WRONG TURN

103 15 1
                                    

"Apa yang kamu lamunkan?"

Dongju sontak menoleh pada kedatangan bibinya. Wanita itu terlihat lebih tua dari kali terakhir mereka bertemu. Saat sang bibi mengunjungi Dongju di Seoul sekalian mampir ke acara pernikahan sanak keluarga.

"Bi," panggil Dongju.

Kabar meninggalnya Tuan Kim membuat Dongju sedikit menyesal karena telah pergi. Dia membayangkan Geonhak mencari-cari keberadaannya di apartemen dengan perasaan hancur karena ditinggal sang kakek. Hati Dongju berkelumit perih. Setelah ini Geonhak pasti akan sangat membencinya. Tapi bukankah itu jauh lebih baik?

Bibi Son menaruh nampan berisi dua cangkir teh hijau hangat dan sepiring kue basah warna warni. Mereka tengah duduk di teras depan rumah sang bibi yang sederhana. Hanya ada satu petak halaman kecil di samping kandang anjing, tempat untuk menanam sayuran, bawang dan tomat. Tembok semen abu setinggi kepala menghalangi pemandangan jejeran rumah tetangga.

"Ada apa, Ju? Ini jujur ya, bibi kaget karena kamu datang tapi nggak kasih kabar dulu. Kamu nggak apa-apa, kan?"

Mau dijawab ada masalah pun, Dongju tahu bibinya tidak akan paham. Ditambah dia tidak ingin membuat perempuan itu khawatir.

"Bosen aja sama kuliah, capek juga."

Kening sang bibi berkerut. Itu sebenarnya bukan hal yang biasa diungkapkan oleh Dongju. Setahu Bibi Son, Dongju adalah anak yang paling bersemangat dan berdedikasi terhadap kuliah. Hal seperti itu jugalah yang membuatnya sulit menahan Dongju pergi ke Seoul setelah menjalani terapi kejiwaan selama beberapa tahun di bawah pengawasannya.

Aku mau jadi orang pintar, Bi. Yang suatu saat bisa mengajukan lagi tuntutan pidana atas kematian Eomma.

Jawaban Dongju masih jelas terngiang. Hingga Bibi Son pun dengan berat hati membiarkan Dongju kuliah di sana.

"Bibi tahu, kuliah bukan masalah sih, buatmu. Soal pacar?" goda Bibi Son sambil menyikut pelan lengan Dongju.

Anak itu hanya tersenyum. Hatinya miris mengakui. Dia tiba-tiba membaringkan kepalanya di atas paha Bibi Son. Membiarkan perempuan itu membelai lembut rambut hitam Dongju.

"Akhir-akhir ini, aku sering mimpiin Eomma lagi," keluh Dongju.

"Hmm ... iyakah? Eomma pasti kangen sama kamu. Bibi yakin sih, dia akan bangga melihat kamu tumbuh dewasa dan mandiri."

"Tapi mimpiku buruk, Bi. Eomma selalu bersimbah darah dan ketakutan, pembunuh itu juga ada di sana. Dia mau bunuh aku, terasa nyata. Tangannya kadang terjulur mau mencekik, atau pegang pisau untuk menusuk dadaku, atau pistol buat ngehancurin kepalaku."

"Itu Cuma mimpi, sayang," sahut Bibi lembut.

Bibi tahu? Pembunuh itu masih ada Bi, dia bunuh semua temen-temen aku dan bikin aku ketakutan.

"Kamu bisa kembali tinggal di sini sama Bibi. Kapan pun kamu mau. Kita berdua sama-sama tahu kalau Seoul bukan tempat yang tepat buat kamu, dan membuka kembali kasus pembunuhan itu sepertinya sama mustahil dengan mengetahui siapa pelaku yang masih berkeliaran di luar sana."

Dongju menengadah, menatap sorot mata sang bibi yang redup. Tatapannya tidak setegas dulu saat dia dengan sabar membantu masa pemulihan Dongju. Mungkin faktor usia. Bibinya terlihat lebih redup, hanya mampu melakukan segala sesuatu untuk diri sendiri dan sangat jelas tidak akan bisa diandalkan.

"Aku punya banyak rencana, Bi," gumam anak itu.

Bibi Son hanya mengulum senyum. "Baiklah, semoga rencana kamu itu baik semua dan bisa memperbaiki hidup kamu ke depannya. Bibi nggak mau, kamu sampai berakhir tragis seperti ibu kamu. Cukup bibi kehilangan dia saja dalam hidup ini. Kamu ngerti? Hmm?"

DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang