21. Newly Wed

143 21 22
                                    

     Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Gadis cantik itu berdiri anggun di depan cermin mengamati pantulan dirinya di sana. Tubuh rampingnya telah berbalut gaun cantik dengan ekor panjang yang menjuntai ke belakang. Surai hitamnya ditata bergaya Braid crown dengan mahkota elok di atas kepala, menambah kecantikannya terlihat berkali-kali lipat. Khanza tersenyum manis, tangannya bergerak guna menyentuh kalung permata pemberian Lena. Ia suka, suka sekali.

"Nona lima belas menit lagi acara pemberkatan akan segera dimulai." Ucap seorang wanita berpakaian rapih, wanita tersebutlah yang sejak pagi buta bolak balik membantu keperluan Khanza.

Khanza menilik wanita itu dari pantulan cermin, ia kemudian mengangguk paham. "Baik. Terima kasih,"

"Saya tinggal dulu. Tadi rekan saya yang mengurus keperluan Pak Juna menghubungi saya agar cepat datang membantunya." Jelas wanita itu lagi.

"Iya, tidak apa-apa. Maaf sudah merepotkan."

"Sudah tugas kami."

Tak menunggu lama wanita itu pun keluar dari ruangan Khanza. Sekarang hanya tinggal ia sendiri, menunggu moment yang tidak pernah terbesit sedikitpun olehnya. Jangankan menikah dengan seorang Juna—menikah di usia muda saja tidak pernah Khanza bayangkan dalam hidupnya.

Dulu sekali, ketika ibunya masih hidup (orang tua kandung Vyandra) Khanza pernah bermimpi dimasa tuanya hidup di luar negeri. Tinggal di sebuah Desa yang letaknya dekat dengan bukit serta hamparan hijau luas di sekeliling rumahnya. Itu pun ia tak menjelaskan dengan siapa ia hidup, pasangankah? Atau sendiri. Hidup Khanza memang cinta damai, ia tak peduli jika harus menikah di usia tak lagi muda pun. Karena baginya ketenangan diri sendirilah yang paling utama.

Dan kini, siapa sangka jika dirinya harus menikah di usia yang belum genap kepala dua. Masih tidak paham bagaimana menjalani biduk rumah tangga, bahkan belum lulus Sekolah.

Ini bukan keinginan Khanza. Tapi keadaan yang mengharuskan dirinya menempuh hidup yang akan ia lalui bersama pasangannya nanti. Mungkin, dengan menikah damai dan ketenangan hidup yang ia impikan terlaksana. Tak apa, sungguh. Ikhlasku untuk hidup yang lebih baik.

Kembali ke calon pengantin. Khanza membuka lockscreen ponselnya, ia membaca ulang sebuah pesan singkat dengan kontak yang sengaja Khanza namakan 'Dokter Bedah Baik Hati'. Khanza menghela napasnya secara teratur, dua kalimat tertera dilayar.

Yang pertama ucapan selamat atas pernikahan, dan baris kedua ucapan maaf sebab tak bisa hadir di acara pentingnya.

Juna sudah tau kalau sahabatnya tersebut ada jadwal operasi yang memakan waktu lumayan lama, dimana waktunya bersamaan dengan upacara pemberkatan pernikahan. Juna memaklumi hal itu, tetapi tidak dengan Khanza. Hatinya sedih tatkala mendapat pesan dari Agustaf, padahal sudah jauh-jauh ketika rencana pernikahan dicetuskan, Agustaf berkata akan hadir sebagai saksi janji suci Juna dan Khanza.

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang