Niatnya mau ku tamatin cepet, ehh malah mogok nulis lagi 🙄
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vyan menggeram frustasi sesaat setelah anak buahnya melaporkan bahwa Khanza tidak dapat ditemukan. “Kalian tidak becus! Mencari satu orang saja tidak bisa!” Tak lama Vyan turun dari ranjangnya, menyambar coat lalu ia sampirkan di salah satu sisi pundaknya.
“Anda ingin kemana? Jahitan dikepala anda belum kering,” tegur seorang Dokter pribadi Vyan. Beliau saja belum rampung menyimpan alat medisnya lagi tetapi Vyan sudah ingin bergerak sana-sini.
“Aku bukan orang lemah. Kepalaku hanya robek bukan patah!” sahutnya jengkel. Tidak lagi menghiraukan teguran sang Dokter, Vyan diikuti anak buahnya keluar dari ruangan.
Sampai teras depan langkah Vyan terhenti.
“Bos yakin akan mencari nona Khanza malam ini? Sekarang sedang hujan, saya yakin Nona Khanza akan menemukan tempat aman. Kita lanjutkan pencarian besok saja,” ujar anak buahnya.
“Kau siapa berani memerintahku?” Vyan menoleh buas pada anak buahnya. “Hujan bukan penghalang. Aku tetap akan mencarinya tanpa kalian.. Dasar lemah!” setelahnya Vyan serta anak buah lain masuk ke dalam mobil.
Hujan malam ini turun deras tidak main-main, memperlambat laju kendaraan Vyan beserta rombongan tentunya. Di tambah tiba-tiba mobilnya terjebak macet cukup panjang lantaran di depan sana terjadi sebuah kecelakaan. Terlihat beberapa Ambulance datang dan pergi mengangkut para korban, pun tidak luput dari mobil Polisi yang membuka ruas jalan.
“Bos, sepertinya kita harus menunggu cukup lama.” Ujar sang sopir.
Vyan berdecak lidah, sempat memukul dashboard mobil guna maluapkan kekesalannya. “Sial!” Umpatnya, seraya membuang muka ke luar jendela.
Perlahan tapi pasti, mobil Vyan bergerak maju hingga mobil yang ia naiki melewati titik kecelakaan terjadi. Sekilas Vyan memperhatikan remaja laki-laki kisaran lima belas tahun digotong oleh tenaga medis menuju Ambulance. Vyan terguncang, tiba-tiba hatinya nyeri, membuatnya terdiam cukup lama.
“Kak-akk. . .hiks, kakakh...”
Vyan mengalihkan pandangannya lagi ke arah gadis kecil yang berdarah dibagian jidatnya. Tangisnya meraung memanggil-manggil sang kakak.
“Kasihan sekali, kakak beradik terluka begitu. Di mana orang tua mereka.” celetuk sopir Vyan.
Vyan sempat melirik ke arah sopir, namun kemudian mengamati mobil polisi. Tatapannya kini sayu, ada yang membuat risau perasaannya, tapi apa? “Aku harus keluar memeriksa satu persatu dari mereka.” Vyan menghentikan gerakanya sesaat Ponsel di saku celana terasa bergetar, kemudian ia buru-buru menjawab panggilan anak buahnya.
“...”
“Lakukan!”
Setelahnya, Vyan kembali menyimpan ponsel dan memberi instruksi pada si sopir.