Tiga Belas

40.2K 2.2K 1
                                        

"Mas Arga, kok malah bengong sih?" kata Alia seraya menyenggol pelan tangan Arga hingga pria itu tersentak dan mengerjapkan matanya.

"Hah heh apa tadi, gimana Al?" tanyanya bingung dan terlihat heran.

Alia terkekeh geli, wanita itu sampai harus menahan tawanya agar Arga tidak tersinggung. Arga terlihat mendengus melihat Alia yang menahan senyum. Ia normalkan lagi raut wajahnya seperti biasa, cool.

"Kalo mau ketawa jangan ditahan, ketawa aja yang lepas," sindir Arga membuat Alia kali ini benar-benar tersenyum dengan mengembang disertai kekehan kecil.

"Ehem," dehem Arga setelah kekehan Alia terhenti dan seketika keadaan kamar kembali hening seperti semula tadi.

Wanita yang cantiknya luar biasa itu memainkan jemarinya yang saling terpaut di atas pahanya.
Kepalanya menunduk tidak berani menatap pada Arga yang tengah menatapnya.

"Alia, yang ngomong sama kamu itu aku bukan lantai," ujar Arga.

Tangan pria itu meraih dagu Alia agar  mendongakkan kepalanya dan mata mereka bertemu. Mata elang milik Arga bertemu dengan iris coklat milik Alia.

"Aku ulang sekali lagi ya, kamu mau bantu aku untuk cinta sama kamu Al?" tanya Arga dengan lembut.

Mungkin ini pertama kalinya pria itu berbicara lembut seperti ini.
Di wajah pria itu tampak sekali ada sebuah pengharapan yang ingin terpenuhi.

"Iya Mas, aku akan bantu kamu untuk cinta sama aku," ucap Alia.

Wanita itu tersentak saat Arga meraih jemarinya dan menggenggam tangan mungilnya. Bibir Alia tersenyum dan membalas genggaman Arga. Dalam hatinya sangat bersyukur.

"Aku nggak bisa janji untuk enggak buat kamu nangis Al, tapi aku akan berusaha tangisan kamu itu cuma karena bahagia," kata Arga yang membuat Alia tersenyum senang bahkan sanking senangnya Alia sampai menitikkan air mata karena benar-benar tidak menyangka Arga akan berkata seperti itu.

Arga mengusap air mata Alia dan membawa Alia ke dalam pelukannya. Tentu saja Alia tidak menolak.

"Makasih Mas, aku masih belum percaya sama semua ini. Padahal baru tadi siang aku habis lihat kamu sama seling ... mmm Mas," Alia tidak lagi melanjutkan kata-katanya saat Arga dengan sengaja membungkam bibir wanita itu dengan bibirnya.

Awalnya hanya ciuman biasa tapi lebih lama lebih menuntut. Alia bahkan sudah berada di atas pangkuan Arga, terlalu meresapi kegiatan bibirnya sampai ia tidak tau kapan Arga mendudukkannya ke atas pangkuan pria itu. 

Suara erangan sudah berapa kali lolos dari bibir Alia, apalagi saat pemuda itu berhasil menanggalkan pakaian bagian atas Alia.

"Mas ... aku mau-"

"Bersama Sayang...," jawab Arga dan benar, keduanya sama-sama mengeluarkan apa yang dari tadi mereka tahan.

Kini tubuh Alia dan Arga terkulai lemas di atas tempat tidur. Arga mengganti posisinya agar ia yang berada di bawah. Memeluk erat Alia yang merebahkan kepalanya di atas dasar bidang Arga.

"Aku boleh tidur di sini Mas?" tanya Alia dengan suara lemas dan nyaris berupa bisikan. Arga mengusap surai indah milik wanita yang sangat mencintainya itu. 

"Iya tidur aja, tapi biarin mereka menyatu dulu ya, gak usah kita lepas," jawab Arga sambil menggerakkan sedikit pinggulnya membuat Alia mengerti maksudnya.

"Hem," sahut Alia.

Kemudian wanita itu memejamkan mata karena kelelahan akan nikmat yang bari saja ia raih bersama Arga. Arga tersenyum dan mencium ubun-ubun Alia.

"Sweet dream dear," ucapnya dan ikut menutup mata menyusul Alia menuju alam mimpi.

***

Alia bersemu saat membuka mata dan menyadari di mana ia tertidur saat ini. Di dada bidang Arga, bahkan pipinya menempel ke dada polos itu, bayangan apa yang mereka lakukan sebelum tidur tadi seketika mengerangi lagi di fikiran Alia.

Lama tidur dengan posisi tengkurap seperti ini membuat ia susah bernafas dan dadanya terasa tidak nyaman. Dengan pelan Alia menggerakkan tubuhnya dan lagi-lagi pipinya bersemu saat merasakan benda tumpul milik Arga masih berada di dalam dirinya. Dengan pelan Alia melepaskan diri dan bangun dari posisinya.

Tangannya dengan cepat menggapai sebuah kimono tidur yang terletak di atas lantai untuk menutupi tubuhnya, Alia juga mengambil selimut lalu menutup tubuh Arga yang masih terlelap. Arga ternyata terusik dan membuka matanya. Seketika pandangan mereka beradu.

"Alia, kamu udah bangun?" tanya Arga sambil menatap Alia yang kini sudah memakai kimononya.

Lalu beralih pada tubuhnya sendiri yang kini juga sudah tertutup selimut sampai batas perut. Tangannya memegang tangan Alia yang wajahnya bersemu.

"I-iya Mas, engg ... aku mandi dulu ya Mas," pamit Alia dan tanpa menunggu Arga berkata apapun wanita cantik itu langsung berjalan dengan langkah cepat menuju kamar mandi.

Arga tersenyum simpul sambil menggeleng - gelengkan kepalanya. Ternyata selain cantik dan pintar dalam memasak Alia juga memiliki sifat lucu.

"Aku akan bayar semua kesedihan kamu selama ini Al, aku akan berusaha untuk berubah dan mencintai sedalam kamu cinta aku," gumam Arga sambil menatap langit-langit kamarnya dengan bibir yang masih tersenyum. Ahh rasanya bahagia sekali melihat pipi Alia yang bersemu tadi.

Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang