"Jian mana?" Harraz masuk ke kelas yang terletak di sebelah kelasnya itu tanpa permisi, "Di telfon gak diangkat, tadi pagi gue ke rumahnya kayaknya udah berangkat duluan."
Wella melihat Jendra sekilas, "Jian lagi persiapan buat olimpiade, Raz. Dari pagi udah dipanggil bu Lisa buat kumpul di ruang guru."
Harraz mengerutkan keninganya, "Kok gak ngabarin, ya. Tumben."
"Nanti pulang sekolah aja kalo ada perlu sama Jian." Jendra berkata lagi.
Harraz mengangguk, lalu berpamitan keluar.
Niat hati ingin ke kantin, tapi ia urungkan ketika teman sekelasnya yang bernama Windy memanggilnya. "Kita disuruh ke ruang guru."
"Ngapain?" Tanya Harraz bingung.
Windy memukul lengan Harraz pelan, "Lo ketua kelas egeee."
Harraz terkekeh, ia terkadang lupa dengan jabatannya sebagai ketua kelas. Lalu lelaki itu berjalan cepat mendahului Windy, siapa tau bisa menemui Jian disana.
Keduanya segera masuk setelah mengetuk pintu beberapa kali. Tidak langsung menuju meja wali kelasnya, mata Harraz mengitari setiap sudut ruang guru, guna mencari segerombolan siswa yang mengikuti olimpiade.
Namun tidak ada, mungkin sudah pindah ke ruangan lain. Harraz menghembuskan nafasnya pelan, ia belum bertemu Jian sedari pagi.
Windy merasa aneh sendiri pada Harraz, "Ngapain sih lo, kayak mau maling."
Harraz mendelik, "Sembarangan banget mulut lo, Win."
.
.Bel pulang baru saja berbunyi, Harraz segera berlari menuju kelas sebelah, guna menjemput si manis dan mengajaknya pulang bersama.
Harraz celingak-celinguk mencari keberadaan Jian namun tak juga kelihatan batang hidungnya, hingga Jendra dan juga Wella keluar paling terakhir, "Ngapain lo?" Tanya Wella.
"Jian mana?"
Jendra mengangkat alisnya sesaat, "Jian mah udah ambil tas dari istirahat kedua tadi, Raz. Kayaknya pulang telat deh, ada bimbel bareng guru mapel."
Harraz mengerang frustasi, "Dimana?"
"Perpus kayaknya." Jawab Wella.
Harraz berpamitan dan berjalan menuju perpustakaan, mungkin Jian sudah akan pulang sebentar lagi, tidak apa-apa untuk menunggu sesaat.
Sekarang pukul 15.04 WIB. Sekolah tidak terlalu sepi, ada ekskul silat yang akan segera mulai di lapangan belakang.
Tulisan yang tercetak di kertas A4 yang tertempel di pintu perpustakaan membuat langkah Harraz terhenti, Dilarang masuk kecuali siswa yang mengikuti olimpiade.
Harraz pasrah, ia akan menunggu Jian di kursi depan perpus saja, sembari melihat siswa lain ekskul, sekalian mempelajari jurusnya. Namun hanya duduk dan memainkan ponselnya membuat ia bosan. Ditambah terpaan angin sore yang dingin membuatnya mengantuk. Sepertinya tidak apa-apa kalau ia tidur sebentar.
Harraz melepas tas punggungnya, menaruh disisi kanan badan tepat di ujung kursi, tas ini akan ia gunakan sebagai bantalan. Lalu Harraz berbaring, matanya tak lepas melihat lapangan yang masih ramai, sesekali terpejam sebelum kesadarannya benar-benar hilang.
.
.Jian meregangkan tubuhnya ketika guru kimianya sudah mempersilahkan untuk pulang. Kepalanya sangat penuh, pagi tadi ia dipanggil untuk mengikuti olimpiade, namun tidak menyangka akan sangat mendadak seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Main Character
Fiksi PenggemarHajeongwoo area. Sedang asiknya duduk disana sambil menunggu Bu Lisa, wali kelasnya, perhatian Jian teralihkan pada seseorang yang mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan itu. Jian otomatis menoleh. Harraz sedang membawa tumpukan buku paket, berja...