"Ihh Kak Arga, plis dong bentar aja. Entar di kamar deh Kakak puasin peluk Kak Alianya," ujar Karin tidak mau kalah."Ya tapi gue maunya nempel terus sama Alia, gimana dong?"
"Gak usah,"
"Suka - suka gue dong. Orang Alia itu bini gue,"
"Kak Arga!"
"Apa!"
"Mas..." ujar Alia dengan lembut sambil mengusap pelan bahu Arga.
Perkataannya yang lembut dan perlakuan yang manis serta tatapan yang sendu pada Arga sontak membuat Oma tersenyum senang sementara Karin menahan nafas tidak menentu melihat Arga juga tersenyum lembut pada Alia.
"Iya Dear? Mau apa Sayang?" jawab Arga dan refleks merapikan poni Alia yang jatuh mendekati pipi wanita itu.
Mata keduanya bertemu Alia tersenyum malu lantaran sadar dirinya dan Arga tengah menjadi tontonan gratis untuk Karin dan Oma.
Wanita itu melepaskan tangannya yang tadi digenggam oleh Arga dan duduk dengan posisi seperti semula."Ngomong sama Karinnya jangan kaya gitu dong. Kan Karin cuma mau foto doang kan?"
"Tapi Dear-"
"Udah ya, mending Mas mandi aja sana. Aku mau ngobrol sama Oma dan Karin," kata Alia lagi dengan senyum pada Arga.
Arga menghela nafasnya panjang sebelum mengangguk dan tanpa sungkan mengecup kening Alia sebelum beranjak dari tempatnya.
"Oke deh, dan habis mandi aku mau langsung tidur bentar ya, capek banget Dear," ucap Arga menunjukan wajah lelahnya. Alia tersenyum dan mengangguk.
"Iya Mas, bajunya udah aku siapin tadi di atas tempat tidur," jawab Alia.
Arga menuju kamar yang akan ia dan Alia tempati selama tinggal tiga hari menginap di sini. Tadi Alia sudah mandi duluan saat mereka baru sampai.
"Kak Arga bisa nurut gitu ya sama Kak Alia, padahal itu bukan Kak Arga banget," celetuk Karin yang dari tadi memperhatikan percakapan antara Arga dan Alia.
Alia tersenyum seraya mengangguk menanggapi ucapan Karin. Memang benar apa kata Karin, Arga berubah sejak pria itu mengatakan jika ia juga mencintai Alia dan setelah Nathan datang ke rumah mereka waktu itu, Alia bukannya terlalu percaya diri tapi ia berani menjamin jika saat itu suaminya tengah cemburu dan itu sangat terlihat jelas dari tingkah serta tindakan Arga yang tidak pernah lagi mengizinkannya untuk pergi keluar rumah tanpa Arga, kecuali jika menjemput Rara pulang sekolah.
"Kan Alia pawangnya, jadi bisa bicara lembut dan perhatian kalo sama Alia. Oma juga senang karena sekarang Arga lebih hangat dan perhatian sama keluarga juga. Biasanya kalo ke sini mana mau dia ngobrol bareng. Palingan cuma nonton TV sendiri terus ngurung di kamar," kata Oma sedikit bercerita tentang sikap Arga.
"Segitunya Oma?" ujar Alia seraya menegakkan duduknya, tertarik dengan apa yang baru saja Oma lontarkan.
"Iya kak dan parahnya lagi Kak Arga itu kalau udah masuk kamar susah keluarnya. Disuruh makan juga nunggu yang lain pada siap dulu. Baru dia turun kan aneh. Kaya bukan manusia deh pokoknya," tambah Karin dengan semangatnya.
Dan semoga Alia tidak berdosa karena telah menertawai sikap suaminya bersama Oma dan Karin.
"Haha, terus apa dong kalau bukan manusia?" tanya Alia sembari menahan tawa.
"Beruang kutub atau nggak pinguin Kak, dingin plus kaku soalnya," celetuk Karin sesuka hatinya.
Mereka tertawa bersama sembari Oma terus bercerita tentang Arga dan keluarganya. Melihat Oma dan Karin yang sangat antusias bercerita Alia juga merasa heran dengan Arga yang beda sifat dengan sebagian besar keluarganya.
Mereka berbincang sampai sore dan waktunya masak untuk makan malam. Alia selalu bisa membuat semua orang yang memakan masakannya memujinya dengan pujian yang bisa menaikkan setiap sudut bibirnya untuk tersenyum.
Arga pun tersenyum bangga karena hasil masakan Alia membuat Oma terasa puas bahkan wanita yang sudah lanjut usia tapi tetap cantik itu terus memujinya pintar, karena memilih Alia menjadi istrinya.
***
"Assalamualaikum," seorang gadis sebaya Karin mendekati teras rumah Oma.
Setelah makan malam tadi mereka memilih duduk santai di teras depan rumah sambil minum teh dan bercerita. Lebih tepatnya Oma dan Karin yang bergantian membuka mulut untuk membongkar semua tentang Arga pada sang istri, bermaksud menceritakan tapi jika disimak lebih jelas lagi mereka membongkar semua kejelekan sifat Arga yang dulu pada Alia.
Boro-boro marah Arga malah memasang wajah temboknya dan seolah tidak ada yang telinganya dengar apapun dari Oma dan Karin. Sedangkan Alia, wanita itu sudah tidak ingat berapa kali ia mengganti raut wajah semenjak duduk di sini. Entah itu cengo, heran, melongo, geli dan masih banyak lagi. Yang jelas di mata Arga, apapun ekspresi yang ditunjukkan Alia, wanita itu tetap saja lucu dan menggemaskan.
"Waalaikumussalam,"
Jawab mereka serentak.Gadis itu mendekati Oma dan menyalami punggung tangan Oma dengan tersenyum manis.
"Loh Risa, tumben mainnya malam-malam begini?" kata Oma sembari mempersilakan Risa duduk di sampingnya.
"Iya Oma. Ini kata Ibuk, ada Kang Arga jadi Risa buat kue dan anter buat Kang Arga," jawab gadis itu seraya menyodorkan tempat berisi kue buatannya di hadapan Arga.
Tanpa menyadari jika pandangan Alia mengarah padanya. Alia menyipitkan matanya curiga padanya dan wanita cantik itu juga melirik Arga yang ternyata juga tengah menatapnya. Oma dan Karin pun menunjukan raut yang susah untuk dijelaskan.
"Risa seneng banget Kang Arga datang lagi. Apa Kang Arga datang buat langsung lamar Risa ya?" tanya gadis itu dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomantizmSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...