Dua Belas

40.3K 2.3K 16
                                    

"Hem terus apa Mas Arga mau mandi? Biar aku siapin air hangatnya ya, pasti Mas Arga udah gerah kan," ujar Alia. Saat hendak turun dari tempat tidurnya dan akan berjalan menuju kamar mandi, Arga menahan tangan Alia.

"Aku mau ngomong sama kamu Al," ujar Arga sembari mengiring lagi agar Alia duduk di samping ranjang dan dekat dengan dirinya.

"Emm ... emangnya mau ngomong apa Mas? Apa nggak bisa diomongin nanti aja yah sehabis Mas mandi dulu?" tanya Alia menahan suaranya yang gugup, ia berkata seperti itu tentu saja untuk memperlambat waktu. Karena jantungnya selalu berdetak kencang ketika berdekatan dengan Arga.

Melihat Arga yang menggeleng Alia menghela nafas panjang.

"Aku mau ngomong sekarang, aku udah mandi juga tadi di kantor," ujar Arga membuat Alia menatap pada pakaian yang dikenakan oleh suaminya itu dan benar saja saat ini Arga tidak lagi memakai pakaian yang tadi pagi ia pakai untuk ke kantor.

"Emangnya Mas Arga mau ngomong apa?" tanya Alia tidak lupa dengan suara lembut yang selalu ia suguhkan pada Arga.

"Apa perasaan kamu pas tadi lihat aku sama Erna di kantor tadi?" tanya Arga langsung, percayalah Arga bukan tipe orang yang suka basa-basi.
Ia melihat wanita di sampingnya ini menarik nafas dalam.

"Perasaan aku lihat kamu tadi ya sama kaya perasaan orang lain yang merasakan cintanya bertepuk sebelah tangan. Tentu itu nggak perlu aku perjelas lagi Mas, karena aku yakin kamu tau tentang itu,"

"Terus kenapa kamu enggak marah sama aku? Kenapa malah kamu nyambut aku segini manisnya?"

"Ya karena kamu itu suami aku Mas, selagi aku bisa bertahan untuk tetap tersenyum buat kamu aku akan lakukan itu, cinta memang kadang bisa buat kita jadi bodoh. Bahkan karena rasa cinta itu juga aku selalu bertahan Mas," jawab Alia dengan mata memerah, menahan laju air mata yang ingin tumpah kapan saja jika Alia mengedipkan kelopak matanya.

Arga menatap sendu pada Alia, perlahan tangannya ia letakkan pada pipi putih Alia dan mengusap bulir air mata yang jatuh ke sana menggunakan ibu jarinya.

"Kamu bisa bantu aku?" ucap Arga sembari menatap intens manik mata Alia, Alia pun menatap padanya.

"Bantu apa Mas? Kalo aku bisa pasti aku akan bantu kok," ucapnya dengan terus tersenyum.

"Kamu bisa bantu aku buat cinta sama kamu Al," kata Arga yang langsung membuat Alia mengerjapkan lagi matanya. Ia seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Maksud Mas?" tanya Alia, semua seperti tidak mungkin jika tadi Arga yang mengatakannya.

"Iya, kalo kamu siap buat aku jatuh cinta sama kamu maka aku akan ceritakan semua tentang hubunganku dengan Erna yang sebenarnya enggak seperti apa yang kamu pikirkan," kata Arga.

Bibir Alia seolah terkunci untuk sekedar menjawab kata iya pun.

"Mas Arga serius ngomong kaya gitu? Ak-aku pasti mau lah Mas, apalagi aku ini istri kamu," jawab Alia.

Jangan lupakan senyum dan wajah berbinar wanita itu membuat Arga kini benar-benar memuji kecantikan dari seorang Alia.

Flashback

"Ga," ucap seseorang yang menepuk pundak Arga saat pria itu tengah duduk di kursi kerjanya. Ia menoleh pada sang empu tangan yang ternyata adalah sahabatnya, Gio.
Gio tanpa diperintah pun langsung duduk di kursi depan meja Arga.

"Kemarin gue lihat istri lo di taman sama Rara, cantik banget gila," ucap Gio, Arga mengerutkan keningnya. Perkataan Gio berhasil mengubah fokus pria itu padanya. Terbukti dari Arga yang langsung menatap Arga.

"Maksud lo?" tanyanya dengan nada yang ... entahlah.

"Ya gue enggak ada maksud apa-apa, cuma gue bilang istri lo cantik aja. Apalagi pas senyum terus kayanya dia punya sifat keibuan banget gitu ya,"
cerocos Gio yang tanpa sadar membuat Arga mengepalkan tangannya.

Seolah tidak terima ada pria lain yang memuji istrinya, Alia. Meskipun Arga belum mencintai Alia tapi ia tetap tidak suka jika ada pria lain yang memperhatikan istrinya meskipun itu sahabatnya sendiri.

"Elo yakin Ga, akan lanjutin perselingkuhan lo itu? Kalo iya daripada lo nyakitin hati Alia mending Alia sama gue aja bro, gue jamin gue nggak bakal buat Alia nangis karena perselingkuhan. Karena orang sesempurna Alia terlalu rugi untuk diduakan bro," ucap Gio. Arga mengeraskan rahangnya dan menahan deru nafasnya, entah kenapa saat ini ia ingin melayangkan kepalan tangannya pada sahabatnya ini.

"Maksudnya lo naksir bini gue?" tanya Arga sembari meminum air putih yang ada di atas meja. Dan mungkin pengaruh air dingin itu otaknya kembali bisa berfikir dengan jernih lagi dalam sekejap.

"Ya pasti Ga, jangankan gue. Orang lain aja banyak banget yang naksir Alia. Makanya gue bilang kalau lo itu beruntung bisa jadi suaminya. Istri lo cantik bro, oh iya asal lo tau aja kalau  ternyata Fino juga suka sama Alia bahkan dari mereka SMA. Tapi Alia udah keburu cinta sama lo, bener memang ya cinta dan bodoh itu sepaket," ujar Gio terkekeh melihat mata Arga kini menatap dengan membara padanya.

Lalu pria itu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat pada Arga. Menepuk pundak pria itu dan tersenyum saat merasakan tubuh Arga yang kaku seperti menahan amarah.

"Jaga Alia bro, jangan sampai lo kehilangan mutiara demi mempertahankan batu biasa. Alia selalu terlihat cantik di mata lelaki lain," bisik Gio pelan.

Sebelum pria itu melangkah dan keluar dari ruangan Arga. Arga menatap punggung Gio yang kian menjauh sampai hilang di balik pintu.

Perkataan Gio terngiang di otaknya. Apa iya dia terlalu tidak peduli pada Alia sampai ia sendiri tidak tau jika ternyata Alia begitu di kagumi oleh para pria.

"Enggak! Enggak boleh ada lelaki lain yang dekat apalagi sampe merebut Alia dari gue. Gue udah mulai merasa nyaman dengan adanya dia,"

"Gue harus ngomong sama Alia, iya gue harus ngomong sekarang," gumamnya.

Arga bangun dari duduknya dan mengambil hp serta tas kerjanya. Ia akan pulang dan semoga kepulangannya ini tidak sia-sia.

Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang