Dua Puluh Tujuh

22.1K 1.2K 0
                                    


"Aku mohon kamu mengerti Risa, selama ini aku nggak ada perasaan apa-apa sama kamu, aku anggap kamu sama kaya Karin. Aku juga udah nikah," ucap Arga pada Risa yang saat ini memasang wajah sedih bahkan mata gadis itu sudah berkaca-kaca.

"Kenapa Kang Arga malah nikah  sama wanita lain sementara Kang Arga tau kalau dari dulu Risa udah suka sama Kang Arga? Kang Arga jangan bilang kalau gak tau soal perasaan Risa karena semua orang yang ada di daerah sini juga tau tentang perasaan aku," pekik Risa dengan sengaja mengeraskan suaranya.

Arga tersenyum sumbang sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Iya dan semua orang juga tau kalau aku nggak pernah tertarik sama satu pun gadis yang ada di daerah sini termasuk kamu, perasaan cintaku hanya untuk istriku sekarang, aku pun enggak mau menodai pernikahan dan kepercayaan yang istriku titipkan padaku." Arga menghela nafas panjang dan kini lawan bicaranya sudah membasahi wajah dengan air mata.

"Jadi aku minta sama kamu untuk lupain aku dan coba buka hati untuk pria lain Risa, pria yang lebih baik dari aku. Mungkin memang aku tercipta bukan untuk kamu begitu pun sebaliknya, aku permisi."

Arga melangkah meninggikan taman tanpa meminta persetujuan dari Risa. Sebelum ia pergi tadi ekor matanya sempat melirik Risa dan gadis itu tengah menunduk sambil menangis.

***

"Betah amat Kak dari tadi duduk di sini aja, keluar yuk Kak," ajak Karin yang bari keluar dari kamarnya. Alia mendengus tidak suka.

"Lo nggak lihat kaki gue lagi pengen dimanja jadi nggak boleh nyentuh lantai dulu," ucap Alia seraya menggoyangkan kaki kirinya yang berbalut perban.

Karin mengangguk dan baru ingat perihal kaki Alia yang luka akibat pecahan kaca. Ia mendekat dan duduk di samping Alia.

"Tadi lo turun ke sini sama siapa Kak? Kok kayaknya gue nggak lihat kak Arga ya?" tanya mengeluarkan ponsel yang ia selipkan di salah satu bagian celananya.

"Ya sama Mas Arga tapi tadi keluar katanya ada keperluan di luar," jawab Alia sembari mengganti chanel tv.

"Ada keperluan atau ada keperluan? Lo enggak curiga gitu Kak kalo Kak Arga-"

"Gue percaya sama Mas Arga dan gue yakin kalo Mas Arga pasti jaga kepercayaan gue dengan baik," potong Alia cepat dan dengan suara lembut. Karin tersenyum dan mematikan hpnya.

"Ke depan yuk Kak, ke teras rumah kayaknya enak," ajak Karin lagi.

"Boleh, tapi gendong gue ya," ucap Alia dan Karin hanya menampilkan deretan giginya.

"Eh serius deh Kak. lo mending  jangan sering kasih Kak Arga pergi sendiri kalo di sini, karena rata-rata cewek di sini itu suka sama Kak Arga dan-"

"Jangan racuni otak istri gue,"

Karin dan Alia menoleh pada pintu di mana di sana berdiri seorang Arga dengan tatapan datarnya dan tetap saja bagi Alia wajah itu tetap berkarisma, mungkin bukan bagi Alia tapi bagi semua wanita yang melihatnya.

Arga mendekat dan duduk di samping Alia. Memberikan kecupan hangat di kening wanita itu dan meraup bibir tipis Alia sekilas. Karin membulatkan matanya kaget sekaligus sebal pada Arga yang dengan sengaja menunjukkan kemesraannya dengan Alia. Sementara pipi Alia bersemu atas tindakan Arga yang spontan.

"Ehem, gue bukan nyamuk!" ucap Karin dengan tatapan malasnya.

Mendengar itu Arga malah masang wajah tidak perdulinya. Ia malah memeluk pinggang Alia dan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher sang istri.

Alia merasa ada yang tidak beres dengan Arga, tidak biasanya pria bersikap seperti ini. Kalaupun iya biasanya Arga tiba-tiba ingin bermanja dengannya pasti tidak di ruangan terbuka seperti ini. Kecuali hanya ada mereka berdua di rumah.

"Mau jalan-jalan gak Dear? Kita ke perkebunan teh milik Oma. Yah dari pada di rumah gini, bosen Dear," ujar Arga sambil memainkan jemari mungil Alia dan sesekali mengecupnya lembut.

"Kaki aku masih susah buat dibawa jalan Mas, jadi-"

"Apa gunanya ada suami? Aku bakalan gendong nanti, lagian ngapain kita ke sini kalau cuma main di rumah doang," kata Arga memotong ucapan Alia.

"Mas serius mau gendong aku nanti? Tapi kita kesananya naik mobil kan Mas?" tanya Alia sambil menatap Arga,  pria itu mengangguk.

"Iya Dear, lumayan jauh juga sih tempatnya. Gimana, mau nggak?" kata Arga dan tersenyum saat Alia mengangguk.

"Ya udah, sekarang ganti baju dulu yuk. Kamu nggak boleh terlihat seksi gitu di depan orang lain selain aku," ucap Arga dan mengangkat tubuh Alia menuju kamarnya.

Sementara Karin mengangkat alisnya tidak mengerti karena sedari Arga datang tadi ia sudah memasang earphone pada telinganya.

"Halah palingan ngajak anu di kamar, kan biasanya pasangan baru suka kayak gitu kalau lagi berdua. Nggak tau kalau ada orang jomblo apa, ngeselin," cerocos Karin sendiri. Ia berpikiran jika Arga dan Alia akan mengurung diri di kamar.

"Pasti Kak Alia nggak bakalan bisa nolak kalau Kak Arga mau yang iya iya, duh enak juga ya punya pasangan apalagi udah halal, akh apa sih mending gue ngehalu sama para pemeran tokoh novel deh," Karin membuka salah satu aplikasi novel online di ponselnya dan mulai larut dengan benda pipih itu.

Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang