follow ya guys...
"Eh."
Alia kaget saat tengah asik menikmati angin sore dari balkon kamarnya, tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang. Namun, keterkejutannya enyah ketika tau jika Arga adalah pelakunya. Arga juga meletakkan dagu tepat di bahu Alia.
Yang selalu membuat desiran halus menghampiri Alia."Mas Arga, kaget tau," ucapnya sembari memegang tangan Arga yang ada di atas perutnya.
"Lagian kamu ngapain sih sampe kaget gitu aku datang," kata Arga seraya menghirup dalam-dalam aroma wangi dari rambut Alia. Wangi yang sangat khas.
"Apa yang dilamunin coba?" sambungnya melihat Alia yang hanya diam.
Senyum terbit di bibirnya saat merasakan Alia menggeleng dan wanita itu menyandarkan badannya pada dada bidang Arga.
"Mas, besok kenapa jadwalnya dikosongkan, emangnya Mas Arga mau kemana?" tanya Alia.
Ia ingat tadi pembicaraan Arga dengan sekretarisnya yang memang volumenya sengaja dikeraskan oleh Arga.
"Besok aku mau ajak kamu ke rumah Oma yang ada di luar kota, tapi kita perginya berdua aja ya soalnya Rara harus sekolah," jelas Arga.
Alia membalikkan badannya menghadap Arga, dengan tangan pria itu masih tetap ada di pinggangnya. Arga tersenyum melihat dahi istrinya yang berkerut, kecup dahi itu dan benar perlahan kerutan di dahi Alia tersamar.
"Ya enggak bisa dong Mas, terus Rara tinggal berdua sama Bibik gitu? Kasian tau. Aku juga enggak usah pergi deh kalo gitu," sungut Alia asal. Arga membeo mendengar ucapan istrinya.
"Ya ampun dear, mana mungkin aku tega ninggalin Rara cuma sama Bibik di sini. Kata Mama, besok Mama sama Papa mau ke sini dan mereka juga yang nyaranin untuk aku bawa kamu ke tempat Oma," ujar Arga membelai pipi Alia.
"Tapi kita perginya pas Mama sama Papa datang dulu ya, aku khawatir sama Rara Mas," ucap Alia dengan wajah lucunya,
Arga mengangguk dan tersenyum manis pada Alia. Wajah damai Alia mampu menenangkan semua perasaan Arga yang bergejolak.
"Em kita berapa hari di sana Mas?" tanya Alia lagi setelah merasa mengerti dengan maksud pria itu.
"Dua atau tiga hari aja ya Dear, soalnya-"
"Iya iya Mas, udah paham kok aku. Mas kan orangnya sibuk banget sampe sama istri sendiri juga kadang lupa," sela Alia dengan sedikit ketus.
Wanita itu membalikkan lagi badannya jadi membelakangi Arga. Arga menghela nafas panjang.
"Hem kayaknya aku nggak pernah deh lupa punya istri, gimana bisa lupa aku dear kalau foto kamu sengaja aku taruh di meja kerja aku," ujar Arga dan kembali memeluk Alia kali ini lebih erat.
Ia tempelkan pipi kirinya pada pipi kanan Alia. Wanita cantik itu menyunggingkan sedikit senyum tapi tetap tidak bersuara. Sepertinya Alia lebih suka menikmati udara dan angin sore ini dengan diam.
"Mas," panggil Alia setelah beberapa saat mereka saling diam dan hanya saling menyalurkan rasa hangat satu sama lain lewat sebuah pelukan.
"Hem," gumam Arga seperti biasa yang nyaris berupa bisikan.
Alia menghela nafas sebal, baru saja pria itu bersikap sedikit hangat dan romantis tapi sekarang balik lagi pada Arga yang dingin.
"I love you," ungkap Alia pelan.
Arga tercengang mendengarnya, ini bukan pertama kali Alia mengatakan jika wanita itu mencintainya tapi rasanya selalu sama, Arga selalu berdebar saat Alia mengulang tiga kata itu untuknya.
Melihat respon yang Arga berikan hanya diam, Alia tersenyum getir. Ternyata Arga belum menjadi miliknya. Arga belum mencintainya dan mungkin Arga hanya melaksanakan tugasnya sebagai seorang suami pada istrinya.
Perlahan Alia melepaskan lingkaran tangan Arga dari pinggangnya. Ia berbalik menghadap Arga dan memberikan senyum manis yang selalu terpatri untuk Arga serta orang lain yang ia sayangi."Aku masuk dulu Mas, mau berkemas untuk besok," ujar Alia sembari melangkah meninggalkan Arga yang masih mematung.
"Alia-" panggil Arga tepat setelah Alia menghilang dari balkon.
Arga menghembuskan nafas kasar. Ia kesal pada dirinya sendiri, mengapa ia tadi tidak langsung menjawab ungkapan Alia. Padahal jauh di dasar hatinya ia sudah dengan lancar mengucapkan ungkapan cinta untuk Alia namun, semua kata-kata itu seolah tertahan di tenggorokan.
"Ayo dong Arga, lho udah beneran cinta sama Alia. Masa untuk ngomong cinta aja susah banget sih, sadar Arga banyak cowok di luar sana yang menginginkan Alia dan lo orang beruntung yang udah bisa jadi suaminya," geram Arga pada dirinya sendiri.
Ia mengacak sedikit rambutnya sebelum beranjak menuju kamar menyusul Alia yang sudah lebih dulu.
"Dear," panggil Arga.
Alia sudah terbaring di atas tempat tidur dengan posisi menyamping menghadap sebagian tempat tidur yang kosong dan tentu saja itu yang akan di tempati oleh Arga. Alia mematikan hpnya dan menoleh pada Arga yang berdiri di samping ranjang.
"Iya Mas, kenapa?" Tanya Alia.
Arga menaiki tempat tidur dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Menarik lembut tubuh Alia untuk ia dekap dan memberikan sebuah kecupan tepat di kening wanita itu.
"Kamu marah ya?" tanyanya sembari mengambil sebelah tangan Alia dan memainkan jemari mungil itu dengan tangannya yang lebih besar.
"Marah kenapa?"
"Ya marah karena aku nggak jawab balas ungkapan kamu tadi," ujar Arga yang membuat Alia kembali tersenyum.
Setidaknya kali ini Arga sudah berubah dan pria itu lebih menghargai dirinya. Terbukti dari raut khawatir pria itu saat bertanya pada Alia.
"Marah untuk apa Mas? Enggak kok. Aku kan emang cinta sama Mas Arga dan wajar rasanya kalau aku ungkapin terus sama Mas. Tapi aku enggak maksa buat Mas balas kok. Itu semua hak Mas Arga, perasaan dan hati itu nggak bisa dipaksa kan Mas? Aku bilang kaya gitu cuma biar Mas Arga selalu ingat kalau aku selalu cinta sama Mas Arga, meskipun Mas sendiri enggak merasakan apa-apa sama ak-"
"I love you too Al,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
Lãng mạnSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...