"Dia bukan Dongju," beritahu Seokjin saat keluar dari ruang autopsy.
Geonhak merosot di atas kursi tunggu. Hatinya mencelos lega. Dia menatapi Seokjin, mencari kepastian. Pria itu anggukkan kepalanya dengan yakin.
"Bukan dia, Geonhak."
"Lalu kartu atm itu?"
"Aku tidak tahu, nanti keluar hasil sidik jari siapa saja yang memegangnya. Yang bisa dipastikan hanya dua hal. Dia bukan Son Dongju dan pelakunya adalah orang yang sama."
"Maksud Hyung si pembunuh berantai?"
Mereka berdua tertegun. Geonhak mencoba menyimpulkan sesuatu tapi nihil. Otaknya buntu. Berbentur dengan keadaan yang semakin mengarah pada terowongan gelap. Geonhak tersesat dalam berbagai macam kemungkinan.
"Korban bukan mahasiswa di kampus yang sama. Ini pertama kalinya dia memilih orang secara acak tanpa ada keterkaitan satu dan lain."
"Lalu tujuannya?"
"Mengecoh. Dia tahu kita sedang mencari Dongju dan Yeosang. Ini bisa dipakai sebagai cara paling sederhana untuk mengulur waktu."
Batin Geonhak terasa kembali janggal.
"Hyung, kita bisa kan nemuin Dongju lebih cepat? Aku bener-bener khawatir."
"Aku sudah membagi tim. Mau tidak mau kita harus bekerja dalam kelompok kecil agar mempermudah penemuan petunjuk yang lebih besar. Kamu tenang saja. Sebisa mungkin aku kan terus memberi informasi."
Tenang di situasi seperti ini jelas bukan pilihan bagi Geonhak. Setelah keluar dari rumah sakit terlebih dahulu, dia langsung mengerahkan lebih banyak orang untuk mencari Dongju dan Yeosang ke seluruh penjuru Seoul juga Busan. Berpacu dengan waktu adalah hal yang paling tidak disukai oleh Geonhak. Seolah-olah ia dipaksa berpikir cepat padahal dia sangat mengutamakan perhitungan yang matang. Namun berbagai kalkulasi memiliki resiko cukup besar jika salah langkah.
"Bos, saya menemukan mobil Yeosang di sebuah pemukiman warga."
Geonhak menyalakan tombol loudspeaker saat tengah menyetir mobil.
"Ada petunjuk lain?"
"Sudah dua minggu mobil itu terparkir di sana. Tidak ada warga yang mencurigai apapun."
"Kita ke lokasi."
Geonhak memutuskan sambungan. Jantungnya berderap seratus kali lebih cepat. Dia menatap gusar ke sisi kiri dan kanan, sambil berharap barangkali matanya menemukan sosok Dongju. Keadaan ini begitu menyiksa. Geonhak lelah terus menerus dilanda ketakutan. Apa mungkin saat ini Dongju sedang bersama si pembunuh? Apa mayatnya ternyata ada di suatu tempat dan hanya tinggal menunggu waktu untuk ditemukan?
Dongju kamu dimana? Please puppy, hukum kesalahanku dengan cara lain. Jangan seperti ini, aku nggak sanggup. Aku tahu kamu baik-baik aja. Aku yakin. Tapi kalau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu, kamu harus bertahan. Kamu harus ada di sana sampai aku datang. Aku mohon.
****
Jemari Dongju berhenti menggerakkan tetikus. Mata pemuda itu tertuju pada kolom email baru yang masuk ke akun tak beridentitas yang ia buat. Sebuah akun anonymous lain mengirimi dia pesan.
Sudah nggak sabar ketemu gue?
Dia terhenyak. Matanya bergerak menuju kalimat selanjutnya.
Sebenernya gue udah atur waktu sendiri, tapi karena ini kemauan lo, gue harap lo nggak menyesali apa yang udah lo lakukan.
Dongju menelan ludah. Dia tidak berminat membalas kembali pesan itu. Dikliknya tab halaman lain, tentang beberapa media yang menyebar luaskan video unggahannya. Beberapa petinggi negara dan pengusaha ternama pun diseret untuk memberi klarifikasi. Sebagian berita yang terlanjur mencuat bisa diredam oleh uang dan kekuasaan, sebagian lagi tetap melesak di tangan para warga internet dengan bukti-bukti digital yang sulit terbantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅)
Fiksi PenggemarSon Dongju berusaha mencari kebenaran atas kematian ibunya, tapi saat bertemu Kim Geonhak, dia justru menemukan hal lain yang lebih menarik dan mampu mendistraksi semua rencana yang telah ia susun untuk menemukan sang pembunuh. Bersama Kim Geonhak...