Prolog : Reason to Married

3.1K 147 0
                                    

Ey yo welcome back guys-guyskuhhhh!
Semoga suka sama cerita ini ya!!! Selamat baca!!🤩👍🏻

Ey yo welcome back guys-guyskuhhhh! Semoga suka sama cerita ini ya!!! Selamat baca!!🤩👍🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh iya, Yoojung." Yoongi memanggil Yoojung yang kini sudah berangsur duduk di kursi sisi tempat Namjoon berbaring.

"Iya?" Yoojung menjawab sambil melihat botol infus Namjoon yang sudah mau habis. Dia berniat menekan bel agar perawat datang dan segera mengganti botol infusnya dengan yang baru.

"Aku rasa kita harus menikah." Yoongi langsung pada intinya. Tanpa basa-basi, atau paling tidak menjelaskan alasan dia mengatakan hal ini.

Yoojung berhenti. Perempuan itu tidak jadi menekan bel kemudian terdiam kaku pada posisinya. Mencondongkan badan ke depan untuk menekan bel. 'Aku tidak salah dengar kan? aku dilamar Yoongi?'

"Menikahlah denganku, Kim Yoojung." Yoongi mengulang lagi permintaannya.

Yoojung langsung membalikkan badannya perlahan. Semula ia memunggungi Yoongi, kini ia menjadi melihat pria itu lalu tertawa tidak percaya. Kenapa tiba-tiba dia bisa dilamar? "Kau kenapa?"

"Aku ingin kau menikahiku." Yoongi menjawab lagi. Benar-benar datar. Setidaknya, sertakan kalimat lain supaya Yoojung paham.

"Iya, tapi kenapa?" Yoojung bertanya.

"Usia kita sama-sama sudah matang, apa lagi yang dicari? Bisnis kita sudah sangat sukes, 'kan? Masalah cinta? Itu belakangan, yang penting kita menikah dahulu." Yoongi menjelaskan.

Yoojung menyipitkan matanya dan tertawa dengan meremehkan. "Aku rasa bukan itu alasanmu."

Yoongi menghela napas pelan. Dia tahu, segala gerak-geriknya pasti akan ketahuan oleh Yoojung.

"Kenapa?" Yoojung bertanya lagi dengan serius, berharap dapat jawaban yang sama seriusnya dari Yoongi. Menikah? Asal mengajak? Itu tidak masuk akal sama sekali!

"Proyek Wedding Fair The Season terancam batal." Yoongi mulai masuk pada alasan yang sebenarnya.

Yoojung membulatkan matanya. "Kenapa?"

"Karena pembuatnya saja tidak ada yang menikah. Lalu bagaimana caranya klien dan investor percayakan pernikahan pada kita?"

"Kau ingin kita menikah karena itu?" Yoojung mengatur nada suaranya yang mulai naik karena kesal. "Karena bisnis saja?"

"Proyek ini besar Yoojung, bisa menghasilkan milyaran won!" Yoongi membujuk dengan menunjukkan nominal uang.

Yoojung menggeleng. "Aku tidak bisa, lebih baik kita batalkan saja proyek kita yang itu dari pada harus menikah karena alasan konyol."

"Tapi kita butuh banyak modal dan pengorbanan serta waktu untuk terciptanya acara ini, saat sudah setengah jalan, kau mau membatalkannya begitu saja? Kau tahu sudah berapa uang yang dikeluarkan untuk ini? Kau tahu sudah berapa banyak pegawai yang kita kerjakan untuk ini? Kau mau menghancurkannya?" Yoongi yang semula bersandar malas, kini duduk dengan tegak di sofa dan mulai menggerakan tangannya untuk menjelaskan maksudnya itu.

"Aku tidak akan membatalkannya jika ada cara lain selain menikah." Yoojung menjawab. 'Astaga, aku menyukainya, tapi kenapa aku menolaknya?'

'Aku menolak karena pernikahan ini hanya berlandaskan bisnis, aku tidak bisa.' Yoojung mempertegas ucapannya lagi dalam hati.

"Menurutku, menikah lebih dari itu. Menikah bukan hanya tentang keuntungan pribadi seperti itu. Maaf, aku tidak bisa." Yoojung membalikkan badannya lagi dan memencet bel di pinggir tempat tidur supaya suster segera datang. Setelah memencet bel, Yoojung melanjutkan kalimatnya "Aku tidak ingin pernikahan yang seperti itu, Min Yoongi."

"Ayahku," Yoongi mulai berbicara dengan nada tidak semenuntut tadi. "Semalam dia bangun."

Yoojung duduk di kursi sebelah tempat tidur dan melihat Namjoon. tentunya, perempuan itu masih memunggungi Yoongi yang duduk di sofa belakang dirinya.

"Aku tidak tahu, aku dan Eomma tidak tahu. Apakah ini wasiat terakhir dari ayah atau bagaimana, tapi ayahku terus-terusan meminta aku untuk menikahimu, Kim Yoojung." Yoongi berbicara dengan suara setenang mungkin, agar maksudnya sampai dengan baik ke Yoojung. "Dia terus memujimu yang bisa segala hal, bisa diandalkan, dan juga bisa menjadi pendamping hidupku yang baik. Selama ia tersadar, ia hanya menceritakan kebaikanmu dan memintaku menikahimu."

"Ide gila dari Wedding Fair The Seasons mungkin bisa dinomor duakan dan bisa kita bahas lagi nanti. Tapi kalau ayahku, aku tak bisa menolak itu. Sekali lagi, aku minta bantuanmu, Yoojung." Yoongi, mengakhiri lamarannya.

Yoojung tertawa kecil dan tersenyum dengan realitanya sekarang bahwa ia dilamar hanya karena kepentingan Yoongi.

"Maaf." Yoojung meminta maaf. "Aku tidak bisa menikah denganmu jika itu alasanmu."

Merasa terkejut masih ditolak, Yoongi menatap Yoojung dengan serius. "Kau butuh yang bagaimana? Bagaimana caranya aku bisa menikahimu?"

Yoojung memutar kursinya menghadap Yoongi dan menatap kedua bola mata itu dengan serius. "Aku ingin pernikahan yang dilandaskan cinta." Kemudian dia menundukkan kepala, melihat ke ujung sepatunya. "Tapi sepertinya itu tidak terjadi kepada kita."

Yoongi melihat Yoojung dengan tatapan kosong. Benar, dia tidak mencintai perempuan di depannya itu.

"Aku mungkin bisa menerima keinginanmu untuk mewujudkan impian ayahmu, tapi kalau pernikahan tanpa cinta—aku rasa tidak bisa." Yoojung masih menunduk. Kemudian ia menengadahkan kepalanya dan melihat Yoongi dengan tegar seraya tersenyum. "Maafkan aku."

Pintu kamar perawatan Namjoon terbuka dan menampilkan seorang perawat datang dengan botol infus untuk mengganti milik Namjoon yang sudah habis dan tentu saja kedatangan perawat itu menghentikan percakapan Yoongi dan Yoojung. Keduanya langsung saling bertatapan dan melihat tanpa arti apapun. Kedua mata mereka memancarkan harapan dan penolakan sekaligus.

 Kedua mata mereka memancarkan harapan dan penolakan sekaligus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
✔️ The Unsigned Contract | MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang