Prolog.

2.7K 199 82
                                    

Hai, aku comeback bawa cerita baru. Padahal cerita sebelumnya belum tutup buku wkwk. Gakpapa lah ya, mancing mood aku juga sih sebenarnya.

Cerita ini hanya fiksi, tidak ada kaitannya dengan para tokoh yang aku pakai. Apa pun yang aku tulis di sini, murni hasil imajinasiku semata. Jika ada kesamaan nama dan lain semuanya atas ketidaksengajaan.

Warning, cerita mengandung konten dewasa; seks, etc! Mohon bijak dalam membaca.

•••

   Khanza menatap layu sepasang sepatunya yang kotor akibat berlari melewati genangan air saat mengejar bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Khanza menatap layu sepasang sepatunya yang kotor akibat berlari melewati genangan air saat mengejar bus. Nahasnya lagi ia tetap tertinggal jauh meski sudah mengorbankan sepatu sekolahnya. Bus tersebut melaju kencang, tanpa menyadari Khanza berlari di belakangnya.

Jangan salahkan dirinya.

Salahkan sang kakak yang hampir dua jam belum juga menampakan batang hidungnya di sekolah. Pagi tadi berpesan pada Khanza agar menunggunya datang menjemput, namun sampai detik ini tak ada tanda-tanda suara mesin mobilnya.

Barangkali sibuk. Oke, katakan saja begitu. Khanza tidak akan marah, jika kakaknya menyempatkan memberi kabar sebentar. Tetapi ini? Ponselnya saja mati saat Khanza mencoba menghubungi. Sialan, memang.

Gadis belia itu mendesah pasrah pada nasibnya kini. Tidak tahu harus sampai kapan menunggu, mungkin sampai malam mobil jemputannya baru bisa datang.

Dengan langkah lunglai, Khanza berbalik ke gerbang sekolahnya. Hingga dari kejauhan seorang siswa laki-laki datang dengan menaiki motor besarnya, sekilas Khanza melihat siswa tersebut membuka kaca helmnya.

Motor itu berhenti di dekat Khanza berdiri. "Mau pulang bareng?"

Khanza dengan cepat menggeleng. "Terima kasih, pulang duluan aja."

"Yakin? Udah mau turun hujan lagi, Za."

"Gak apa-apa, kakak aku bentar lagi jemput, kok. Kamu duluan gih." Mata bulat Khanza melirik pada name tag, ia mengernyit bingung. "Nathan, kamu pakai seragam siapa? Kok, namanya lain?" Sang empu lekas melepas helm dari kepala, membuat wajahnya kini terlihat sepenuhnya oleh Khanza.

"O'ini. Ini seragam milik Robi. Seragamku kotor gara-gara main bola tadi" terangnya seraya menampilkan cengiran khas.

Khanza hanya mengangguk kecil, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah mobil yang baru saja berhenti.

"Nathan, sebaiknya kamu duluan aja. Jemputan aku udah datang." Cicit Khanza tanpa melihat ke arah Nathan.

"Oke, deh. Duluan ya, See you tomorrow." Katanya, langsung tancap gas dari sana.

Beberapa menit tanpa aktivitas, kaca mobil akhirnya terbuka. Dapat Khanza lihat seorang lelaki duduk di jok kemudi tersenyum padanya, Khanza tidak membalas, ia justru menampilkan raut lemah terkesan sebal. Bagaimana tidak, yang datang bukanlah sang kakak melainkan kakak sepupunya.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang