ONE SMALL LIGHT

117 18 5
                                    

Sloki kelima minuman Geonhak menjadi akhir dari pertahanan kesadaran pria itu setelah hampir tiga jam dia duduk di area bar lounge vip langganannya. Sang bartender sudah maklum. Selama satu minggu terakhir  Geonhak selalu datang di pukul sepuluh, dan menghabiskan waktu berjam-jam. Tanpa teman, hanya pribadinya yang hadir tapi pikiran dan jiwa pria itu melayang entah kemana. Dia mabuk tapi tidak menyulitkan, tidak mengamuk atau menggangu orang lain. Wajahnya lebih sering tertunduk, lalu tiba-tiba menangis. 

Setelah berusaha mencari nomor yang bisa dihubungi untuk menjemput Geonhak, setengah jam kemudian muncul seorang gadis muda dengan hoodie kebesaran dan rambut diikat asal.

"Gimana cara bawanya? Kamu ada mobil?" tanya bartender itu dengan raut wajah cemas yang tulus.

Aera mengangguk. "Ada supir juga, nggak usah khawatir Oppa. Makasih banyak, ya? Maaf ngerepotin."

Si bartender menyerahkan kartu kredit yang dipakai untuk membayar semua pesanan Geonhak. Dia lalu membantu membopong tubuh Geonhak sampai ke dalam mobil yang tengah menunggu di area parkir kelab.

"Aku nggak bisa usir dia setiap datang, mudah-mudahan apapun masalahnya, bisa cepat selesai," ungkap si bartender.

Aera tersenyum getir. Dia menepuk lengan bartender itu pelan sebelum masuk dalam mobil. Selama perjalanan, Geonhak terus meracau. Tentang pekerjaan di kantor yang tak kunjung reda, kadang mengungkit soal kematian kakek, lalu mulai menyinggung keberadaan Dongju yang sampai saat ini masih belum ditemukan. Sambil berbaring di pahanya, Geonhak mulai menangis.

"Kamu dimana? Aku mohon pulang, Ju ..." lirihnya dengan suara tertahan.

Tidak ada yang bisa Aera lakukan untuk menolong kakaknya. Setelah mendatangi detektif Seokjin demi mencari kabar soal Yeosang, Aera malah diberitahu berita penculikan Dongju. Selama ini Geonhak memilih tutup mulut. Entah apa alasannya. Namun beberapa waktu terakhir, dia mulai terlihat kacau. Pekerjaan di kantor tidak bisa ia atasi dengan baik. Ditambah semua terasa sulit karena tidak ada kakek yang memberinya nasihat atau masukan. Aera yakin, menghilangnya Dongju menjadi alasan terbesar kenapa kakak satu-satunya itu lebih sering diam di kelab.

"Gue nggak mau balik," erang Geonhak. Dia menaikkan satu kakinya ke atas jok mobil. "Raa ... bawa gue ke tempat lain aja."

"Kemana sih, Kim Geonhak? Udah malem ini."

"Kemana ajaaa ... nggak mau ke apart atau rumah. Kemana ajaaa... "

Astaga.

Sampai berdenyut pelipis Aera melihat tingkah sang kakak. Namun sedetik kemudian, dia merasa kasihan. Belum pernah dia dapati Geonhak sekacau ini. Tangan Aera membelai rambut Geonhak setelah berulang kali menarik napas.

"So where are we heading to? Hotel?"

"Terserah," jawab Geonhak setengah bergumam.

Jadilah Aera menyuruh supir untuk merubah arah tujuan mereka menuju salah satu hotel di tengah kota. Perjuangan mereka belum berakhir saat harus susah payah membopong tubuh kekar Geonhak naik ke lantai sepuluh. Sesampainya di kamar, Geonhak melepaskan diri. Pria bongsor itu merangkak menuju kamar mandi dan memuntahkan semua isi perut.

"Pak, pulang aja. Besok saya telepon kalau kami minta jemput."

Supirnya mengangguk patuh. Aera menutup pintu, memastikan kalau Geonhak tidak pingsan di kamar mandi. Dia sudah tidak punya tenaga lagi untuk menyeret kakaknya sampai kasur. Aera lalu menghubungi room service, meminta mereka mengantarkan makanan dan juga obat pereda pengar.

"Oppa," panggil Aera dari ambang pintu kamar mandi.

Dilihat kakaknya sedang duduk bersandar pada kloset. Aera menghampiri. Ikut duduk, membuka kancing kemeja Geonhak satu persatu. Yang diurus untungnya diam saja. Geonhak memilih pasrah, melihat Aera sibuk bolak balik membasahi handuk kecil yang dia pakai untuk membersihkan tubuh dan wajahnya.

DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang