41-Late nights🎓

37 3 0
                                    

Dia datang, lalu singgah. Bukan untuk menetap, hanya mampir saja.

👑👑

"Saya minta maaf kalo kedatangan saya mengejutkan kamu. Sejujurnya, sudah lama saya ingin menemui kamu, tapi sepertinya takdir baru mengizinkan kita untuk bertemu"

Kedua mata Ratu masih tak teralih dari wanita yang tengah duduk dihadapannya.

"Kalo boleh saya tau, bagaimana keadaan kamu?" tanya Diana

Buruk.

"Aku baik-baik saja"

Wanita itu mengangguk pelan. "Syukurlah,"

Ia berdehem. Terlihat sedang menyembunyikan rasa gugupnya.

"Saya tidak tau harus mulai darimana. Tapi saya yakin, ada banyak pertanyaan yang ingin kamu tanyakan"

Ratu terdiam, seakan membenarkan perkataan Diana.

"Waktu Pak Ardan masih ada, kami satu departemen di bagian keuangan. Beliau adalah salah satu senior saya yang cukup akrab dengan saya" kemudian Ia tertawa kecil. "Bukan cukup akrab, tapi memang beliau satu-satunya orang senior yang akrab dengan saya"

Ratu masih bungkam. Menyimak setiap ucapan Diana.

"Beliau orang yang sangat baik, ramah, sopan. Saya benar-benar kagum sekaligus beruntung bertemu dengan beliau. Tapi, sayangnya..." Wajah yang tiba-tiba muram tergambar disana. "Saya melakukan kesalahan yang fatal"

Kata-kata 'melakukan kesalahan yang fatal' membuat mata Ratu menajam. Kedua tangannya menangkup erat gelas didepannya.

"Saya— saya yang menabrak Pak Ardan" ungkap Diana, jujur.

"Candaan anda tidak lucu, apalagi ini menyangkut Ayah saya" Ratu mencoba menampik perkataan Diana.

Satu sisi Ratu seharusnya bersyukur, kini Ia sudah mengetahui siapa yang sudah membuat Ayahnya tiada. Namun, apa benar wanita ini pelakunya? Maksudnya, apa Diana benar-benar mengakuinya, dan siap untuk menerima konsekuensinya?

"Saya benar-benar minta maaf. Saya tau, saya salah dan sudah sangat terlambat untuk mengakui semuanya. Tapi saya tidak bisa terus hidup diselimuti rasa bersalah"

Ucapannya yang sedikit bergetar, membuat Ratu yakin bahwa wanita di depannya ini benar-benar pelakunya.

"Tolong, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Jika anda mengatakan bahwa Ayah saya sangat baik, kenapa anda melakukan itu?" tanya Ratu, mencoba tenang.

Demi mencari informasi yang lebih jelas. Ratu memilih untuk tidak tergesa-gesa pergi. Meski jauh dalam hatinya, Ia ingin sekali langsung melaporkan wanita didepannya ini. Ia tau, kasus itu sudah sangat lama. Tapi, sekali lagi. Ia ingin keadilan. Itu saja.

Diana menelan salivanya, mengarahkan pandangannya keluar.

"Waktu itu, dari jauh saya melihat Pak Ardan sedang berjalan disekitar halte. Mungkin, beliau sedang menunggu Bus" Sekilas Ia menoleh pada Ratu.

"Demi Tuhan, sedikitpun saya tidak pernah terpikir kejadian seperti itu akan menimpa kami" lanjutnya. "Saya berniat untuk memberi tumpangan pada beliau"

Diana semakin merasa gelisah sekaligus takut. "Tepat saat berada dibelokkan, ada motor yang melaju ke arah saya. Sepertinya, motor itu kehilangan kendali. Dan saya berusaha menghindar, tapi— "

"Tapi anda malah menabrak Ayah saya?"

Diana mengangguk ragu. Matanya mulai berkaca-kaca mengingat kejadiaan naas itu. Demi Tuhan, Ia ingin waktu bisa diputar kembali.

RASA [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang