebelum pergi kerumah Harraz.

Akhir pekan begini memang sering mereka habiskan bersama, kadang ada Wella dan Jendra, namun kali ini hanya gadis itu sendiri yang entah mengatur rencana apa untuk mendekatkan Jian dan Harraz.

Jian sudah memperingati, tapi bagai angin lewat. Tanpa Wella dengarkan sama sekali.

"Kalian sudah makan?" Tanya Jian, tak ada yang menjawab baik Wella maupun Harraz, mata mereka memandang penuh minat pada paper bag yang dibawa Jian. "Saya udah bawakan makanan. Kebetulan tadi nyoba resep baru, saya gak yakin ini enak, tapi kalian boleh coba."

Wella senang bukan main, bahkan gadis itu dengan sigap membenarkan duduknya, melihat Jian yang menyajikan beberapa makanan di meja depan tv. Sedangkan Harraz, lelaki itu malah berfokus ke wajah Jian yang entah mengapa hari ini sangat manis dengan kaos putih yang biasa ia pakai.

"Kesini naik apa?" Tanya Harraz akhirnya.

Jian menyunggingkan senyum ke arah lelaki itu, "Naik ojol."

"Tadi di jemput gak mau."

"Soalnya mau ke minimarket dulu."

"Kan bisa ditungguin."

"Gak enak, kok Harraz malah nungguin."

"Ya, gapapa kan lagi gabut juga."

Wella jengah, "Oke, stop kalian berdua. Masih ada gue di sini kalo lupa."

Wella mengambil makanan dengan sendok yang ia ambil dari meja makan, gadis itu sangat antusias, Jian sangat pandai dalam memasak, tak seperti dirinya, hanya masak mie saja kadang terlalu lembek.

"Mama mana?" Tanya Jian, membuat Wella menutup mulutnya tak percaya, sejak kapan Jian memanggil tante Jess dengan sebutan 'mama'.

Harraz tampak berfikir sebentar, "Arisan deh kayaknya, sore nanti pulang."

Sejak beberapa hari yang lalu ketika Tante Jess melihat adegan Harraz yang meniup mata Jian dengan versi yang membuat salah paham, wanita itu senang bukan main. Dipikirannya adalah Jian dan Harraz sudah resmi berpacaran, maka itu Tante Jess menyuruh Jian memanggilnya dengan sebutan 'mama'.

Jian sangat malu kalau mengingatnya.

"Enak, Ji." Puji Wella, yang membuat senyum dibibir Jian semakin lebar. "Masakan lo mah selalu enak, iri gue."

Jian tertawa mendengarnya, "Nanti saya ajarin."

Lantas gadis itu menggeleng ribut, "Gak mau ah, gue gak bakat. Daripada ngerusak dapur."

Jian tertawa lagi, tau betul dengan tangan ajaib Wella yang bisa merusak apapun.

.
.

"Nginep aja deh, mama kayaknya bakal seneng."

Jian mendelik, bisa-bisanya lelaki disampingnya ini mengajak menginap dirumahnya, ya Jian sih mau-mau saja, tapi apa tidak kasihan dengan jantungnya?

"Kamu harus jelasin ke mama, takutnya salah paham." Ucap Jian.

Mereka berdua sedang duduk bersama didepan tv, sambil menonton Spongebob yang ditayangkan sedari pagi. Wella sudah pulang, katanya mau ke salon dulu, dan Jendra akan datang sebentar lagi.

Harraz tau betul apa yang Jian maksud, lelaki itu hanya tertawa. "Biarin aja."

Tak ada obrolan lagi setelahnya, keduanya sibuk dengan kartun yang sedang di tonton dalam diam. Hingga tak sengaja Jian melihat kearah tangan kirinya yang ada di paha.

Not The Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang