WHEN IM WITH YOU

122 18 2
                                    

"Mau turun dulu nggak? Dongju? Hey."

Geonhak mengguncang bahu Dongju pelan. Anak itu terkesiap dan lekas melihat sekeliling sambil menyusut sudt bibirnya.

"Udah nyampe?" Dia menengok bingung ke luar jendela. "Mana apartemen lo?"

"Bukan apartemen, kita ke pantai dulu."

"Hah?"

"Bukannya kamu yang minta dibangunin pagi-pagi banget karena pengen lihat matahari terbit?" Geonhak memandang Dongju yang kebingungan dengan rasa tergelitik.

"Ohh ... masa sih? Ya udah turun deh."

Dongju segera melepas sabuk pengamanannya dan keluar dari mobil. Udara dingin sekaligus angin pantai langsung menyambut. Pemuda itu mempererat lingkup jaket yang menyelimuti tubuh. Rambutnya terkoyak pelan oleh angin. Semburat oranye masih samar terlihat di tepi garis laut. Indah sekali. Selebihnya langit lebih banyak menerbitkan warna ungu yang menyala. Geonhak tiba-tiba mengamit lengan Dongju dan membawanya untuk berjalan ke arah pantai yang masih sangat sepi. Hampir tidak ada siapa pun di sana, bahkan kedai-kedai masih tutup.

"Apa yang mau kamu lakuin selanjutnya?"

"Gue nggak tahu," jawab Dongju pelan. Mereka berdua lantas duduk di sebuah batu karang.

"Dingin?" Geonhak menggosok-gosok jemari Dongju dan meniupinya.

"Banget, gue udah kayak ikan sarden diawetin di kulkas." Dongju menjawab dengan bibir terkatup.

"Ya udah masuk mobil lagi aja deh."

"Aduh gimana sih, lo. Ini mataharinya aja belum muncul."

Sebelah tangan Dongju mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Dia lantas mengarahkan kamera ke berbagai arah.

"Bagus banget," serunya sambil melihat satu per satu foto hasil jepretan.

"Foto bareng dong," komentar Geonhak.

"Ogah, muka gue masih bengkak-bengkak nih."

"Muka kamu paling cakep dilihat kalau baru bangun, coba ngaca deh."

"Ngaco. Mana ada," tukas Dongju sambil memalingkan wajah menyembunyikan rasa malu.

Geonhak juga mengeluarkan ponsel. Dia mengambil foto awan dan laut dari jarak jauh atau dekat.

"Saya tahu nih gimana biar muka bengkak kamu nggak kelihatan waktu difoto."

"Gimana emang?"

Geonhak sudah siap mengarahkan bagian depan layar ponselnya pada wajah mereka. Saat itu dia segera mencium bibir Dongju, memiringkan kepala sedikit dan mengambil gambar dari arah samping.

"Bangsaaatt!!!"pekik Dongju kaget. Dia segera mendorong wajah Geonhak. "Masih pagi woy, lo udah sange aja," omelnya.

Geonhak terkekeh. "Tapi kan bagus loh ini hasilnya, coba lihat."

"Ogah."

"Lihat dulu. Kalau kata anak jaman sekarang, aestetik."

"Ya elo emang lahir jaman apa, nyet? Joseon?"

"Udah dikasih morning kiss juga masih aja uring-uringan."

"Morning kiss lo nggak ngotak masalahnya. Gimana kalau ada yang lihat coba."

Dongju langsung menatap cemas sekeliling. "Lo mau kita dicemplungin ke laut gara-gara ketauan berbuat mesum? Hah?"

Geonhak hanya tertawa geli. Seluruh pupilnya langsung hilang tertutupi oleh mata sipit pria itu. Dia tidak pernah bisa marah meski Dongju selalu bersikap kasar. Apapun yang Dongju lakukan, Geonhak hanya ingin mensyukuri keberadaannya. Sesuatu merubah hidup pria itu. Dulu, dia seolah selalu duduk di sebuah ruang tunggu. Hanya ada satu kursi, dengan dinding berwarna putih di setiap sisi. Segalanya terlihat membosankan. Sampai Dongju datang, membawanya dari satu ruang baru ke ruang baru yang lain. Geonhak seperti pertama kali melihat warna-warna acak dan abstrak.

DELUSIONAL MR.KIM || Leedo 🔞⚠️ (COMPLETED✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang