28-Bukan siapa-siapa🎓

40 2 0
                                    

Maaf baru kembali lagi.😭🙏





Satu-satunya yang dapat aku percaya, ialah waktu yang tak akan pernah kembali.

👑👑

Seorang gadis dengan seragam putih hitam tengah berjongkok di hadapan tumpukan tanah. Tumpukan tanah yang memiliki nisan bertulisan Ardan Pranegoro.

Gadis itu menatap sendu. Ingatan masa kelamnya, sangat melekat di otaknya.

"Selamat ulangtahun Ayah" ia tersenyum. "Gimana kabar Ayah disana?"

"Maaf, sampai sekarang aku belum tau Ibu ada dimana." Perlahan ia menaburkan bunga yang ia bawa.

Ia menarik nafas nya dalam-dalam. Berusaha menghalau segala pikiran buruknya.

"Aku tau, dendam itu gak baik. Ayah juga gak pernah mengajarkan aku hal seperti itu. Tapi Ayah, meminta keadilan bukan hal yang salah 'kan?"

Kecelakaan itu sangat tergambar jelas dikepalanya. Kecelakaan yang merenggut nyawa sekaligus kehancuran keluarganya.

Saat itu, dimana Ayahnya sedang terpuruk. Terhimpit masalah ekonomi. Dan sang Ibu dengan tega meninggalkan mereka. Ratu sama sekali tak habis pikir, bagaimana bisa seorang Ibu dapat melakukan hal sekejam itu? Bahkan, lebih buruknya, tak lama sejak Ibunya pergi, Ia harus kembali tertampar kenyataan lain. Ia kehilangan sang Ayah untuk selamanya. Sosok yang selalu menjadi alasan, kenapa Ia harus bertahan hidup.

"Aku sudah berjanji akan sukses untuk Ayah, aku juga akan temukan Ibu"

Suaranya mulai terdengar serak. Berulang kali menarik nafasnya dalam-dalam. Mencoba untuk memupuk kekuatan lebih banyak lagi.

"Apa aku bisa untuk sedikit egois" mulutnya terkatup rapat, ingin kembali bicara, namun rasanya sangat sulit. Teramat sakit dihatinya.

Ia mendongak, membiarkan air matanya mengalir. "Tuhan, aku ingin meminta Ayahku kembali. Sangat ingin, aku mohon..."

Isakan itu semakin terdengar jelas. "Aku bahkan belum sempat mengajak Ayah untuk berkeliling di Kampus impiannya"

"Gak baik maksa Tuhan untuk meminta kembali apa yang udah jadi takdir-Nya"

Mendengar itu, Ratu menoleh. Berdiri, seraya mengusap kasar air matanya.

"Sejak kapan lo ada disini?"

"Gue abis berkunjung" Ratu menautkan alis nya. "Ke makam Kakak gue, tuh .." ia menunjuk dengan dagunya, ke arah tumpukan tanah yang berada di ujung.

Cowok itu kemudian berjongkok. "Kenalin Om, saya Agil - sahabat Shina. Yang kebetulan temennya anak Om"

"Apa Om udah ketemu sama Kakak saya disana? Namanya sama kaya anak Om, Anggi"

Ia tersenyum. Sedikit menghibur dirinya sendiri.

"Dia juga cantik, baik, pinter. Sama kaya anak Om" senyumnya semakin mengembang. Seraya mengusap nisan milik sang Almarhum.

Agil sedikit mendekatkan wajahnya pada nisan itu. Layaknya orang yang sedang membisikan sesuatu.

"Tolong izinkan saya untuk mendekati anak Om,"

Ratu—gadis itu mengerutkan keningnya, saat cowok itu tiba-tiba terkekeh. Ia berani bersumpah, sekarang Ia sedikit merinding melihat interaksi cowok itu dengan makam sang Ayah.

"Restui saya ya Om. Meskipun saya gak bisa sehebat Om, tapi kalau soal usaha. Bolehlah om .. " Cowok itu kembali terkekeh. Layaknya sedang bercanda gurau.

RASA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang