Bagaimana bisa kamu mendapatkan cinta diluar sana, saat kamu tidak pernah mengenal 'Apa itu cinta?'
👑👑
20:30 WibAngkasa baru menapaki kakinya dirumah. Entah apa saja yang dilakukan cowok itu dengan Ratu. Yang jelas, saat Ia sampai dirumahnya keadaan di rumah dirasa sedang tidak baik-baik saja.
Saat pintu dibuka, suasana menegangkan sudah menyeruak diseluruh penjuru sudut ruangan.
Sudah ada Tangguh, Shina juga Tama yang tengah duduk disofa. Semakin dekat langkah kaki Angkasa pada mereka, semakin Ia merasa akan digeluti oleh keluarganya. Perasaan Angkasa sudah buruk sejak tadi pagi. Mungkin, inilah yang akan terjadi.
Tama berdiri berhadapan dengan Angkasa, saat putra sulungnya itu tepat didepannya.
Satu tamparan cukup keras pria tua itu layangkan pada Angkasa. Hingga wajah Angkasa tertoreh. Terasa panas rasanya pada bekas tamparan itu. Belum lagi, Ia merasakan darah yang keluar dari bibirnya.
"Mau apa kamu bawa dia ke rumah itu?"
Angkasa dapat melihat betapa tegangnya leher Sang Papah. Urat-urat pria tua itu terbentuk disana.
"Jawab Papah!" Tama berteriak murka. "Mau jadi pahlawan? Atau karena kamu dibutakan sama cinta?!"
Terdengar helaan nafas yang cukup berat dikeluarkan oleh Tangguh. Angkasa mengerti saat situasi seperti ini, tidak ada yang ingin ikut terkena imbasnya. Sekalipun itu Shina, yang biasanya selalu membangkang, namun, sepertinya gadis itu mulai berpihak pada Tama. Yang Ia lakukan hanya diam, dan menundukkan kepalanya.
"Apa yang kamu harapkan dari gadis itu? Cinta, huh?" pria itu menggeleng, tak habis pikir. Bisa-bisanya putranya menjadi budak cinta.
"Cinta cuma akan bikin kamu sengsara, Angkasa"
Tak hanya Angkasa yang tersentil oleh perkataan Tama. Namun juga Shina. Dari sudut mata, Angkasa dapat melihat Shina yang tengah mengepalkan kedua tangannya.
"Sekali lagi kamu berulah, Papah gak akan segan untuk membuat dia sepertinya Ibunya"
Tama melangkah pergi. Angkasa yakin, akan ada rencana lain yang akan dilakukan Papahnya itu.
Sambil menyeka darah dibibir, mata Angkasa kini tertuju pada kedua adiknya.
"Siapa yang udah ngasih tau?" tanya Angkasa, masih menahan rasa panas di pipinya.
Dengan malas Shina bangkit, tapi bukan untuk menjawab pertanyaan sang Kakak. Melainkan untuk pergi ke kamarnya.
Rebahan.
"Shina"
Gadis itu menghentikan langkahnya. Tanpa menoleh sedikit pun. Membuat Angkasa yang harus mendekat pada adiknya itu.
"Siapa yang —"
"Tunangan lo"
Wajah datar Shina, seolah menunjukkan seberapa besar Ia menahan emosinya.
"Tadi pagi dia ngikutin lo. Dan ya, apalagi yang dia lakuin selain ngadu ke Papah?" Shina melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue gak ngerti. Lo itu gila, hilang akal, gak waras, atau apa?"
"Maksud lo apa? Udah berani gak sopan sama abang lo sendiri?"
"Lo masih ngomongin soal kesopanan?" gadis itu tersenyum miring. "Mendingan lo ngaca deh, Bang. Cinta sih cinta, tapi gak usah bikin masalah keluarga kita makin rumit juga. Lo tuh kaya nyuruh Papah buat selangkah menuju penjara tau gak?! Lo sadar gak sih, kepahlawanan lo itu malah bikin semuanya kacau"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASA [End]
Roman pour AdolescentsStory ke-2 [End]📣 ATTENTION‼️⚠️ Mohon maaf sebelumnya untuk para readers. Author baru nyadar kalo ada beberapa part, yang sepertinya acak-acakan. Fyi, author baru nyadar setelah beberapa bulan hiatus😭🙏 Kalo tidak salah di part 6,8,5,9,7 Seharusny...