16. Worried

530 59 36
                                    

Melelahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Melelahkan. Rasa itu yang akhir-akhir ini membuat gundah Vyandra. Rindunya kepada sang jelita terlalu menggebu, namun pencariannya tak memuaskan jua.

Terlalu lamban, begitu tafsiran Vyandra──ia tujukan pada pria-pria berbadan kekar yang sejauh ini melakukan pencarian keberadaan Khanza.

Bagai hilang ditelan bumi. Hancur terempas angin lalu, pergi jauh meninggalkan sekeping rindu yang menyakitkan. Ya, teramat menyakitkan bagi Vyandra.

Ia kerap kali berjanji dalam hati. Menepis segala hal yang akan menyakiti Khanza, berjanji akan menjaganya, mengubah sikap arogansinya, semata-mata hanya untuk Khanza. Namun saat janji hanya tersirat dalam hati, tidak serta merta Vyandra ujarkan dalam kesadaran. Nyatanya, sampai datik ini dirinya semakin liar dalam pelampiasan.

Rusak sudah wanita yang bermalam dengannya. Kericuhan tiada akhir setiap kali Vyandra keluar rumah dan pulang dalam keadaan berbeda.

Chellya terduduk lemas di sisi kaki ranjang, beberapa pada bagian tubuhnya terdapat luka memar akibat ulah Vyandra.

Sejak malam itu, Vyandra dan Chellya memang sudah tinggal bersama, kendati hanya datang saat dibutuhkan.

Well, awalnya memang begitu. Vyandra datang pada Chellya saat ingin memuaskan nafsunya saja. Pada akhirnya wanita itu tidak mudah terlepas dari Vyandra, Chellya mengandung darah daging Cucu Kusuma itu.

Vyandra sempat meminta Chellya menggugurkan kandungannya, namun tak pernah sekali pun hal itu di iya kan oleh Chellya, tentu saja ia tidak ingin kehilangan Vyandra, walaupun ia tahu perasaan cinta pria itu bukan untuk dirinya. Chellya fikir, dengan ia mempertahankan janin dalam rahimnya, dapat meluluhkan ego Vyandra dan bersedia menikahinya.

Namun pada dasarnya, si keparat Vyandra tetaplah manusia tak memiliki hati. Persetan dengan angan-angan Chellya, Vyandra tak ingin ambil pusing. Ia hanya berharap bisa bertemu dengan khanza secepatnya.

"Ada apa datang kemari?" Juna bertanya. Menatap dingin pada saudaranya yang bertamu malam-malam di tengah derasnya hujan.

"Apa tidak ada basa-basi dulu saat ada tamu datang ke rumahmu?" Vyandra melangkah masuk melewati Juna yang berdiri kokoh di tempatnya. Sandal rumahan yang di pakai Juna saja tak sedikitpun ada niat bergeser dari pijakan lantai marmer rumahnya. Jelss sekali menjelaskan ia tidak suka dengan kedatangan Vyandra kalu ini.

"Tak perlu basa-basi bagi orang yang tak memiliki hati nurani." Juna melempar pandangan ke luar rumah sebentar. "Pulanglah, aku butuh istirahat."

Vyandra tak menggubris ucapan tuan rumah, ia justru membawa diri dan menjatuhkan bokongnya pada sofa berwarna krem milik Juna. Kakinya spontan menyilang, bertumpu pada kaki lainnya. Kedua sisi lengannya merentang pada bahu sofa, nampak tiga kali Vyandra meregangkan otot-otot lehernya. "Aku ingin menginap di sini." Cicitnya.

"Tidak bisa!" Tolak Juna mentah-mentah.

"Kenapa?"

"Kau akan di cari oleh wanita peliaraanmu itu. Aku tidak ingin rumahku ikut kotor oleh penyakit yang kau bawa di mana-mana." Sarkas Juna. Pandangannya mengejek, benar-benar tak menginginkan Vyandra berlama-lama di rumahnya. "Sekarang pulanglah."

𝐁𝐑𝐎𝐓𝐇𝐄𝐑 𝐒𝐇𝐈𝐓 [𝐌]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang