Harraz and his mistakes

2.3K 417 60
                                    

Jian memijat pelipisnya pening, hari ini adalah hari tempurnya setelah tiga hari waktu tidurnya menjadi berantakan karna belajar. Olimpiade Kimia tingkat sekolah yang ia ikuti ini berlokasi di sekolah yang tidak jauh dari sekolahnya, yaitu SMA Jaya Bakti.

David yang melihat Jian tampak kurang sehat merasa khawatir, "Ji, gapapa kan?"

Lelaki yang ditanyai menoleh dan tersenyum, "Iya gapapa, cuma pusing dikit."

"Lo lagi pengen apa? udah sarapan?" David bertanya lagi, merasa tidak puas dengan jawaban Jian tadi.

Jian menggeleng, "Gapapa David, lanjut aja baca-bacanya." Matanya melirik kearah buku David yang terbuka ditangannya.

Walau merasa tidak tenang, David tetap mengiyakan, "Kalau perlu apa-apa bilang gue, ya?" Lalu dibalas anggukan pelan Jian.

Jian bukannya mau membohongi David, tapi lelaki itu benar-benar merasa dirinya baik-baik saja dan tidak ada yang perlu di khawatirkan.

David menoleh lagi, "Lo gak mau ngabarin Harraz dulu?"

Kali ini Jian tertawa, "Ngapain? kan lagi jam pelajaran."

"Katanya nanti mau nyusul bareng Wella."

"Iya." Jawab Jian sekenanya, lalu menyandarkan kepala pada dinding ruang guru.

Sebentar lagi bis sekolah mereka akan datang, dan membawa mereka ke tempat dimana olimpiade akan dilaksanakan. Semua siswa yang berpartisipasi duduk menunggu, sembari membaca buku dan melihat-lihat soal yang mungkin saja nanti akan keluar.

Bu Jennifer sudah memanggil, tandanya bis sudah datang. Semuanya bergegas bangkit, termasuk David yang langsung menggandeng tangan Jian. Namun setelahnya lelaki itu terdiam di tempatnya dengan memandang Jian kaget, "Ji, badan lo panas, lo demam?"

Jian menepis tangannya, "Kamu diem, saya masih kuat buat ikut."

Kekhawatiran David bertambah, "Ji, lo yakin?"

Jian mengambil tas miliknya hendak membawanya sendiri, namun terhenti karna tiba-tiba David mengambil alih tas Jian dan menyampirkannya di pundaknya. Tangan kiri yang bebas bermaksud ingin menggandeng Jian.

Tangan David ditepis lagi, "Saya bisa sendiri." Katanya. David pasrah, mengikuti langkah Jian dari belakang.

.
.

Wella melipat tangannya di dada, ia menunggu Jendra dan Harraz yang katanya ke kantin sebentar untuk membelikan Jian minuman dan berbagai jajanan lainnya. Wella sih hanya menyiapkan uangnya, nanti ia akan menuruti apa yang Jian ingin makan.

Gadis itu melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya lagi, "Lama banget astaga." Gerutunya.

Tak lama dari itu, Jendra dan Harraz terlihat berjalan dengan cengiran di bibir masing-masing, namun yang membuat Wella tak habis pikir adalah Harraz membawa satu kardus susu kotak, "Lo nyuruh Jian mandi susu apa begimana?"

Harraz tertawa, "Stok buat di rumah lah."

Jendra juga tidak kalah heboh dari Harraz, ditangan kanan dan kirinya sudah ada kantung plastik yang lumayan besar, yang isinya sudah Wella pastikan berbagai jenis jajanan kantin termasuk bakwan jagung milik Bu Suti.

Ketiganya pergi menaiki mobil Jendra, memilih pergi bersama agar tidak terlalu riweuh bawa kendaraan sendiri-sendiri. Tentu saja atas usul Wella.

SMA Jaya Bakti tidak terlalu jauh, buktinya ketiga orang ini sudah memarkirkan mobil dan bersiap keluar.

"Jangan dibawa." ucap Wella cepat, ketika melihat Harraz sudah bersiap mengambil kardus susu di kursi belakang.

Not The Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang