Son Dongju sebenarnya bukan tipe mahasiswa yang mau datang ke perpustakaan karena kerelaan hati untuk mencari ilmu lebih. Dia hanya menuntut kemampuan dirinya mengejar nilai di semester pendek tahun ini agar bisa cepat mencari pekerjaan tetap. Bukannya dia tidak mampu melakukan dua hal sekaligus sekarang tapi Luna benci kalau harus berbagi konsentrasi antara kuliah dan mengumpulkan uang. Walaupun sebenarnya ia tahu, dalam skala kesekian, masalah yang harus ia hadapi akan semakin rumit. Tinggal di kota ini sendirian tentu saja bukan hal mudah. Dia cukup beruntung menemukan teman sebaik dan setulus Yoona meskipun anak itu mempunya imajinasi yang aneh-aneh.
Seperti siang ini ketika mereka makan di kantin. Yoona bersikeras kalau sore nanti Dongju harus datang ke perpus dan melihat sendiri apakah si profesor tampan dan karismatik itu sungguh-sungguh dengan tawaran belajar bersamanya kemarin.
"Lo bener-bener ya? Ngapain sih lo ngejebak gue kayak gini? Lo pikir si Juy itu beneran mau ngajarin gue? Gue masih tahu diri." Dongju menghentakkan kaki di bawah meja.
Yoona mendelik. "Masih protes aja lo, kita kan udah sepakat."
"Emang lo pikir gue gakkan kelihatan gampangan?"
Yoona malah tidak menjawab. Dia sibuk melihat kesana kemari lalu matanya tertuju pada seorang pria bertopi yang sedang makan sambil menatap sekeliling. Pria itu bersitatap dengan Yoona dan Yoona langsung menempelkan jari telunjuk dan kelingkingnya ke telinga sebagai isyarat menelepon. Pria itu tersipu lalu setelah mengangguk samar.
"Itu baru murahan,"jelas Yoona.
"Lo terlalu defensif."
"Gue cuma menjelaskan kenyataan di lapangan. Berasumsi kalau ngajak jalan duluan itu dianggap sebagai tindakan murahan, bisa jadi hanya teori dalam buku, Ju. Lagian emangnya siapa yang mau nganggap lo murahan ketika lo datang ke perpus buat ketemu seseorang yang mungkin bisa ngajarin lo sesuatu yang berguna. Gue kan nyuruh lo ngajak dia clubbing."
Dongju mencelos. Bahunya turun karena pasrah dan memutuskan untuk tidak mendebat anak itu lagi sampai mereka selesai makan siang dan harus berpisah di gedung fakultas hukum.
"Oh no, gue lupa kalau hari ini ada kelas bareng sama dia." Yoona tiba-tiba menghentikan langkah.
"Siapa?" tanya Dongju heran.
Sahabatnya itu menunjuk ke arah kelas dengan dagu.
"Lo ada masalah sama dia?"
"Nggak sih sebenernya. Gue nggak peduli kalau dia itu selalu nunjukin bahwa dia mahasiswa kaya dan nggak pernah gagal berpenampilan mentereng. Tapi justru hal kayak gitu yang jadi beban gue di kampus semakin bertambah. Dia jelas-jelas benalu dan sampah masyarakat. Gue tahu otaknya nggak pernah berfungsi."
"Udahlah, nggak usah dipikirin. Otak lo yang lebih berfungsi ini rugi banget kan kalau dibandingin sama dia?" hibur Dongju.
"Justru karena dia bego, dia selalu bikin masalah."
"Abaikan, Yoon. I mean, udah bukan waktunya lagi mahasiswa akhir kayak kita berurusan sama orang model begitu. Wasting time."
"Masalahnya dia suka sama Dongwan," sahut Yoona lirih.
"Hah?" Dongju terbeliak. "Si Dongwan? Yang itu? Yang suka nebeng mandi di apart lo?"
Tiba-tiba Yoona menjitak jidat Dongju dengan gemas. "Memangnya gue punya berapa Dongwan? Gue bukan player."
"Nggak percaya gue." Dongju meringis.
"Dia udah berani terang-terangan ngajak Dongwan ngedate, malah sampai ngomong soal perasaannya. Orang itu sama sekali nggak nganggap gue sebagai pacar Dongwan. Lonte banget nggak sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅)
Fiksi PenggemarSon Dongju berusaha mencari kebenaran atas kematian ibunya, tapi saat bertemu Kim Geonhak, dia justru menemukan hal lain yang lebih menarik dan mampu mendistraksi semua rencana yang telah ia susun untuk menemukan sang pembunuh. Bersama Kim Geonhak...