Alia masuk ke dalam rumah dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya. Arga bisa menebak itu pasti karena Nathan.
"Aku pikir cuma aku yang SELUNGKUH dari pernikahan kita. Enggak nyangka ternyata kamu juga sama Al, kamu pun ternyata selingkuh dan aku baru tau sekarang," kata Arga menghentikan langkah Alia yang hendak berjalan menuju kamarnya.
Alia menoleh pada sofa pandang dimana Arga tengah duduk sambil menyangga sebelah tangannya pada pinggir sofa.
"Mak ... maksud Mas Arga apa?" tanya Alia menatap takut pada Arga yang kini menatapnya tajam. Pria itu bangun dan...,
"Aaaaaaaaaa Mas Arga mau bawa aku kemana Mas," pekik Alia kaget.
Arga tidak berbicara apapun. Pria itu berjalan dengan santai menaiki satu persatu anak tangga dengan menggendong tubuh mungilnya. Alia mengalungkan tangannya pada leher Arga, bukan ingin menggoda atau apa tapi ia takut jatuh. Akan menjadi apa dirinya jika terjatuh dari gendongan Arga ke lantai keramik yang sudah pasti sangat keras.
Mata Alia membola saat Arga menghempaskannya di atas kasur dengan tanpa berperasaan. Alia seperti melihat ada kilatan kemarahan di sana.
Pria itu kini mengukung Alia dengan tubuhnya yang kekar. Jantung Alia semakin berdetak tidak karuan saat Arga meraup bibirnya. Membuat Alia susah untuk bernafas dan tanpa sadar membalas perlakuan Arga.
Alia menarik sebagian dari bagian sepray kasur sebagai lampiasan. Matanya tertutup dan kadang terbuka merasakan apa yang Arga lakukan padanya.
Pakaian Alia sudah ia hembuskan ke lantai hingga gadis itu terbaring tanpa sehelai benang pun. Membuatnya bisa memegang apa pun yang ingin pegang dari tubuh Alia. Alia sudah halal untuknya. Sebejat apa pun Arga, ia terap menjaga diri dari melakukan sex di luar kata pernikahan.
Arga semakin menggila saat mengingat pria yang bernama Nathan tadi mengelus rambut Alia. Seolah tidak rela ada tangan dari lelaki lain yang mengelus atau sekedar memegang salah satu bagian tubuh Alia meski tidak di sengaja.
Alia baru merasakan ini sekarang. Dan pertama kalinya dengan Arga. Tubuhnya seketika lemas dengan nafas tak beraturan. Peluh kembali membasahi tubuhnya. Sementara Arga bergegas membuka kaos yang tengah ia pakai dan melemparnya asal ke lantai dan tak tentu arah. Menyamakan keadaannya sama seperti Alia yang polos. Saat akan melakukan penyatuan antara dirinya dan Alia, pintu kamarnya di ketuk dari luar.
"Ada yang ngetuk pintu Mas," ujar
Alia sambil membuka kelopak matanya yang tadi ia tutup.Arga menghembuskan nafas sebal karena kegiatan yang ia anggap menyenangkan ini harus terhenti. Dalam hatinya menyumpah nyerapahi siapa pun yang ada di balik pintu itu.
Arga dengan cepat turun dari tempat tidur dan memakai lagi pakaiannya. Sambil mengumpulkan pakaian Alia yang berantakan di lantai.
"Kamu tunggu di sini aja, ada yang mau bilang sama kamu. Ingat Alia TUNGGU DI SINI!" ucapnya dengan tegas.
Alia mengangguk sambil menggenggam erat selimut yang ada di depan dadanya.
Arga membuka pintu yang memang tadi ia kunci.
"Lama banget sih bukain pintu aja." dumel seseorang yang membuat Arga membulatkan matanya.
"Mama?" katannya dengan tampang kaget.
"Iya, kenapa?" jawab Rina sartagis.
"Enggak Ma, enggak papa. Mama kok datang ke sini enggak ngasih kabar dulu?" ujarnya lagi.
"Buat apa? Toh Mama juga datang sama Papa. Kalo untuk penyambutan Mama rasa enggak perlu dan kalau untuk memastikan ada atau enggak orang di rumah ini sudah pasti ada karena Mama tau ini hari minggu dan setidaknya ada Rara di rumah," cerocos Rina panjang lebar.
"Lagian Mama kesini karena kangen sama Alia. Menantu cantik Mama," lanjut Rina lagi kali ini sambil mencoba memcelingukan kepalanya ke dalam kamar Arga. Tapi dengan sigap Arga langsung menghalangi dengan tubuhnya.
"Mau lihat apa sih Ma?" kata Arga sambil terus menghalangi penglihatan Rina.
Bahaya jika Rina akan melihat keadaan kamarnya dan tentu saja Alia yang dalam keadaan polos.
"Kenapa dihalangi sih Ga, ini Mama cuma mau lihat ada Alia nggak di kamar kamu, soalnya di luar sepi dan di kamar Rara juga dia cuma sendirian lagi buat pr," protes Rina saat terus menerus dihalangi oleh Arga.
"Ma, Alia belum mandi dan kamar juga masih beran-"
"Udah minggir! Enggak sopan banget sama Mama," cetus Rina langsung menerobos masuk dengan mendorong Arga.
Matanya membulat sebelum kembali menormalkan sikapnya menjadi sebiasa mungkin melihat Alia yang sepertinya juga terkejut.
Bukannya marah melihat kamar anaknya berantakan tapi Rina malah tersenyum senang. Apalagi melihat Alia yang menunjukan wajah terkejutnya sembari semakin erat menegang selimut yang menutupi sampai batas dada gadis itu.
Pantas saja Arga mati-matian melarangnya untuk masuk tadi, ternyata ini lah alasannya.
"Mm-ma?" ucap Alia terbata.
Gadis itu semakin menunjukan ekspresi panik bercampur malu. Sedangkan di ambang pintu sana, Arga mengusap kasar wajahnya. Setelah ini pasti ia akan diinterogasi oleh Rina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomanceSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...