Tiga

50.9K 3.1K 12
                                    

"Kamu yang mulai Alia jadi jalan salahkan aku kalau terjadi sesuatu pada kita berdua," bisiknya tepat di telinga Alia. Alia tersenyum dan mengangguk padanya.

"Bukannya melakukan hal ini wajar ya Mas, aku ini istrimu. Jadi sudah sepatutnya kita untuk melakukannya."
balas Alia dengan suara yang sengaja ia buat serak untuk memancing Arga.

Dan benar Arga langsung meraih tengkuknya, menempelkan dua benda kenyal milik pria itu pada bibir Alia. Melahap habis sampai nafas keduanya tersenggal-senggal,
Selanjutnya Arga menarik tubuh Alia untuk melakukan lebih. Nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa lagi kembali menjadi nasi selain menjadikan bubur itu bubur yang enak dan siap untuk disantap.

Alia memejamkan matanya dan mengatur nafas yang memburu. Peluh membanjiri seluruh tubuhnya dan Arga. Gaun yang tadi ia kenakan kini berserakan di lantai beserta baju yang tadi dikenakan oleh Arga.

Selimut? Tidak selimut di sana. Di atas kasur berukuran besar itu hanya ada bantal yang berserakan. Karena selimutnya juga ikut jatuh ke lantai. Membuat kamar itu terlihat berantakan, ya sama dengan kondisi Alia saat ini.

Arga meletakkan bibirnya pada bahu Alia, tubuh bagian atas gadis itu dari tadi tidak henti-hentinya ia puja dengan tindakan. Tangannya meraih apa yang bisa ia raih dari Alia.

Alia tidak henti-hentinya mengeluarkan suara khas orang dewasa ketika ada di dalam kamar bersama lawan jenisnya. Suara yang membuat Arga semakin semangat untuk melanjutkan aksinya. Kesan panas terlihat jelas dari wajah gadis itu. Apalagi tidak satu benang pun yang melekat pada tubuh gadis cantik itu, membuat Arga seolah lupa pada segalanya.

"Mmm Mas ... aku," untuk kesekian kalinya Alia berhasil mengeluarkan sesuatu yang jadi pertanda jika ia menikmati kegiatannya.

Tubuhnya bergetar dan terkulai lemas dalam pelukan Arga. Ia duduk di pangkuan Arga yang bersandar pada kepala ranjang. Hanya saling mengelus dan memuja, tidak ada penyatuan antara mereka. Bukan, bukan tidak tapi belum. Kalau sudah begini maka apapun bisa terjadi.

"Aku capek Mas,"
ucap Alia dengan suara lemas. Arga mendekap tubuhnya dan mengangguk.

"Maafin aku, aku nggak bisa tahan tadi. Tapi kamu masih aman," ujar Arga sambil merapikan rambut Alia yang berantakan.

Ia selipkan anak rambut gadis itu pada belakang telinganya. Matanya menatap tepat pada manik mata Alia yang juga melakukan hal yang sama dengannya. Yakni mereka saling menatap, Alia menatap Arga penuh cinta sedangkan Arga menatap Alia penuh tanya. Bagaimana mungkin gadis cantik ini mencintainya yang selama ini selalu bersifat sesuka hatinya pada Alia.

"Alia, sekarang pakai pakaian kamu. Aku nggak mungkin melakukan sesuatu yang nanti membuat kamu menyesal," ujar Arga sambil membalas tatapan Alia.

Alia tersenyum simpul dan menghela yang lagi-lagi membuat sesuatu di dalam diri Arga terbangun.

"Aku nggak akan menyesal Mas, karena aku melakukannya dengan orang yang sku cintai selama ini dan selamanya," jawab Alia dengan wajah yang terlihat masih lemas.

"Tapi aku nggak cinta sama kamu Alia," sergah Arga.

"Untuk sekarang mungkin ia Mas, tapi kita enggak tau kalau besok. Bisa aja perasaan Mas Arga berubah kan," jawab Alia tetap pada pendiriannya.

Arga menghela kasar tidak menyangka dengan jawaban yang terlontar dari bibir Alia.

"Aku akan terus berusaha dan berdoa agar kamu mau natap aku Mas, dan buat perasaan kamu jadi cinta untuk aku," ucap batin Alia.

"Aku mau mandi," kata Arga memutuskan kontak matanya dengan Alia.

Alia mengerjap dan tersenyum kaku seraya mengangguk.
Selanjutnya Arga langsung beranjak menuju kamar mandi dengan keadaan hanya memakai celana pendek.

Alia menatap punggung polos Arga dan tersenyum merekah di bibirnya.
"Enggak apa-apa kalau hari ini kamu cuma mau mencicipi hidangan pertama dari aku Mas, aku yakin besok lusa kamu pasti akan mengambil hak kamu sebagai suami dari aku. Aku nggak masalah kamu sekarang mencintai wanita lain tapi keyakinan aku tetap bilang kalau nanti kamu cuma akan jadi suami aku,"
ucap Alia.
.

***

Alia menyiapkan sarapan untuknya, Rara dan Arga dengan bibir yang tersenyum lebar. Setelah semua tertata rapi di meja, bunyi bell membuat Alia harus melangkah menuju pintu utama.
Siapa yang pagi-pagi begini sudah bertemu.

Saat pintu dibuka Alia melihat seorang wanita dengan pakaian yang teramat seksi sedang berdiri menghadap pintu. Keningnya berkerut menatap bingung pada wanita itu. Sepertinya wanita ini tidak muda lagi.

"Ada apa ya Mbak," tanya Alia dengan nada tidak suka karena melihat pakaian wanita ini yang jauh dari kata layak untuk dipandang.

"Em maaf Dek, ini benar rumahnya Arga?" ucap wanita itu. Alia mengerutkan dahinya, ada apa wanita ini mencari Arga. 

"Iya benar Mbak, Mbak siapa ya." tanya Alia lagi. Wanita ini tersenyum dan menyalami tangan  Alia.

"Oh berarti benar, dan kamu pasti adiknya ya. Cantik sekali pantes abangnya juga tampan,"
katanya, adik? Alia dibilang adik dari Arga? Lucu sekali.

"Maaf Mbak, kalo boleh tau Mbak ini siapa ya? Kok bisa kenal sama Mas Arga?"
tanya Alia secara beruntun.

Wanita yang berdiri di depannya ini tersenyum dan menyibak sedikit rambutnya kebelakang. Alia sedikit bergidik melihatnya.

"Saya Erna, senang bisa ketemu sama adiknya Arga yang ternyata cantik sekali. Tapi kenapa Arga nggak pernah bilang kalau dia punya adik ya," kata wanita yang ternyata bernama Erna itu.

Alia mencebikkan bibirnya dan membolakan matanya. Adik apa? Istri iya. Alia seperti mencium bau tidak beres dengan wanita ini. Alia menormalkan mimik wajahnya berusaha tenang.

"Ada hubungan apa Mbak sama Mas Arga?" Alia tidak tahan untuk tidak bertanya. Jujur ia tidak suka dengan kehadiran wanita ini.

"Loh kamu gak tau? Masa Arga nggak pernah cerita sih?" kata Erna dengan wajah yang ia buat seolah-olah sedang terkejut.

Alia menghela sebal dan kasar. Ingin mengusir tapi susah.

"Nggak pernah. Jadi Mbak bisa bilang sama saya. Ada hubungan apa Mbak sama Mas Arga?" ulang Alia berusaha sabar.

"Saya pacarnya Arga."

Duda Tampan (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang