Itu, kok merah?

2.4K 341 41
                                    

Januari 02, 2022

Hi, I'm comeback!

Terakhir up tahun lalu ya?

Okey, buat kalian yang udah kangen sama ceritanya pak dospan dan pacarnya cuss langsung baca aja!!

Happy reading all!



Sinar matahari tanpa izin mulai menerobos masuk ke dalam ruangan bernuansa putih tulang itu. Sinar itu menyelinap masuk melalui tirai yang tidak tertutup rapat hingga berhasil membuat sang pemilik kamar membuka matanya perlahan. Tangan kanannya meraba-raba nakas disamping tempat tidurnya, mencari jam beker yang selalu ia letakan disana.

"Setengah tujuh," gumam Andin pelan.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk kemudian merentangkan tangannya guna merengangkan otot-otot tubuhnya, "Selamat pagi dunia tipu-tipu, hoam."

Dengan malas Andin beranjak dari tempat tidurnya kemudian berjalan masuk ke kamar mandi.

"Astaga penampilan gue mengenaskan sekalee," ucap Andin prihatin saat melihat pantulan dirinya di cermin. 

Segera ia menyisir rambutnya yang acak-acakan itu kemudian mencepolnya asal. Setelah itu ia menggosok gigi lalu mencuci wajahnya.

Masih dengan piyama doraemonnya, Andin berjalan keluar rumahnya untuk membeli sarapan.

Di minggu pagi yang cerah ini tidak ada yang menyiapkan sarapan untuknya, dikarenakan yang biasanya menyiapkan sarapan sedang tidak ada di rumah sekarang.

Sabtu sore, mama dan papanya terbang ke Malang untuk menghadiri undangan pernikahan anak dari salah satu kolega bisnisnya, dan untuk kali ini Andin cukup tahu diri untuk tidak ikut bersama mereka. Sedangkan bi Inah subuh tadi sudah berangkat menuju puncak untuk berlibur bersama para asisten rumah tangga lain di kompleksnya.

Oke kembali lagi ke Andin yang sekarang sedang berjongkok di depan gerbang rumahnya karena tak kuasa menahan rasa kantuk. Yap, saat ini Andin sedang menunggu tukang bubur keliling langganannya yang biasanya lewat sekitar pukul setengah tujuhan.

"Hoam, ngantuk banget gue."

"Mas Nade mana sih lama banget, biasanya juga udah lewat." Andin mengangkat kepalanya kemudian menoleh ke kanan menanti kemunculan mas Nade, tukang bubur paling tampan yang pernah ditemuinya.

"Pagi dek."

Mendengar sapaan itu Andin langsung mendongak kemudian tersenyum lebar. Huft, akhirnya setelah 10 menit menunggu hingga kakinya kram mas Nade lewat juga.

"Pagi mas Nadee," sapa Andin balik dengan wajah ceria. Ya gimana ga ceria orang yang nyapa cogan e.

"Mau beli bubur, dek?" tanya lelaki berhidung mancung itu seraya tersenyum ramah.

Andin tersenyum kemudian mengangguk, "Iya mas, 1 porsi bubur spesial seperti biasa, ya."

"Siap, ditunggu dek."

Andin berdiri di samping gerobak seraya memperhatikan Nade yang tengah sibuk meracik bubur, "Mas Nade!"

"Iya."

"Em, Andin mau tanya deh, mas kan sekarang udah ada 3 warung bubur tuh, kok masih keliling sih?" Oke, lagi-lagi Andin melontarkan pertanyaan yang sama setiap kali membeli bubur.

"Biar sehat dek!"

Andin berdecak sebal saat mendegar jawaban dari Nade yang itu itu mulu, "Ck, perasaan itu mulu jawabannya."

Nade terkekeh pelan hingga tak sadar telah membuat gadis disampingnya itu tertegun sejenak mengagumi pesona seorang Naden Wira Bayu.

Parah, ganteng banget oy!

MYSWEET LECTURER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang