Udah sejauh ini belum follow? Monggo difollow dulu ya.
Yang udah follow terima kasih banyak.
❤️❤️❤️
Arga membuka pintu rumah Oma yang sedari tadi diketuk dengan tidak sabaran dari luar. Dahinya bergelombang melihat sepasang suami istri yang berdiri di sana dengan wajah cemas.
Ia kenal dengan sepasang suami ini, selain kenal ia juga terbilang dekat karena mereka adalah orangtua dari sahabat sepupunya, Karin. Ya, mereka adalah orangtua dari Risa. Tapi ada gerangan apa mereka datang ke sini? Atau mereka ada keperluan dengan Oma?
"Pak, Buk. Ayo masuk dulu, mau ketemu Oma kan ya," kata Arga berusaha sesopan mungkin. Ia menggeser sedikit tubuhnya agar tamunya bisa lewat.
"Ah iya Nak Arga, ayo Pak kita masuk dulu," jawab Ibu Nining, ibu Risa.
Mereka masuk dan duduk di ruang tamu. Kebetulan ada Alia juga Karin di sana. Karin menatap heran pada kedua orangtua Risa, sementara Alia memasang wajah biasa saja karena ia tidak tahu menahu.
Kakinya yang tadi berselonjor di atas sopa ia turunkan dan Arga langsung mengambil tempat duduk di sana."Buk Nining, Pak Sam, pasti mau ketemu Oma yah, emm biar Karin panggil dulu. Katanya tadi Oma mau mandi," ujar Karin dan bangun dari duduknya hendak melangkah namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Buk Nining.
"Eh enggak usah Karin, Ibuk sama Bapak nggak mau ketemu Oma kok. Kita mau ketemu Nak Arga," jawab Buk Nining yang membuat Karin kembali duduk di samping kanan Alia sementara Arga duduk di sebelah kiri wanitanya, jadi dalam satu sofa itu mereka duduk bertiga.
"Saya Buk?" tanya Arga.
Jari telunjuknya ia arahkan pada dadanya sendiri.
"Iya Nak Arga, dan kami pikir ini pembicaraan yang sangat serius," kata Buk Nining,
Arga mengerutkan keningnya sementara Alia menatap heran dan bingung. Dalam hati ia menerka - nerka maksud dari ucapan Buk Nining ini.
"Serius? Mengenai apa ya Buk?" tanya Arga mewakili batin Alia dan Karin.
Terlihat dua orang di depan mereka itu menghela nafas dan saling bertukar pandang sebelum keduanya mengangguk.
"Ini mengenai putri kami, Risa."
Alia memasang telinganya dengan baik dan memastikan jika tidak ada yang akan salah dengar nanti. Hatinya mulai tidak tenang saat nama Risa di sebut tadi. Apalagi tadi mereka bilang ini hal serius dan melibatkan Arga, suaminya.
"Ada apa dengan Risa Buk?" tanya Arga penasaran. Orangtua Risa menatap bergantian pada Arga, Alia, dan Karin.
"Semenjak Risa dan Arga berbicara kemarin, Risa jatuh sakit bahkan keadaannya jauh dari kata baik. Sudah Ibuk panggilkan dokter, tapi tetap saja Risa belum buka mata sejak kemarin," kata Buk Nining.
Semua diam dengan pikiran masing-masing. Terutama Arga, ia tidak bisa berpikir jernih. Apa orangtua Risa akan menyalahkan dirinya atau apa maksud mereka.
"Risa sudah bercerita semua tentang Nak Arga yang ternyata sudah menikah dan itu benar-benar membuat perasaan Risa tidak tenang, ia sangat terpuruk terlebih Risa sangat mencintai Nak Arga. Ia sampai hamil karena Arga."
Deg
Hati Alia bagai dihantam ribuan benda tajam. Membuatnya sesak dan susah bernafas. Arga mengambil jemari Alia dan menggenggamnya erat bahkan saat Alia ingin menarik tangannya pun tidak bisa karena Arga menahan jemari itu. Jangankan Alia, ia sendiri pun bingung dan tidak mengerti dengan perkataan Buk Nining.
"Maaf Buk, saya tidak pernah berbuat apapun yang membuat Alia hamil, jangankan menghamili bahkan memegang tangannya pun tidak pernah," sanggah Arga dengan lantang.
Ia tentu saja tidak terima dengan apa yang dituduhkan padanya.
Raut wajah Alia tidak tenang. Mata indah itu juga mulai berkaca-kaca. Apalagi ini, Risa hamil karena Arga?
Alia yang istrinya saja belum hamil sampai saat ini."Memang bukan kamu yang menghamili Risa tapi Lelaki lain yang dua bulan lalu bertemu Risa dan Risa dalam keadaan kurang sadar menganggap pria itu adalah kamu sehingga ia mau saja saat diajak bermain gila dengan pria itu,"
"Terus atas kehamilan Risa, Ibuk minta tanggung jawab dari Mas Arga? Begitu Buk? Apa sebelum mengatakan ini Ibuk enggak berpikir kalau tindakan Ibuk ini akan membuat banyak hati yang terluka, termasuk saya," ucap Alia yang tidak tahan untuk diam.
"Membawa nama Mas Arga atas kehamilan anak Ibuk itu bukan solusi Buk, kenapa enggak Ibuk cari aja lelaki yang sudah menghamili Risa dan meminta pertanggung jawaban dari dia? Kenapa malah Ibuk seolah-olah menuntut sama suami saya yang bahkan tidak tau apa-apa mengenai semua ini?"
Alia menatap tidak suka pada orangtua Risa dan membuang nafas kasar.
Saat itu juga, Buk Nining memasang senyum meremehkan padanya."Kamu siapa?"
"Saya ISTRI dari Mas Arga," balas Alia cepat dan tepat. Alia bahkan berbicara tanpa gentar.
"Heh, kamu tidak tau saja jika sebelum ada kamu Arga dan Risa saling mencintai dan mereka sudah sangat dekat sejak lama!" sentak Buk Nining. Alia tertawa sumbang.
Sementara Arga masih menggenggam tangan Alia erat dan mengelusnya pelan. Ia ingin bersuara tapi tidak mungkin karena keadaan sedang ditambah Alia yang marah terlihat sangat mengerikan.
"Saya ralat ya perkataan ibu tadi. Risa yang mencintai Mas Arga tapi tidak dengan Mas Arga. Mereka tidak punya hubungan apapun selain sebagai batas kakak dan adik di masa lalu," kata Alia yang membuat Buk Nining murka. Ia bangun dari duduknya dan menghampiri Alia.
Plak.
tanpa disangka ia layangkan sebelah tangannya pada pipi mulus nan putih Alia.
"Jaga mulut kamu! Kamu pikir anak saya tidak punya harga diri, hah," sentak Buk Nining dengan wajah marah.
Alia memegang pipinya dan memberi senyuman mengejeknya pada Buk Nining. Sementara Arga mengepalkan tangannya, marah? Tentu saja ia marah pada Buk Nining yang dengan gampangnya berani memberi sentuhan kasar pada pipi wanita yang amat ia cintai.
"Kalau anak Ibuk punya harga diri, tentu saja ia tidak akan mau melakukan hal yang belum diperbolehkan sebelum halal. Dan apa ibuk juga tidak sadar? Ibuk datang ke sini untuk mengatakan hal yang terjadi pada anak Ibu itu adalah salah satu tindakan yang juga menjatuhkan harga diri Risa bahkan kalian juga sebagai orangtuanya, saya lebih memilih untuk menjadi wanita tidak punya hati dari pada harus berbagi suami dengan wanita lain," setelah mengatakan itu Alia melangkah dengan tertatih ke kamarnya. Arga bangun dari duduknya.
"Maaf Pak, Buk. Pintu keluar ada di sana sebaiknya kalian pulang. Dan saya mohon untuk jangan mengikutsertakan nama saya atas kehamilan Risa. Karena saya tidak tau apa-apa soal itu. Saya sudah memilih Alia sebagai istri dan dia juga yang kelak akan mengandung anak saya, permisi!" ucap Arga tegas.
Selanjutnya ia ikut pergi meninggalkan kedua orangtua Risa dengan Karin yang sedari tadi membisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomanceSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...