A DISTRACTION

117 19 0
                                    

Dongju mencoba duduk dengan tenang di samping ibu Yoona yang terus menerus menangis meratapi peti mati berisi jasad anaknya. Dongju tidak tahu kalau suasana pemakaman ternyata sekelam ini. Dia diam-diam bersyukur karena tidak harus melakukannya dulu. Dia bahkan tidak pernah melihat jasad perempuan itu karena polisi sibuk melakukan outopsi dan tahu-tahu mereka bilang sang ibu sudah dimakamkan.

Mata Dongju yang sakit dan sembab menatap foto Yoona dalam pelukan ayahnya. Pria itu terlihat jauh lebih tegar meski sering menyeka sudut mata. Hanya dia yang mampu menyambut tamu, menjawab pertanyaan ringan dan berbicara dengan beberapa orang di sekitar.

Satu dua orang polisi juga terlihat hilir mudik mengenakan pakaian preman khas detektif-detektif kesiangan. Mereka hanya menambah suasana di rumah duka semakin tegang dan tidak nyaman. Tatapan pria-pria dengan lencana dan senjata tersembunyi di balik jaket itu seperti mencurigai setiap orang yang datang, tidak terkecuali Dongju. Setiap orang mulai berspekulasi. Dongju sendiri belum bisa menyimpulkan apapun. Kedatangannya ke acara ini tidak lebih dari sekedar kewajiban. Menebus rasa bersalah Dongju karena tidak mampu menjaga Yoona dengan baik.

"Paman, Bibi, aku minta maaf sekali lagi," ucap Dongju sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam saat berpamitan pada kedua orang tua Yoona.

"Dongju nggak usah minta maaf," sahut ibu Yoona pelan. Dia menepuk-nepuk pundak pemuda itu. "Makasih ya, karena sudah jadi sahabat baik Yoona selama ini. Yoona selalu bercerita banyak soal kamu, dia senang sekali punya teman seperti kamu. Sekarang kita hanya bisa mendoakan anak itu, supaya dia tenang di sana dan kita bisa segera menangkap siapa pelakunya."

Dongju mengangguk, menyeka lagi matanya yang basah. Mereka lalu berpelukan. Lama dan erat. Dongju bisa merasakan sakit di dada, akibat kehilangan dan juga amarah yang terlalu besar mengendap tapi tidak bisa ia luapkan. Tidak pada siapa pun.

"Lo mau langsung pulang?" tanya Hyunjin yang rupanya masih menunggu Dongju di pintu keluar rumah duka.

Dongju mengangguk.

"Gue bawa mobil, ayo gue anter."

Tanpa banyak protes, Dongju mengikuti Hyunjin menuju area parkir. Sebuah sedan keluaran terbaru berwarna putih langsung mengeluarkan suara dari remot kunci yang dipegang Hyunjin.

"Sora pulang duluan," beritahu Hyunjin. "Dia nyuruh gue nemenin lo. Lo nggak apa-apa kan, Ju?"

"Padahal nggak usah repot-repot Hyun, lo juga pasti harus ke rumah sakit."

"Enggak, gue lepas shift kok sampe besok. Makanya gue bisa diem di sini seharian."

Mobil mulai melaju pelan, memasuki kawasan jalan raya yang tidak terlalu padat.

"Lo udah makan belum, Ju? Muka lo pucat banget."

"Tadi sarapan dikit."

"Makan lagi yok, gue tahu resto yang enak deket-deket sini. Lo nggak boleh sakit, nanti lo makin repot karena nggak bisa ngapa-ngapain sendiri."

Meskipun cenderung pendiam, Hyunjin sebenarnya sosok yang lebih sering memerhatikan sekitar. Dia tahu betul bagaimana persahabatan Dongju dan Yoona selama ini. Jelas apa yang terjadi pada Yoona akan sangat membuat laki-laki itu terpukul. Selama ini Hyunjin lebih banyak bergaul dengan berbagai macam orang karena kesibukannya sebagai anak fakultas kedokteran sekaligus coass. Dia tidak pernah benar-benar mempunyai sahabat sedekat Yoona, tapi keadaan ini juga memberi efek kesedihan yang mendalam baginya. Dia bahkan tidak tahu akan seperti apa klub jurnalis mereka tanpa keceriaan gadis itu lagi.

"Nih gue pesenin sop buntut, biar anget perut lo. Ada potongan jahenya juga tuh, supaya lo punya tenaga lagi."

Hyunjin menyodorkan semangkuk sop buntut yang masih mengepulkan uap panas dan wangi kaldu yang menggugah selera. Dongju tersenyum, mengucapkan terima kasih lalu mulai makan. Hyunjin tidak berusaha mencari tahu apapun tentang keadaan Dongju dan membiarkannya makan dengan tenang. Sampai nasi di mangkuk mereka hampir habis, tidak ada satupun dari dua pemuda itu yang angkat bicara.

DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang