"Dan sepertinya aku juga udah mulai cinta sama kamu Al," ujar Arga.
Alia membulatkan matanya, perlahan bulir air matanya jatuh membasahi pipi sanking bahagianya mendengar apa yang Arga ucapkan. Akhirnya perasaannya hatinya terbalas. Cintanya kini tidak bertepuk sebelah tangan lagi.
"Mas Arga serius?" tanya Alia terbata.
Tangan pria itu terulur mengusap pipi putih Alia dan mengecup kening Alia lembut. Selanjutnya pria itu membawa Alia ke dalam pelukannya.
"Aku serius Alia dan aku enggak pernah main-main soal perasaan. Awalnya aku sendiri pun kurang percaya tapi semakin kesini aku semakin yakin kalau perasaanku ke kamu itu beneran cinta," ujar Arga sembari semakin mengeratkan pelukannya.
Alia ikut memeluk suaminya dan berulang kali berucap syukur di hati. Ia percaya karena cinta yang diucapkan setelah adanya ikatan pernikahan adakah cinta yang sebenarnya dan tidak ada kebohongan di sana.
***
"Mas ih, bentar dong aku susah gerak ini," kata Alia.
Ia berusaha melepaskan tangan Arga yang melingkar dengan indah di pinggangnya, sementara ia sedang membuat kopi untuk Arga. Tadi Arga minta dibuatkan kopi agar bisa lembur malam ini. Hari ini ia tidak ke kantor jadi sudah pasti ada beberapa berkas yang dikirimkan oleh sekretarisnya lewat e-mail.
"Kamu mau kemana emang? Cuma buat kopi doang kan, udah sih nggak usah protes bilang aja kamu itu seneng aku peluk kaya gini," jawab Arga semakin menjadi bahkan dagunya sengaja ia sandarkan pada bahu sang istri.
Entah mengapa rasanya sangat menyenangkan. Begitupun untuk Alia, ia merasa sangat nyaman berada di dalam dekapan Arga.
"Mas," panggilnya pelan.
Telapak tangannya ia gunakan untuk mengusap pipi kiri Arga yang masih memejamkan mata di atas pundaknya.
"Hem,"
"Kok hem sih, ini kopinya udah siap loh, mau diminum kapan?" tanya Alia penuh kelembutan.
Bukannya melepaskan pelukannya Arga malah semakin erat memeluk Alia. Kini wajahnya ia benamkan pada ceruk leher Alia. Membuat wanita itu bergidik geli.
"Mas! Oh ini mau kopinya aku kasih pak satpam aja apa ya," ujar Alia dan seketika Arga menegakkan kepalanya serta melepas lingkaran kedua tangannya dari pinggang Alia.
Alia tersenyum dan membalikkan badan agar berhadapan dengan Arga. Tangan Alia mengusap pipi dan rahang Arga secara lembut.
Arga pun tidak tinggal diam, ia juga ikut mengusap pipi kanan Alia dan menyelipkan anak rambut Alia ke belakang telinga wanita cantik yang kini menjadi istrinya dan bahkan sangat mencintainya itu.
"Udah dulu ya Mas, nih kopinya diminum dulu. Entar dingin loh," ucap Alia membuat Arga mengangguk dan langsung menyambar singkat bibir wanitanya itu.
Sebelum mengambil kopi yang sudah disediakan oleh Alia dan berjalan ke arah ruang tengah. Dengan sebelah tangannya masih bertengker di atas pinggang ramping Alia.
***
"Mas aku ngantuk," ujar Alia pada Arga yang tampak serius pada layar laptopnya.
Arga sedang mengerjakan pekerjaan kantornya di dalam kamar dan di atas tempat tidurnya bersama Alia. Wanitanya itu sedari tadi menyandarkan tubuh pada Arga. Alia terlihat berbeda dari biasanya. Kini wanita cantik itu berubah menjadi manja padanya. Dan entah kenapa Arga tidak terganggu dengan hal itu bahkan ia sangat menyukai sikap Alia yang seperti itu.
"Tidur duluan ya sayang, ini aku masih banyak loh kerjaannya," jawab Arga tanpa menoleh pada Alia.
Alia mendengus tidak suka dan menegakkan tubuhnya beranjak menjauh dari Arga. Wanita cantik itu langsung merebahkan tubuhnya pada tempat tidur dan membelakangi Arga.
"Sibuk aja terus, kerja aja terus, gak tau apa kalau istrinya butuh suami. Gak tau apa kalau sekarang aku lagi pingin tidur sambil dipeluk kamu Mas,"
dumel Alia cemberut.Arga bukannya tidak mendengar, ia dengar semua yang Alia gerutukan tapi kerjaannya kali ini memang sangat penting. Jari jemarinya yang tadinya menari dengan indah di atas keyboard langsung terhenti saat mendengar suara yang membuat hatinya langsung berdenyut nyeri.
Arga menolehkan kepalanya dan terkejut melihat bahu wanitanya bergetar, bisa dipastikan jika Alia tengah menangis sekarang ditambah suara isakan yang ditahan oleh Alia. Menghembuskan nafas panjang, akhirnya Arga mematikan laptop dan meletakkannya di atas meja samping ranjang mereka.
Arga mendekati Alia yang masih terisak. Kepala Alia ia usap dengan lembut dan berbaring tepat di belakang wanita itu. Sebelah tangannya bergerak memeluk Alia dengan bibir yang ia dekatkan pada telinga wanitanya.
"Maaf sayang," ucapnya berupa bisikan yang langsung membuat Alia tersentak. Jantung wanita itu berdetak lebih kencang tapi dengan cepat Alia menormalkan sikapnya.
"Sayang, hei. Maaf ya," bisik Arga lagi, kali ini diiringi kecupan di atas pipi wanitanya.
"Ngapain ke sini? Katanya masih banyak kerjaan, sana kerja lagi," sentak Alia dan berusaha menghempaskan tangan Alia Arga dari tubuhnya. Tapi tidak mungkin Arga membiarkannya.
"Udah enggak kok Al. Ini aku udah di sini, udah peluk kamu malah," kata Arga seraya membalikkan badan Alia dengan gampang menjadi terlentang.
Arga menyangga kepalanya dengan sebelah tangan sementara tangan kanannya mengusap pipi Alia yang basah. Wajah wanitanya itu tampak cemberut dengan bibir yang ia majukan beberapa senti. Tidak bisa menahan rasa gemasnya, Arga meraup bibir Alia sekilas.
"Mas Arga!" sentak Alia lagi, sepertinya wanita itu terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan Arga.
Arga menunjukan senyum manisnya melihat Alia yang menampakkan wajah cemberut ditambah ekspresi kesal."Hem udah bisa galak ya sekarang, biasanya manis mulu kamu Al," ujar Arga sembari tersenyum penuh arti pada Alia yang mendelikan mata padanya.
"Kenapa? Enggak suka aku galak?" ketus Alia bersungut.
"Suka, tapi jangan sering ya sayang, aku tuh lebih suka kamu yang manis dan manja," ucap Arga.
Tangannya mengusap kening Alia dan melabuhkan bibirnya di sana. Alia tertegun mendapat perlakuan manis Arga, tidak bisa dipungkiri hatinya bahagia, sangat bahagia bahkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomanceAlia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebagai seorang istri dan ternyata usahanya membuahkan hasil.