Dua Puluh

34.2K 1.6K 20
                                        

Alia mengusap air matanya dibantu oleh Arga, entah kenapa setelah mendengar Arga yang membalas ungkapan hatinya tadi, tiba-tiba saja air matanya meluncur membasahi pipi. Ia sama sekali tidak menyangka Arga akan membalas perasaannya.

"Aku juga cinta kamu Al, dan bodohnya aku nggak sadar sama perasaan aku sendiri," ujar Arga tersenyum dan mengusap pipi Alia, mata wanita itu tampak merah.

"Loh jadi ini Mas Arga ngomong dalam keadaan yang kurang sadar? Ntar kalo udah sadar udah enggak cinta sama aku lagi?" ketus Alia sembari mengerucutkan bibirnya.

Merasa gemas Arga menyentil pelan hidung Alia, keningnya sengaja ia satukan dengan kening sang istri.

"Ya sadar lah Dear. Lagian kamu jangan pura-pura gak ngerti gitu dong," ucap Arga dan kini hidung mereka pun sudah saling bersentuhan tinggal satu senti lagi kedua bibir itu untuk bertemu, namun suara ketukan pintu lebih dulu membuat kedua kaget.

Alia mendorong kuat dada bidang Arga dan segera membuka pintu. Alia menghela ketika mendapati Rara yang ternyata berdiri di depan kamarnya. Gadis kecil itu membawa buku serta bolpoint, bisa Alia tebak jika gadis kecil ini ingin memeriksakan tugas sekolahnya pada Alia.

"Eh Rara, maaf ya Sayang mama buka pintunya lama," ujar Alia.

"Iya gak papa kok Ma, oh iya Ma, ini tugas Rara udah selesai. Mama periksa dong Ma," kata Rara sembari menyodorkan bukunya pada Alia.

Alia membawa Rara masuk ke dalam kamarnya. Mereka duduk di sofa sedang dekat lemari. Sementara Arga masih betah di tempat tidur dengan memainkan hp milik sang istri.

"Udah kok Sayang. Pinter banget Anak Mama ya, oh iya ini ada yang masih belum selesai Sayang," ujar Alia. Tangannya mengusap kepala Rara.

"Iya dong kan selalu belajar sama Mama, oke Ma Rara kerjain dulu ya," ucap Rara semangat dan beralih duduk di ambal untuk mengerjakan tugasnya.

Alia tersenyum dan mengecup kedua pipi Rara, lalu kembali duduk di sofa.

"Papa juga mau dong Ma, kissnya masa cuma Rara yang dikasih,"
ucap Arga yang entah sejak kapan sudah berada di samping Alia. Pria itu menyandarkan kepalanya pada bahu Alia.

"Gak ah, Papa kan enggak pinter," jawab Alia dengan sedikit senyum.

"Pinter kok Papa. Nih buktinya bisa buat Mama jatuh cinta," kata Arga sembari memeluk perut Alia.

Istrinya itu tersenyum dan mengusap pipi Arga.

"Ada Rara Dear," ucap Arga saat dengan sengaja Alia mengecup sudut bibirnya.

"Loh yang minta kiss siapa tadi?"
tanya Alia sambil mengusap pipi serta rahang yang sedikit ditumbuhi rambut halus hingga membuat rasa geli saat bersentuhan dengan pipinya.

"Aku sih, tapi kalau udah kaya gini aku udah nggak bisa kontrol ya Al," jawab Arga sembari tangannya semakin memeluk erat Alia.

"Ada Rara Mas," peringat Alia takut Rara melihat kegiatan mereka. 

"Tapi-"

"Nanti ya. Habis ini aku janji," kata Alia.  Ia lepaskan dengan pelan tangan Arga dari perutnya dan bergerak mendekati Rara.

Arga tersenyum dan mendengus pelan. Tidak bisa mengungkapkan semua perasaannya saat ini. Melihat Alia dan Rara membuatnya merasa sudah memiliki keluarga lengkap dan utuh. Meskipun Rara bukan darah dagingnya tapi ia sangat menyayangi anak itu.

"Ma. Rara balik ke kamar dulu ya, udah ngantuk," kata Rara sembari menutup bukunya.

"Yuk Mama antar Sayang, biar sekalian cuci kaki sama sikat gigi ya," ujar Alia.

Rara mengangguk dan bangun dari duduknya. Gadis kecil itu menghampiri Arga dan langsung mengecup pipi Arga.

"Duh Rara cantik. Udah siap Sayang?" tanyanya menunjukan buku yang dipegang Rara.

"Udah Pa, Rara mau tidur dulu. Papa juga tidur ya Pa," ucapnya dan mencium  lagi pipi Arga. Arga tersenyum dan mengecup puncak kepala Rara dengan sayang.

"Ya udah Sayang, sana diantarin Mama. Mimpi indah ya Sayang," kata Arga.

"Iya Pa,"

***

"Udah tidur? Kok cepet?" kata Arga yang melihat Alia memasuki kamar mereka padahal baru sekitar 20 menit keluar untuk ke kamar Rara.

"Kayaknya Rara ngantuk banget deh Mas dan langsung nyenyak tadi," kata Alia.

Wanita itu mengambil gaun tidurnya dan membawanya ke kamar mandi untuk diganti.
Setelahnya baru ia bergabung bersama Arga di tempat tidur.

"Kerja terus," sindirnya melihat Arga yang fokus pada laptop di
pangkuan pria itu.

Arga langsung merubah layar laptopnya menjadi gelap yang artinya mati. Ia letakkan laptopnya pada meja di samping tempat tidur.

Alia kini bersandar pada pundaknya bahkan wanita itu memeluk pinggang Arga dengan manja. Arga tidak menolak dan bahkan tersenyum. Ia merangkul pundak Alia, mengubah posisi wanitanya agar bersandar pada dadanya yang bidang. Nyaman, itu yang dirasakan oleh Alia. Tangan mungilnya digenggam oleh Arga. Mengirim desiran hangat pada seluruh tubuhnya meski hanya lewat genggaman tangan.

"Ngantuk Mas," ucap Alia.

Arga mengangguk dan membawa Alia untuk berbaring bersama. Menjadikan sebelah tangannya sebagai banta bagi Alia. Menyarankan posisi Alia dipelukannnya.

Alia tidak bisa lagi menahan rasa kantuknya. Dada bidang Arga dan pelukan hangat serta kecupan lembut Arga di keningnya membuat dia perlahan memejamkan mata. Berada dalam rengkuhan Arga merupakan paket lengkap untuk ia segera menyusuri alam mimpi.

"Udah tidur, i love you Dear, tidur yang nyenyak ya sayang."

Arga menempelkan lagi bibirnya pada kening Alia dan ikut memejamkan mata. Sudah jam setengah sepuluh malam dan itu artinya rata-rata pada manusia sudah menuju alam mimpi.

Namun, belum sampai ia menuju alam mimpi suara dering dari handphone miliknya membuat Arga membuka kembali matanya dan meraih handphone yang ia letakkan di samping handphone Alia.

Tanpa melihat nama pada layar handphonen yang memanggilnya Arga langsung menggeser tombol hijau dan meletakkannya di telinga kanannya dengan tangan kiri mengelus rambut dan pipi Alia yang ada di pelukannya.

"Halo Sayang,"

Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang