OBSERVATION

243 27 0
                                    

"Ini mau sampe kapan, Ju? Panas banget astaga," keluh Yoona sambil mengipasi wajahnya dengan tangan.

"Lo gimana sih? Kalau tahu bakal rewel gini nggak akan gue ajak. Balik aja sana duluan, gue bakal tetep di sini sampai si bangsat itu keluar."

Dongju mencomot satu tusuk odeng ketiga lalu melumurinya dengan saus.

"Laper lo, Ju?" tanya bibi pedagang sambil melirik Dongju yang asyik mengunyah dengan mata lurus mengamati gedung besar di seberang jalan.

"Semakin lama nunggu semakin lapar, Bi. Ada nasi nggak?"

"Dih, lo kira gue warteg?"

Dongju hanya menyeringai mendengar cetusan si bibi penjual yang kembali asyik menggoreng otak-otak. Sementara Yoona memesan segelas es teh manis dan sibuk memainkan ponsel.

"Katanya ada profesor baru di kampus gantiin Mrs. Katrine yang cuti melahirkan," beritahu Yoona sambil mengscroll layar chat grup kelas.

"Terus?"

"Anjir ganteng banget ini sih."

Yoona berteriak dan hampir membuat odeng di tangan Dongju terjatuh.

"Sialan lo, udah kayak nemu harta karun aja sih?"

"Dongjuuu ini emang harta karun. Lihat, lihat!!" Yoona menepuki lengan laki-laki itu antusias.

Mau tidak mau, Dongju akhirnya ikut menatap layar ponsel. Entah foto darimana yang teman-temannya dapat. Bukan gambaran profesor seperti yang terlintas di benak Dongju beberapa menit lalu rupanya. Tubuh gempal, rambut palsu dan kumis seperti aktor opera sabun Turki. Atau tubuh kurus, tinggi, rambut botak, dengan kacamata selalu turun dan omongan kadang-kadang jorok.

Profesor pengganti itu mungkin berusia tiga puluhan. Rambutnya hitam legam dan diatur serapih mungkin sehingga menyerupai Edward Cullen kalau dilihat dari pinggir seperti ini. Well, semenjak tidak tahu perkembangan film box office, Dongju hanya mampu membandingkan pria di layar ponsel dengan aktor itu. Agak kuno memang. Meski terbalut mantel yang sama gelapnya, Dongju tahu sang profesor pasti memiliki tubuh yang bagus dan menggiurkan. Teman-teman mahasiswi di kelas pasti akan meneteskan air liur sepanjang mata kuliah kalau sampai dia hanya berbalut kemeja saat mengajar nanti.

"Gimana? Ini kayaknya gue wajib ke salon setiap jadwal kuliah dia deh, Ju. Nanti lo temenin ya?"

"Ih, ogah, Yoon."

"Heh, sejak kapan lo nolak?"

"Sejak bayarannya nggak jelas," protes Dongju.

Dia kembali mengamati suasana di seberang sana. Sekelompok pendemo masih duduk-duduk dengan membawa spanduk dan pemimpinnya memberi orasi. Sebagian dari mereka duduk di tempat yang lebih teduh dan beristirahat untuk nanti bergantian mengajukan protes terhadap pemimpin perusahaan gedung itu.

"Nanti gue traktir." Yoonan masih berusaha membujuk.

"Apaan? Nasi rames? Males banget gua."

"Laundri baju selama seminggu."

Dongju langsung menoleh. Matanya terbeliak seperti menemukan emas batangan yang sekarang terlihat menyilaukan ditimpa sinar matahari.

"Mau sama nasi ramesnya juga?" tanya Yoona sambil menelengkan kepala dan tersenyum genit.

"Lo bener-bener ya kalau liat laki-laki cakep."

"Mencoba peruntungan nasib," sahut perempuan itu. "Banyak mahasiswa akhirnya nikah sama dosen. So, why not?"

Dongju geleng-geleng kepala. Dia langsung membuang tusuk odeng yang masih dia pegang saat melihat seseorang keluar dari gedung.

"Yoon, lo tunggu sini. Jagain tas gue."

DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang