36-Twice🎓

37 3 0
                                    

Semuanya sudah sejalan dan selaras, tinggal hatimu saja.

👑

Sudah hampir dua jam Angkasa dan Ratu berada disana. Menghabiskan waktu dengan segala penjelasan tek-tek bengek mengenai tugas gadis itu. Butuh tiga hingga lima kali Angkasa menjelaskan semua itu pada Ratu, agar gadis itu bisa paham hingga ke akar-akarnya. Tak heran jika Angkasa hampir frustasi hanya untuk mengajari Ratu.

Kini, keduanya bisa sama-sama meregangkan tubuh mereka untuk sedikit bersantai.

Beberapa saat yang lalu, Angkasa meninggalkan Ratu untuk membeli minuman terlebih dulu. Dan saat cowok itu kembali, Ia mendapati Ratu tengah tertidur dengan kedua tangan sebagai tumpuan kepalanya diatas meja. Di taruhnya dua botol air mineral yang Ia bawa. Tangannya bergerak untuk merapihkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Ratu.

Bulu mata yang letik, hidung yang mancung, bibir mungil berwarna merah muda, kontras dengan wajah putih gadis itu.

Mata Angkasa yang awalnya terhipnotis oleh wajah Ratu, kini beralih menangkap sesuatu yang terjatuh dibawah meja. Di raihnya sebuah amplop coklat disana. Bukan Angkasa jika dia tidak pernah lancang atas barang milik oranglain. Cowok itu langsung saja membuka lembaran kertas yang ada di dalamnya.

Surat Peringatan Pertama

Wajah Angkasa menekuk saat membaca isi surat itu.

"Angkasa, lancang banget sih lo" tangan Ratu yang hendak merebut kembali suratnya, ditahan oleh Angkasa. "Pasti lo udah— "

"Iya gue udah baca" potong Angkasa. Satu tangannya mengapung diudara seraya memegang surat itu. "Kenapa bisa dapet surat peringatan?"

"Bukan urusan lo," ketus Ratu. "Sini balikin" usahanya dengan berjinjit, untuk mengambil surat itu kembali sia-sia. Sepertinya, Angkasa sedang memanfaatkan tubuh tingginya.

"Sekali lagi gue tanya, kenapa bisa dapat surat ini? Kesalahan apa yang udah lo lakuin, hm?" Tanya Angkasa, cukup tenang, namun terdengar sedikit mengintimidasi ditelinga Ratu.

"Ya menurut lo, kenapa seorang pekerja bisa kena SP?" Dengan nada yang sewot, Ratu membalikkan pertanyaan Angkasa.

Angkasa menoyor pelan kepala gadis itu, "ditanya malah nanya balik. Jadi sampai satu minggu kedepan, lo gak kerja?"

Ratu kembali terduduk, Ia kemudian berdehem untuk menjawab pertanyaan cowok itu.

Angkasa sendiri bisa melihat dengan jelas kesedihan yang dirasakan gadis keras kepala itu. Meskipun tetap saja gadis itu galak dan arogan. Ada sirat kesenduan dari kedua matanya. Angkasa tau itu.

"Ini pertanda kalo lo harus fokus belajar," tangannya terulur untuk mengacak rambut gadis itu.

Sang empu hanya tertegun. Merasa Angkasa sedang menghiburnya.

"Ayo,"

Ratu mendongak, "kemana?"

"Cari angin"

"Emang lo gak punya acara apapun gitu sama tunangan lo?" Tanya Ratu, sedikit hati-hati, takut salah bicara.

"Kalo pun ada, bisa gue cancel untuk sekedar cari angin sama lo" jawab Angkasa, sekenanya.

Ratu masih terdiam.

"Gak usah kebanyakan bengong" cukup sekali tarikan, Ia membuat Ratu terbangun dan mengekorinya.

👑👑

"Bertahun-tahun gue di Jakarta, gue belum pernah nemuin tempat kaya gini" Kedua mata Ratu seakan tak ingin lepas dari pemandangan didepannya.

Ini bahkan terlalu indah dari sekedar taman. Terlebih dengan gundukan rumput yang dipotong menyerupai seekor Kelinci.

RASA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang