Dongju cepat-cepat membereskan barang-barangnya sebelum hari gelap. Dia tidak ingin ada di luaran di situasi yang tidak menguntungkan seperti ini. Meski berada di tengah suasana berkabung, dia tetap bekerja. Memenuhi jadwal shift pagi sesuai perintah. Dia cukup beruntung karena konsumen yang datang tidak terlalu banyak. Ada jeda dimana dia lebih leluasa melamun dan memikirkan berbagai hal yang sudah terjadi dengan otak lebih jernih. Hyunjin benar. Rumor di kampus pasti akan segera tercipta. Orang lebih senang menyimpulkan sebuah kejadian dengan praduga mereka sendiri tanpa memastikan apakah itu fakta atau bukan. Kalau ingat akan hal itu, rasanya Dongju ingin berhenti saja kuliah. Buat apa dia menyelesaikan pendidikannya kalau toh dia tetap harus berjuang menafkahi diri sendiri dengan cara seperti ini?
"Ayo ikut gue."
Dongju terkesiap saat menutup pintu loker dan tiba-tiba Aera sudah ada di sampingnya.
"Gue mau pulang," sahut Dongju ketus.
"Gue bawa mobil sendiri hari ini, dan Gue yakin lo nggak akan mau beredar di luar sana sendirian seudah kejadian Seoyun."
Dongju hendak angkat bicara lagi tapi tertahan oleh gerakan tangan Aera yang terangkat.
"Gue bukan mau nganter lo pulang, Ju. Gue pengen ngomong hal yang serius."
Sorot mata Aera akhirnya membuat Dongju mengangguk. Dia lupa kalau ada satu hal yang belum terselesaikan –Geonhak.
Dongju memasang sabuk pengamannya saat mereka berdua sudah masuk dalam kabin besi Tesla warna putih itu. Dia melirik Aera yang langsung mengenakan kacamata hitam sebelum menjalankan mobil masuk dalam area lalu lintas padat sore hari. Aera hampir tidak terlihat seperti pegawai toko es krim dengan apron dan t-shirt pendeknya. Kali ini dia sudah menjelma lagi sebagai seorang ningrat.
"Lo berhubungan sama kakak gue udah lama?"
"Engga, Aera. Ini nggak seperti apa yang lo pikirin," bantah Dongju cepat.
Aera mendengus sinis. "Gue juga pengen anggap apa yang kalian lakuin malam itu cuma pengaruh alkohol, tapi abang gue terlalu waras buat bertindak segila itu."
Dongju terdiam. Baginya semua yang terjadi tetap saja ibarat nafsu selintas.
"Lo nggak usah khawatir, gue bukan cewek berpemikiran kolot. Tidur sama orang yang kita suka jelas nggak ada salahnya. Lo kan bukan diperkosa."
Dongju terdiam sesaat. Aera meliriknya dari balik kaca mata itu.
"Gue nggak tahu," gumam Dongju pelan. "Apa gue harus menganggap ini wajar."
Aera terkekeh. Dia menginjak rem dengan mulus saat di depan antrian mobil kembali padat.
"Yeah, kadang dia nyebelin dan sok berkuasa banget sih. Lo nggak pernah menyangka apa yang bakal dia lakuin kalau dia udah memutuskan sesuatu. Itu ... kadang dia suka iseng aja sih."
Dongju mencebik dalam hati. Kalau iseng yang dimaksud adalah membuat seseorang sampai kehilangan tempat tinggal, ia tidak tahu apa sampai mati ia akan memaafkannya.
"Gue dan sama dia udah ditinggal orangtua sejak kecil." Tiba-tiba Aera mengatakan hal itu. "Eomma gue bunuh diri waktu tahu appa punya selingkuhan terus nikah diam-diam. Dia beneran nggak peduli sama keadaaan gue dan Geonhak, padahal kita tuh masih butuh banget kasih sayang orang tua. Yang dia pikirin cuma perasaannya yang terluka, kecewa dan marah."
Dongju hanya diam. Mencoba memahami apa maksud Aera menceritakan hal sepribadi ini padanya.
"Semenjak itu, abang gue nggak pernah percaya lagi sama yang namanya perempuan. Dia menganggap kalau perempuan di dunia ini egois dan hanya mementingkan keinginan mereka sendiri. Mungkin lo sendiri bisa menyimpulkan seperti apa Geonhak waktu kalian tidur kemaren."
KAMU SEDANG MEMBACA
DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅)
Hayran KurguSon Dongju berusaha mencari kebenaran atas kematian ibunya, tapi saat bertemu Kim Geonhak, dia justru menemukan hal lain yang lebih menarik dan mampu mendistraksi semua rencana yang telah ia susun untuk menemukan sang pembunuh. Bersama Kim Geonhak...