"Ngapain malah senyum? Jawab Mas atau aku pulang," kata Alia mulai berani mengeluarkan ancamannya.
Sepertinya terlalu penasaran dengan apa yang Arga katakan membuat pikirannya tidak bisa beroperasi dengan baik, buktinya ia saja sampai lupa jika kakinya sakit dan membutuhkan Arga untuk sampai di sini.
Bagaimana ia bisa pulang kalau begini."Iya ya Dear, ini mau dijawab. Kamunya diem dulu ngapa," kata Arga.
Alia melipat bibirnya ke dalam guna menunjukan pada Arga jika ia sudah menutup mulut alias mengunci bibirnya.
Meski merasa lucu dan ingin terterkekeh bahkan tertawa Arga berusaha fokus untuk bercerita dari pada Alia ngamuk lagi."Aku sengaja bersikap dingin cuma untuk lihat dan ingin membuktikan perasaan kamu Al, jujur waktu itu aku masih belum percaya sama kamu, sama rasa cinta kamu buat aku tapi semakin lama sikap kamu semakin buat aku percaya sama semua rasa cinta itu Al dan aku bahagia saat ternyata cinta yang aku tanam bertahun-tahun untuk kamu itu enggak sia-sia," jelas Arga,
sebelah tangannya menggapai tangan Alia dan meletakkannya di atas dada, Alia tersenyum merasakan detak jantung Arga yang berpacu cepat dan kencang.
"Aku juga bahagia Mas, ya walaupun kamu udah bohong sama aku,"
"Heh, bohong apa?"
"Ya itu pura-pura gak nerima aku tapi ternyata di dalam hatinya cinta mati sama aku," ucap Alia sambil tertawa dan menyandarkan kepalanya pada lengan atas Arga.
Arga mengacak pelan rambut Alia hingga terkesan berantakan.
"Mas ih, kan jadi berantakan rambut aku," pekik Alia sebal.
Gantian Arga yang tertawa dan membawa Alia ke dalam pelukannya, mengecup ubun-ubun sang istri beberapa kali. Alia tersenyum dan mengeratkan pelukannya.
"Aku bahagia Mas, makasih." Alia berkata dengan lembut.
Arga mencium pelipisnya tanpa menjawab. Gerakan Arga itu cukup sebagai jawaban atas pernyataannya.
"Emm dulu aku di sini cuma sendiri menikmati indahnya kebun teh ini, tapi sekarang Tuhan udah kirim aku salah satu bidadarinya biar aku nggak kesepian lagi," kata Arga saat keduanya sudah melepaskan pelukannya berganti dengan posisi Alia bersandar pada dada bidangnya sementara tangan mereka saling bertautan di atas paha Arga.
"Bidadarinya pasti cantik ya?" kata Alia karena Arga tidak menyebut namanya tapi meski begitu ia tetap tau siapa yang dimaksud Arga. Toh hanya ada dia di sini yang menemani pria tampan itu.
"Ngaca aja sendiri, punya kaca kan? Kalo nggak bawa biar ngaca pake ponsel aku. Kameranya jernih, mau?" kata Arga sambil menyodorkan ponselnya pada Alia yang langsung di terima wanita itu.
"Coba aku lihat," dengan riangnya Alia mengambil ponsel Arga.
"Passwordnya?"
"Tanggal lahir kamu," jawab Arga yang memilih bersandar pada tiang rumah kebun itu.
Jawaban Arga membuat sudut bibir Alia terangkat. Mengapa Arga berubah romantis seperti ini.
"Eh iya cantik banget Mas bidadarinya," kata Alia sembari tersenyum pada layar ponsel Arga yang menampilkan wajahnya.
Tidak bisa dipungkiri memang wajah Alia yang cantik akan terlihat sangat cantik meskipun itu lewat layar ponsel.
"Mas, foto yuk. Kita belum pernah foto berdua masa selain foto pernikahan,"
kata Alia dengan wajah sedih.Arga merangkul pundak Alia dan mengecup sebelah pipi wanita cantik itu.
"Ya udah, ayok. Mau berapa pun aku sanggupin deh," kata Arga sembari mendekatkan pipinya pada pipi Alia. Mereka berpose beberapa kali. Setelah selesai Alia mengecek satu persatu hasil jepretannya dan tersenyum,
"Mas, aku posting di instagram boleh?"
tanya Alia menatap Arga."Boleh. Tag aku juga boleh," jawab Arga mengamati Alia yang mengangguk dan dengan semangat bermain dengan ponsel pintarnya. Setelah itu Alia mengembalikan ponsel itu pada Arga.
"Makasih ya Mas, aku makin cinta sama Mas," Alia tersenyum pada Arga.
"Masa cuma makasih aja? Gak ada yang gratis loh,"
"Sama istri sendiri ini Mas, ntar malem deh aku kasih berapa kali pun Mas mau aku sanggupin," ucap Alia yang tentu saja membuat Arga tersenyum merekah dan menatap semangat pada Alia.
"Bener ya, udah dua malam cuti loh Dear, nanti malam kalo kamu gak nawar juga tetap aku lakuin kok," kata Arga mengerling nakal pada Alia.
"Ihh maksa, emm tapi maaf ya Mas aku belum bisa layani kamu dengan baik ya," kata Alia dengan tatapan lembutnya.
Arga menggeleng dan menangkup wajah sang istri. Ia kecup kening sang istri dan menatap lembut Alia.
"Aku udah merasa puas dengan layanan istri cantikku ini kok. Makasih Dear," Alia mengangguk dan mereka menatap satu sama lain dengan penuh cinta.
Entah siapa yang memulai hingga bibir keduanya menyatu, berbagi rasa cinta lewat gulatan bibir. Alia mengalungkan tangannya pada leher Arga dan tangan Arga melingkar di pinggangnya.
"Ehem, ya ampun kalian ini. Apa nggak bisa di rumah aja mesra - mesraannya?"
Alia sontak menolak dada Arga pelan hingga tautan bibir mereka terlepas. Lantas menundukkan wajahnya, tidak tau semalu apa ia sekarang. Pasalnya bukan cuma ada Oma di sini dan menyaksikan kegiatan mereka tadi tapi semua pekerja tadi yang tidak kurang dari sepuluh orang telah berkumpul di sini. Akan di kekanakan wajah cantiknya ini nanti.
"Ya namanya juga pasangan baru Oma, Oma kaya enggak pernah muda aja deh."
Arga berucap dengan santainya. Alia sampai merasa takjub dengan sikap suaminya itu. Sudah kepergok tengah melahap habis bibirnya bukannya merasa malu malah seperti bangga. Ada juga manusia seperti Arga yang urat malunya mungkin sedang kurang berfungsi.
"Huh, cape memang ngomong sama kamu. Udah ah, ayok silahkan semua kita makan dulu," ajak Oma pada para pekerja memetik tehnya.
Mereka yang mengenal Arga saling sapa dan Arga termasuk orang yang ramah pada kaum dewasa.
"Istrimu cantiknya kebangetan loh Ga, kok diajak ke kebun sih, entar kulitnya belang loh," ucap salah satu dari mereka sambil membuka bekal yang ia bawa.
"Iya gak bakalan belang lah buk. Orang habis dari sini dia langsung mandi pake luluran lagi," jawab Arga sembari menggenggam tangan Alia tanpa sungkan pada ibuk- ibuk itu.
"Alia itu Oma bawa banyak nasi sama lauknya, kita bagi aja ya. Enak loh makan sama-sama kaya gini," kata Oma.
Alia mengangguk saja memang dia pun sudah merasa lapar jadi sangat tidak mungkin untuk menolak.
Akhirnya mereka berbagi dengan membagi dua bagian nasi yang Oma bawa. Oma satu bagian sendiri sedangkan satu bagian lagi Alia makan sepiring dengan Arga. Bak lirik lagu mereka makan sepiring di bawah gubuk kebun teh.
"Aku suapin pake tangan enggak apa-apa Mas? Sendoknya cuma buat Oma," kata Alia.
Arga mengangguk dan mendekat lagi pada Alia.
"Pake mulut juga aku mau Dear," jawab Arga yang langsung mendapat tatapan tajam dari Alia.
"Hehe lupa Dear," ucapnya sembari menatap satu persatu rombongan ibu-ibu itu yang asyik makan sambil bercengkerama.
Alia sangat menikmati makan di sini, makan dengan pemandangan daun teh yang luas dan tiupan angin yang menyegarjan serta yang paling penting adalah bisa menikmati semuanya dengan Arga, lelaki yang sangat ia cintai dan ternyata juga mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duda Tampan (Tamat)
RomanceSEBAGIAN PART DIPRIVATE! FOLLOW AKUN AUTHOR DULU AGAR BISA BACA LENGKAP!!! Alia harus menahan pahit saat cintanya pada Arga, si duda tampan di awal pernikahan yang hanya bertepuk sebelah tangan. Segala cara ia tempuh agar Arga mau menatapnya sebaga...