Kabar-kabar putusnya Jingga dan Harraz sudah menyebar ke penjuru sekolah, bahkan ibu kantin tempat langganan nasi goreng Jian juga sudah mengetahuinya, dan menyayangkan hal tersebut.
Jujur, Jian tidak menyangka dengan semua ini. Namun juga tidak bisa memungkiri kalau dihatinya ada sedikit perasaan senang yang segera ia tepis.
Wella dan Jendra dengan terang-terangan tersenyum senang, kali ini apalagi yang mereka lakukan, kalau sampai menyebabkan putusnya hubungan dua sejoli itu, mereka sudah sangat keterlaluan.
Jian sudah mengetahui semua rencana Jendra dan Wella yang mencoba mendekatkannya dengan Harraz, Jian merasa tidak enak untuk itu dan memarahi Jendra yang sudah kelewatan dengan perilakunya.
"Gak baik loh, senang diatas penderitaan orang lain." Sindir Jian pada Jendra dan Wella yang masih tertawa-tawa.
Jendra mendelik mendengarnya, jelas ucapan itu untuknya. "Udah seharusnya dirayakan." Balasnya, membuat Jian geleng-geleng kepala.
"Jian, masa lo gak seneng?" Tanya Wella, membuat Jian menatapnya aneh.
"Tidak seharusnya saya senang." Bohong, Jian merasakannya didalam hati.
Wella tidak membalasnya lagi, gadis itu memilih mengobrol bersama Jendra membahas kenapa bisa dua sejoli pasangan terpopuler abad ini bisa putus padahal hubungan keduanya baru seumur jagung.
.
.Jian melihat kearah kelas Harraz yang pintunya terbuka, tidak ada tanda-tanda keberadaan lelaki itu, bahkan Harraz biasanya duduk di kursi depan kelas pun hari ini tidak ada. Lalu matanya melihat kearah ruang osis yang hari ini nampak sepi dari biasanya.
Tidak ada dua sejoli yang duduk bermesraan di sana, tidak terdengar tawa bahagia Harraz yang sedang bercanda dengan Jingga, rasanya hari ini amat kosong.
"Harraz gak masuk." Ucap David, yang melihat Jian celingak-celinguk melihat sekitar, seperti sedang mencari orang lain.
"Kenapa?"
David mengedikkan bahunya tidak tau, "Katanya sakit."
Sepertinya sedang galau, Jian jadi ikut sedih. "Saya takut semua ini karna saya."
David melipat tangannya di dada, masih mendengarkan Jian yang mendadak sendu begini. "Jingga pernah memperingati saya." Jian menutup wajahnya, rasa bersalahnya muncul lagi. "Saya yang menghancurkan hubungan mereka."
Suara itu terdengar bergetar.
"Jian, tenang ya, it's not your fault." David jadi panik, "Mereka emang punya masalahnya sendiri, jadi berhenti nyalahin diri sendiri."
Nyatanya air matanya sudah keluar tanpa bisa Jian tahan, bagaimana tidak merasa bersalah, ketika sebab masalah ini adalah dirinya.
Harraz sakit karnanya.
David menepuk-nepuk pundak Jian pelan, bermaksud menenangkan lelaki ini. "Don't cry. It's okey, it's not your fault."
Wella dan Jendra datang dari arah belakang Jian, sedikit bertanya-tanya dengan dua orang yang berpelukan bagai Teletubbies didepan kelas. "Kenapa?" Wella bertanya tanpa suara pada David.
Lelaki itu menjawab tanpa suara, "Nangis."
Jendra menggaruk tengkuknya walau tak gatal, bingung sendiri, Jingga dan Harraz yang putus kenapa Jian yang pundung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Not The Main Character
ФанфикHajeongwoo area. Sedang asiknya duduk disana sambil menunggu Bu Lisa, wali kelasnya, perhatian Jian teralihkan pada seseorang yang mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan itu. Jian otomatis menoleh. Harraz sedang membawa tumpukan buku paket, berja...