Terjerumus pada cinta yang sama sekali tak pernah menyapaku, adalah hal kebetulan yang teramat menyakitkan.
👑👑
"Saya harap kerjasama ini dapat berjalan dengan lancar" seraya tersenyum pria berusia tiga puluh tahunan itu menjabat tangan kolega bisnisnya. "Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar proyek ini berhasil"
"Tentu, tentu kami percaya pada anda. Terimakasih, kalo begitu, saya permisi"
Begitu koleganya keluar dari ruangan, seorang wanita berpakaian cukup ketat dan seksi berjalan masuk ke dalam. Suara ketukan heels terdengar di sepanjang langkahnya.
"Bagaimana? Dia mau menerima kerjasama kita?" Wanita itu menaruh tas kecilnya diatas meja. Mendudukan dirinya di sofa, membuat pakaiannya sedikit terangkat.
"Tentu"
Senyum tipis terukir di wajah Tama. Ia lalu duduk disamping Lana.
"Ini semua juga berkatmu,"
Merasa tengah disanjung oleh pria itu, wajah Lana berseri. Dengan berani Ia memegang tangan Tama.
"Kalo begitu, bagaimana kalo kita makan siang bersama?" Ia mencoba untuk duduk lebih dekat lagi, "anggap saja ini untuk merayakan proyek baru kita"
Tama melirik sekilas pada wanita disampingnya. Bibir dengan gincu merah itu mencuri sedikit perhatiannya. Lalu, wajahnya kembali berpaling.
"Aku tidak bisa, aku harus mengurusi beberapa urusan lain" pria itu bangkit, membereskan dokumen-dokumennya. "Kau bisa makan siang sendiri, lain kali aku akan mengundangmu untuk makan bersama anak-anak"
Lana ikut bangkit, berdiri disamping pria itu. "Tapi aku ingin kita makan bersama sekarang. Ini proyek kita berdua, jadi kita yang harus merayakannya. Bukan bersama anak-anak"
"Tidak bisa"
"Tama..." suara rendah wanita itu terdengar sedikit sensual. "
Dering ponsel kemudian terdengar. Dengan cepat Tama merogoh benda pipih miliknya itu di saku celana.
"Ada apa? Apa dia baik-baik saja?" Tanyanya pada orang diseberang sana. Raut wajahnya menggambarkan rasa kekhawatiran, membuat Lana mendelik tak suka.
"Pastikan dia tidak macam-macam"
"Kabari aku jika terjadi sesuatu" sambungan telpon diputus lebih dulu oleh Tama. Diletakkannya ponselnya diatas meja.
"Jadi dia masih hidup?"
Dari sudut matanya, Tama dapat melihat wajah Lana berubah 180°. Yang tadinya berseri, menjadi sangat tak bersahabat. Bahkan sepertinya mata wanita itu sudah mengkilap tajam. Aura negatif wanita itu mulai menyeruak dalam ruangan.
"Tama, daripada kamu harus susah-susah mengurusi wanita gila itu. Kenapa kamu tidak melenyapkannya? Dengan begitu, kamu juga tidak perlu takut, kalo sewaktu-waktu dia akan me—"
"Tutup mulutmu Lana. Jangan membahas tentang hal itu seenaknya" Tama menggeram pelan. Wanita itu semakin lama semakin membuatnya kesal saja. Bagaimana jika ada orang lain yang tiba-tiba mendengar pembicaraan mereka?
"Jika tidak ada kepentingan lain, lebih baik kau pergi"
Tak terima diusir pria itu, Lana mendesis pelan. "Aku harap kau melakukan hal yang lebih bijak lagi, Tama. Atau apa yang kau lakukan akan menjadi bumerang untukmu" Ia lalu menyambar tasnya, dan berjalan keluar dari ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [End]
Teen FictionStory ke-2 [End]📣 ATTENTION‼️⚠️ Mohon maaf sebelumnya untuk para readers. Author baru nyadar kalo ada beberapa part, yang sepertinya acak-acakan. Fyi, author baru nyadar setelah beberapa bulan hiatus😭🙏 Kalo tidak salah di part 6,8,5,9,7 Seharusny...