BLIND SPOT

123 16 3
                                    

Kami kehilangan jejak Yeosang setelah perbatasan tol masuk Daegu. Tidak ada kamera cctv di jalan yang mampu menangkap pergerakan mobil terakhir, Bos. Tapi kami yakin, Yeosang tidak dibuang di pinggir jalan atau sepanjang sungai. Selain tidak ada laporan tentang penemuan mayat, Yeosang ada kemungkinan dibawa ke suatu tempat yang lebih jauh.

Lalu dibunuh di sana?

Geonhak memejamkan mata dengan frustasi. Di hadapannya Aera sedang terisak pelan. Dia terpaksa memberitahu apa yang terjadi pada adiknya karena terus menerus mendesak Geonhak.

"Kumohon Tuhan, selamatkan dia dimana pun," bisik Aera sambil memandangi jendela kamar Geonhak yang basah oleh terpaan hujan.

Geonhak tidak berani mengatakan kalau pelaku penculikan ini adalah Juyeon. Dia akan tetap menyimpan informasi itu sendiri. Seperti yang sudah bisa diduga, Juyeon tidak ditemukan lagi di area kampus. Katanya dia mengajukan cuti selama dua minggu untuk kembali ke kampung halaman. Rumahnya pun terlihat sepi. Dia jelas sedang merencanakan sesuatu, atau mungkin ...

"Apa yang bakal lo lakuin?" tanya Aera sambil menyeka sisa air mata di pipinya. Dia menatap Geonhak yang terlihat sedang berpikir keras.

"Lo kasih tahu nyokap Yeosang. Kalau bisa ajak ke Seoul sampai dapat informasi terbaru."

Aera mengangguk. Perempuan itu jelas kehilangan. Selain Geonhak, Yeosang adalah orang yang selalu sabar dan memahami tentang dirinya. Mereka cukup dekat. Meski Yeosang lebih menurut pada perintah Geonhak, tapi untuk beberapa hal, dia akan membela keinginan Aera seperti layaknya seorang kakak. Hanya kepada Yeosang juga lah, Aera tidak pernah marah-marah. Karena kelembutan sikap pria itu, Aera mengikuti ritme pertemanan yang menyenangkan. Hati Aera sungguh sakit membayangkan Yeosang berada di suatu tempat asing. Seseorang menyiksanya tanpa alasan atau bahkan mungkin tega membunuh pria itu. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apalagi terlibat masalah besar. Siapa yang menyeretnya dalam hal ini?

"Ra, gue minta maaf."

Tahu-tahu Geonhak sudah duduk di samping dan menggenggam lembut tangan Aera.

"Kenapa lo minta maaf segala?"

Geonhak menelan ludah. Dia menyelipkan untai rambut Aera yang jatuh melewati pipi. Sepertinya sudah cukup lama Aera tidak melakukan perawatan lagi di salon. Rambutnya terlihat lepek dan berantakan.

"Karena gue nggak bisa jagain Yeosang dengan baik."

"Kalian terlibat organisasi terlarang? Kalian punya masalah apa sama si pelaku ini, Oppa?"

"Gue nggak bisa menyimpulkan semuanya sekarang. Polisi juga masih berusaha cari tahu."

Aera merunduk. Kepalanya tiba-tiba pusing. Dia hanya diam ketika Geonhak menarik tubuhnya dalam dekapan pria itu.

"Pokoknya lo nggak usah khawatir. Gue bakal temuin Yeosang apapun yang terjadi. Lo harus nurut sama gue, jangan pergi kemana-mana sendirian. Kita nggak tahu situasinya kayak apa di luar sana. Paham lo, Ra?"

Aera tidak mengangguk. Dari helaan napas beratnya, Geonhak tahu perempuan itu sudah pasrah. Dia hanya berharap sang adik kali ini akan menurut dan tidak berbuat gegabah.

"Gue harus pergi," kata Geonhak sambil melerai pelukan.

Dia menyempatkan menghapus air mata Aera yang kembali jatuh lalu mengecup keningnya.

"Lo mau kemana, sih? Udah malem."

"Detektif Seokjin tadi ngechat gue. Ada bukti baru yang harus gue lihat."

"Lo nggak sendirian, kan?"

"Enggak, tenang aja. Kalau ada apa-apa cepet telepon gue, Ra."

Aera mengangguk. Dia meremas jemari Geonhak gusar.

DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang