Maaf

2.6K 373 88
                                        

~Sesuatu hal yang diputuskan dalam keadaan emosi emang ga pernah berakhir baik~ Adnan Aarav Elzaki

Halo guys.

Cek, masih ada orang ga nih?

Maaf lama ga up, lagi cosplay jadi anak rajin soalnya :)

Happy reading all..

Maaf kalo sekiranya alur cerita ini terkesan agak dipaksakan.

40| Maaf

Tok tok

"Bang gue masuk ya?"

Setelah mendengar kata iya Adnan pun membuka pintu kamar Al, kemudian masuk dan menutupnya kembali.

Gelap. Itulah kata yang cocok untuk mengambarkan suasana kamar Al saat ini.

"Gelap banget bang, berasa masuk rumah hantu gue," ucap Adnan bergidik ngeri.

Adnan dapat melihat bayangan tubuh Al yang duduk di kursi balkon, dahinya berkerut saat menyadari sesuatu.

"Bang lo ngrokok?" cepat Adnan menghampiri Al untuk memastikan dugaannya.

"Wah parah lo bang, kalo papa mama tau bisa di tendang lo dari sini."

Al melirik Adnan sekilas kemudian kembali menyesap rokoknya. "Gue lagi stres."

Adnan yang masih berdiri akhirnya duduk di kursi yang berdampingan dengan Al.

"Ya tapi jangan ngrokok dong bang! Buang cepet!" peringat Adnan sedikit kesal. Sejak masih kecil papanya sudah mendidik keras mereka untuk menjauhi barang tersebut.

Al menyesap lagi rokoknya, mengabaikan Adnan yang menatapnya kesal.

"Perusahaan berantakan gara-gara gue."

"Hubungan gue sama Andin juga berantakan," Al menatap kosong langit hitam pekat itu.

Adnan menghela nafas, Al memang keras kepala.

"Bang buang dulu deh, kalo ga gue ngadu nih," ancamnya.

Al melirik sinis, Dasar tukang ngadu!

Adnan tersenyum penuh kemenangan saat melihat abangnya itu mematikan putung rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah.

"Masalah perusahaan, papa pasti bakal bantu lo bang, jadi gausah khawatir."

"Kalo masalah mba Andin kayaknya cuma lo sendiri deh yang bisa nyelesaiin."

Al menghembuskan nafasnya kasar, "Sebenernya gue ragu Nan," lirihnya.

Adnan menoleh, "Kalo emang ragu lo harus cari bukti buat matahin presepsi lo itu bang," sarannya dan mendapat anggukan dari Al.

"Harusnya tadi gue bisa ngontrol emosi gue," ucap Al, sungguh ia menyesali tindakan bodohnya sore tadi.

Adnan menghela nafasnya, "Sesuatu hal yang diputuskan dalam keadaan emosi emang ga pernah berakhir baik, bang," ucap Adnan bijak.

"Dan, see, sekarang lo nyesel kan?" tanya Adnan dan tidak mendapat jawaban dari Al.

"Gue pengen sendiri."

Adnan menatap abangnya yang tampak lelah itu kemudian mengangguk, "Oke, gue keluar."

"Ouh iya." Adnan berhenti diambang pintu.

"Selamat menikmati malam penuh penyesalan," ucap Adnan kemudian segera menutup pintu karena takut Al akan berubah menjadi manusia bertanduk.

MYSWEET LECTURER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang